Hadirkan layanan tomboan, tetap pertahankan nuansa lama - WisataHits
Jawa Timur

Hadirkan layanan tomboan, tetap pertahankan nuansa lama

Kabupaten Malang memiliki banyak situs sejarah yang dapat dikembangkan baik menjadi tempat wisata maupun institusi pendidikan. Salah satunya adalah situs Patirtaan Ngawonggo di Kecamatan Tajinan.

Berlokasi di Jalan Rabidin, Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, situs sejarah ini semakin dilirik banyak wisatawan. Pengelola Situs Patirtaan Ngawonggo Rahmad Yasin mengatakan Patirtaan Ngawonggo ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten Malang pada tahun 2021. Pria yang akrab disapa Yasin itu menjelaskan, keberadaan situs tersebut sudah lama diketahui masyarakat setempat secara turun temurun.

Namun, pada pertengahan tahun 2017, Yasin dan kawan-kawan mencoba mencari tahu lebih jauh tentang situs tersebut. “Karena sejak kecil, kami dan teman-teman sudah sering bermain-main di lokasi pembangunan,” kata pria berusia 30 tahun itu.

Yasin dan kawan-kawan juga mengunggah website Patirtaan Ngawonggo ke media sosial. Tak disangka, unggahan tersebut mendapat tanggapan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Selain itu, BPCB melakukan penggalian dan zonasi di lokasi tersebut.

Hasil penggalian dan zonasi oleh BPCB menunjukkan bahwa situs tersebut berasal dari masa peralihan antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singosari. Namun, ada juga sejarawan lokal yang berpendapat bahwa situs tersebut berasal dari Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang.

Secara keseluruhan, objek pada properti memiliki luas sekitar 1.000 meter
Persegi panjang. Yasin memperkirakan banyak potensi cagar budaya di sekitar lokasi. Beberapa di antaranya sudah terlihat seperti parit, kanal, dan tangga, yang strukturnya sudah lama tidak berubah.

Saat ini, warga sekitar telah menambah fasilitas tomboan di lokasi tersebut. Tomboan sendiri merupakan kearifan lokal dengan menampilkan sarana dan prasarana yang diproduksi secara swadaya oleh masyarakat. Tomboan memungkinkan pengunjung untuk duduk dan beristirahat sambil menikmati gemericik aliran air di situs Patirtaan Ngawonggo.

Disajikan di website Patirtaan Ngawonggo sendiri, ada nuansa jadul pada konsep tomboan. Pengelola menyiapkan gubuk, kursi kayu, kendi, gelas dan piring enamel, sepeda ontel dan pernak pernik lainnya.

Yasin menegaskan bahwa tomboan Situs Patirtaan Ngawonggo bukanlah sebuah stand atau kafe. Pengelola hanya bertindak sebagai penyedia sarana dan prasarana bagi para tamu. Oleh karena itu, pengunjung tidak perlu membayar sejumlah nominal tertentu. Yang paling penting adalah tamu hanya perlu memasukkan uang ke dalam kotak yang disediakan di situs sejujur ​​mungkin.

Untuk jumlah kunjungan, Yasin memperkirakan total 1.000 orang telah datang selama sebulan terakhir. Kebanyakan dari mereka berasal dari Malang Raya, namun ada juga pengunjung dari luar Malang Raya dan luar provinsi. Bahkan, juga dikunjungi turis asing, meski tidak banyak.

Sementara itu, salah satu pengunjung Patirtaan Ngawonggo, Wulan, mengaku baru pertama kali mengunjungi lokasi tersebut. Pemain berusia 27 tahun itu juga ingin keluar dari rasa penasaran. “Baiklah, keberadaan tomboi ini juga sangat mendukung dalam menghadirkan nuansa masa lalu,” jelasnya. (Tidak tidak)

Source: radarmalang.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button