Keanekaragaman di desa labirin Kota Bogor menjadi objek penelitian - WisataHits
Jawa Barat

Keanekaragaman di desa labirin Kota Bogor menjadi objek penelitian

Keanekaragaman di desa labirin Kota Bogor menjadi objek penelitian

Merdeka.com – Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung menjadikan Desa Labirin di Desa Babakanpasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor sebagai subjek penelitian tentang keanekaragaman. Pasalnya di desa ini terdapat tempat peribadatan Phan Kho Bio Vihara Maha Brahma Pulo Geulis dimana terdapat tempat peribadatan tiga agama yang berbeda.

Wali Kota Bogor Bima Arya mengumumkan bahwa desa labirin merupakan salah satu kebanggaan Kota Bogor, yang tentunya memiliki modal sosial yang baik, sehingga mampu membuat warganya hidup rukun dengan latar belakang yang berbeda.

Artikel media taboola

“Kami menyambut baik proses kerjasama Pemkot Bogor dengan Unpar dalam melakukan penelitian terkait keragaman yang ada di Labyrinth Village, kawasan pluralisme di Kota Bogor,” kata Bima Arya, Selasa (10/11).

Bima berharap hasil penelitian tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengembangkan potensi yang ada di desa labirin dengan tetap menjaga keragaman yang ada di desa tersebut.

“Nanti akan dilakukan kajian dan penelitian. Nilai-nilai apa yang ada di desa labirin agar penghuninya bisa hidup berdampingan untuk waktu yang lama. Selain itu juga akan menunjukkan potensi mana yang masih bisa dikembangkan di masa depan,” jelas Bima.

Bima mengatakan desa labirin merupakan kawasan yang sangat dibanggakan Kota Bogor berkat nilai-nilai keberagaman dan keharmonisan. Selain itu, bentang alam kawasan ini cukup unik.

Letaknya yang berada di tengah kota dan tidak jauh dari kediaman Presiden dinilai sangat strategis oleh Bima Arya dan memiliki potensi yang sangat besar untuk lebih mengembangkan modal sosialnya dengan syarat warganya harus tetap rukun terus dibina dan kokoh serta ketiganya jenis potensi, mulai dari ekonomi, pariwisata, dll, akan dikembangkan lebih lanjut.

“Lanskap dan konturnya unik dan menarik, sehingga ada berbagai jenis kreativitas anak-anak. Disebut Desa Labirin karena bentuknya seperti labirin,” jelas Bima Arya.

Bima berharap penelitian yang dilakukan Unpar dapat menggali modal sosial yang kuat di desa labirin, mulai dari sejarah hingga faktor pendukung yang menyebabkan munculnya pluralisme di desa labirin.

“Di Desa Labirin, di beberapa rumah dari keluarga yang sama, agamanya berbeda. Kita butuh pelajaran dan semoga narasinya dimulai dari sini sehingga ada pesan dari kota Bogor untuk Indonesia bahwa keberagaman itu datang dari level terkecil, yaitu hidup bertetangga. Kami senang Unpar bisa kuliah di sini, sehingga bisa mengirimkan lulusan dari Labyrinth Village ke Indonesia yang berwawasan nasional dari Bogor,” ujar Bima.

Rektor yang tidak memihak Mangadar Situmorang usai mengunjungi beberapa titik di desa Labirin mengaku tertarik dengan modal dan nilai-nilai warga yang bisa menjadi teladan hidup bertetangga dengan toleransi dan keberagaman, saling mendukung. .

“Kami memulai sesuatu karena sudah ada sesuatu di lapangan atau di masyarakat. Dari pandangan dangkal ini, komunitas terlihat sangat harmonis dalam keragamannya, dan kemudian selama penelitian kita dapat mengetahui apa modal dan alasan yang mendasarinya. Kehadiran kami ingin bekerjasama dengan Pemkot Bogor dan jajarannya Kami ingin belajar bersama dengan warga bagaimana membangun kerukunan, membangun, sehingga dapat hidup rukun, saling menghargai, saling menghargai dan saling mendukung dalam hal yang sangat esensial. keberagaman”, tutup Mangandar.

[cob]

Source: www.merdeka.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button