Jejak kejayaan dan kelestarian alam di Festival Getek Bengawan Solo - WisataHits
Jawa Tengah

Jejak kejayaan dan kelestarian alam di Festival Getek Bengawan Solo

Jejak kejayaan dan kelestarian alam di Festival Getek Bengawan Solo

Tradisi Bengawan Solo © mumun96/Shutterstock

Festival Getek Bengawan Solo merupakan acara festival yang diadakan setahun sekali di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Prosesi getek (rakit bambu) pada acara ini membawa kembali kota Solo atau Surakarta.

Dimana kota Solo atau Surakarta merupakan kota air pada abad 13 sampai 19, maka Sungai Bengawan Solo menjadi “jalan raya” utama, getek dan perahu yang melintas dan mengangkut berbagai barang seperti hasil pertanian, garam dan kain batik.

Saat itu saudagar, saudagar dan bangsawan berpindah dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya, tersebar dari Wonogiri hingga Gresik, Jawa Timur. Suasana masa lalu inilah yang ingin kami hidupkan kembali dengan “Festival Getek Bengawan Solo”.

Jejak Bengawan Solo: Berperan dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Festival ini diawali dengan kisah kepahlawanan Joko Tingkir. Dalam salah satu episode perjalanan hidupnya, Joko Tingkir menyusuri Sungai Bengawan Solo dari kawasan Majasta di Kabupaten Sukoharjo hingga Desa Gerompol di lereng Bukit Prawata.

Saat menyusuri Bengawan Solo, Joko Tingkir disebut-sebut pernah bertarung dengan Raja Buaya dan pasukannya di lokasi yang tak jauh dari Solo modern. Joko Tingkir akhirnya mampu mengalahkan semua binatang itu.

Buaya-buaya inipun, dalam legenda Joko Tingkir diceritakan ada 40 ekor buaya yang melayani Joko Tingkir dan membantunya dengan mendorong getek yang dibawa pria bernama Mas Karebet itu.

Berlabuh kuat

Dimuat oleh kompas, terinspirasi dari kisah Joko Tingkir, digelar acara Larung Getek Joko Tingkir dengan jalur Pesanggrahan Langenharjo di Sukoharjo. Pada event penerbangan pertama tahun 1996, Joko Tingkir diperankan oleh Dono Warkop.

Nama acara Larung Getek Joko Tingkir diubah menjadi Larung Agung Joko Tingkir pada tahun 2002. Saat itu pemeran Joko Tingkir adalah Paundrakarna Sukma Putra, putra Mangkunegoro IX, pimpinan Puro Mangkunegaran.

Pada tahun 2004, Larung Agung Joko Tingkir diadakan pada tanggal 1 Januari dan bukan pada bulan Syawal seperti biasanya. Karena selain memeriahkan perayaan malam pergantian tahun, ketinggian air juga dimanfaatkan.

Misteri Onggo-Inggi, arwah air warga Bengawan Solo yang kerap meminta tumbal

Puluhan ribu warga di sepanjang bantaran Bengawan Solo berbondong-bondong menyaksikan prosesi tersebut. Kegembiraan terpancar di wajah penonton dari berbagai usia. Mereka bertepuk tangan dan melambai.

Konvoi perahu singgah dua kali yakni di Taman Jurug dan Desa Waru, Kecamatan Kebak Kramat, Kabupaten Karanganyar. Keberhasilan kegiatan penyimpanan jangka panjang ditentukan oleh kemampuan penyelenggara.

“Kegiatan wisata yang berlangsung terus menerus dan berlangsung pada tanggal yang sama setiap tahunnya merupakan prasyarat keberhasilan pemasaran wisata. Tanpa promosi besar-besaran, pengunjung akan datang sendiri, karena mereka tahu kapan acara itu akan berlangsung,” kata Febria Roekmi Evy, Kasubbag Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Solo.

bentuk rasa syukur

Di setiap event Getek Festival, puluhan Getek akan mengisi bantaran Sungai Bengawan Solo. Sepanjang jalan, peserta Festival Getek menampilkan pertunjukan seni seperti tari Gambyong, tari Punakawan, tabuh gamelan, dan musik Keroncong.

Setelah menempuh jarak sekitar 2 kilometer dari Ngepung, perahu bambu tersebut merapat di Kampung Beton, Jebres. Di tempat ini mereka disambut dengan ritual Apem Sewu.

Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan karena desa mereka terhindar dari bencana terutama banjir. Dalam tradisi ini, ribuan apem yang disusun berbentuk gunung biasanya dikirim melalui desa.

Story Today (1 Oktober 1917) – Vokal, Maestro Keroncong Indonesia

Setelah berhenti di Kampung Beton, prosesi Festival Getek dilanjutkan menuju Taman Ronggowarsito di sekitar Jembatan Jurug. Para peserta festival Getek biasanya disambut dengan kesenian lain seperti reog dan tari.

“Festival Getek digelar untuk mengenang kejayaan Bengawan Solo di masa lalu sebagai alat transportasi. Selain itu, festival ini juga sebagai kampanye sungai bersih dan sehat,” ujar FX Rudyatmo, Wali Kota Solo saat itu. tumpang tindih.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button