Kamu tahu? 3 Daerah Ini Dulunya Ibu Kota Negara, Ada Yang Hanya Seminggu - Solopos.com - WisataHits
Yogyakarta

Kamu tahu? 3 Daerah Ini Dulunya Ibu Kota Negara, Ada Yang Hanya Seminggu – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Bendera Indonesia berwarna merah putih. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Ibu kota Indonesia secara bertahap dipindahkan ke Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur. Pemindahan ibu kota negara di Indonesia bukanlah yang pertama kali.

Setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia telah beberapa kali memindahkan ibu kota negara.

AksiJos! Petani dan peternak Klaten bisa menjadi pendukung kedaulatan pangan

Seperti dilansir Solopos.com dari berbagai sumber, ada beberapa kota/pemerintahan yang pernah menjadi pusat pemerintahan Indonesia. Tiga kota/pemerintahan yang tercatat sebagai ibu kota pada suatu periode tertentu, yaitu Yogyakarta, Bukittinggi dan Bireuen.

Berikut tiga kabupaten/kota yang pernah menjadi ibu kota negara:

Kota Yogyakarta

Pemerintahan Sipil Hindia Belanda atau yang disebut dengan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) kembali menduduki Jakarta setelah Indonesia merdeka. Secara diam-diam, pemerintah Indonesia memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946.

Baca Juga: Kisah Hasto: Visi Bung Karno Menjadikan Kalimantan Pusat Pertahanan Udara

Perpindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta tidak lepas dari peran Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Selain itu, situasi di Yogyakarta lebih aman saat itu.

Namun, Yogyakarta dikuasai oleh Belanda, sehingga ibu kota harus dipindahkan lagi. Ibukota Indonesia kemudian dipindahkan ke Bukittinggi.

Singkat cerita, Yogyakarta kembali menjadi ibu kota Republik Indonesia pada tanggal 6 Juli 1949. Keputusan ini sekaligus menjadi momen pembubaran Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk di Bukittinggi. Pembubaran PDRI pada tanggal 13 Juli 1949.

Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia hingga 17 Agustus 1950. RIS dibubarkan dan diubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ibukota de facto Indonesia kembali ke Jakarta.

Kota Bukittinggi

Pada saat Agresi Militer Belanda Kedua pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan Belanda menyerang Yogyakarta. Selain itu, Soekarno dan Moh.Hatta ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka.

Baca Juga: Australia Tawarkan Kerja Sama Pengembangan IKN hijau di sini

Belanda berulang kali beredar bahwa Republik Indonesia telah menyerah karena telah berhasil menangkap Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Pemerintah Indonesia tidak tinggal diam.

Kemudian Syafruddin Prawiranegara diangkat menjadi ketua PDRI. Alasan pengangkatan Syafruddin Prawiranegara adalah karena saat itu sedang berada di Bukittinggi.

Ibukota negara dipindahkan ke Bukittinggi dari tanggal 19 Desember 1948 sampai Juni 1949. Namun, pada 6 Juli 1949, ibu kota kembali ke Yogyakarta.

Saat itu Soekarno dan Hatta telah kembali dari pengasingan. Pada saat yang sama, PDRI membubarkan diri pada tanggal 13 Juli 1949.

Sumber lain menyebutkan, pemindahan ibu kota dari Bukittinggi ke Yogyakarta dilakukan kembali pada 27 Desember 1949. Saat itu sedang berlangsung Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan Hindia Belanda pada masa KMB.

Dalam konferensi ini dibentuk Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Yogyakarta kembali menjadi ibu kota.

Baca Juga: IKN Menarik Perhatian Hong Kong untuk Berinvestasi di Sektor Mana?

Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen, Aceh pernah menjadi ibu kota Republik Indonesia, meskipun tidak tercatat dalam buku sejarah. Kabupaten Bireuen ditetapkan sebagai pusat pemerintahan ketika Indonesia dalam keadaan darurat.

Saat itu ada ancaman dari kekuatan kolonial terhadap PDRI di Bukittinggi. Hal ini mengakibatkan PDRI harus memindahkan ibu kota ke Kabupaten Bireuen, Aceh.

Pada 18 Juni 1948, Bireuen menjadi ibu kota ketiga setelah Yogyakarta dan Bukittinggi. Bireuen menjadi ibu kota Indonesia hanya dalam waktu satu minggu. Setelah itu, ibu kota kembali ke Bukittinggi.

Mungkin itu sebabnya tidak banyak yang tahu bahwa Bireuen pernah menjadi ibu kota Indonesia.

Bireuen kemudian menjadi ibu kota Indonesia karena dianggap sebagai daerah yang paling aman. Juga karena Bireuen adalah pusat militer Aceh. Alasan lainnya adalah letak Bireuen yang sangat strategis untuk mempersiapkan strategi menghadapi serangan Belanda.

Baca juga: Terungkap! Luas ibu kota baru adalah 4 kali luas DKI Jakarta

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button