Gong Perdamaian Dunia Karya Mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan Kini Berusia 13 Tahun - Mitrapol - WisataHits
Jawa Barat

Gong Perdamaian Dunia Karya Mantan Kapolda Jabar Anton Charliyan Kini Berusia 13 Tahun – Mitrapol

MITRAPOL.com, CIAMIS – Pada Jumat, 9 September 2022, mantan Irjen Pol Pol (Purn) Dr.H. Anton Charliyan, MPKN tampak bersemangat menghadiri perayaan klimaks Gong Perdamaian Dunia yang digelar di objek wisata Situs Budaya Ciung Wanara Karangkamulyaan Kec. Cijeungjing, Kabupaten Ciami. Selain itu, kita melihat kegembiraan ribuan orang yang ingin menyaksikan puncak dari 13 tahun keberadaan “Gong Damai”, yang didedikasikan pada 9 September 2009.

Pada puncak peringatan 13 tahun Gong Perdamaian Dunia, Bupati Ciamis, Dr. H. Herdiat Sunarya, Wakil Bupati Ciamis Yana D. Putra, Unsur Forkompimda, Kepala Dinas Pariwisata, Duta Perdamaian Nusantara, Ibu Ully Sigar Rusady, Putri Perdamaian Dunia, Artis Paramitha Rusady, Raden Uyut Sany Wijaya Kasepuhan Pajajaran Pusat, Rd Dicky Z Sastrakusumah Sukapura, Bung Samy Ketum LSI, Tony Easy menjabat sebagai Sekjen FS3, Ki Pamanahrasa, Ki Agung Pancaroba Padepokan Rongkat Jagat, Ki Lanang Sajagat, Ustadz Agus Batu Ampar, Ibu Rita, Ki Kabayan, Elis Manggala, Abah Dede Panjalu , Abah Gede (sesepuh Pajajaran), Raja Galuh Rd Hanif, Radinal Muchtar, Ki Bima, Ir H. Deden Hidayat, Jamparing Tasik, PJBN Tasikmalaya, seniman dan budayawan Ciamis serta tamu undangan lainnya.

Kehadiran mantan Kapolda Jawa Barat ini memang masuk akal, mengingat Anton Charliyan merupakan penggagas berdirinya Gong Perdamaian Dunia di Ciamis sejak 9 September 2009. Saat itu, Anton Charliyan masih menjabat sebagai Kapolres Priangan yang sangat peduli dengan budaya Sunda.

Peringatan ini dikemas dalam bentuk gelar tradisi perdamaian nusantara, sehingga menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah, termasuk wisatawan mancanegara.

“Saya memilih kompleks Situs Budaya Ciungwanara di Karangkamulyan sebagai tempat Gong Perdamaian Dunia karena Kerajaan Galuh Purba tidak pernah terlibat perang dan selalu mengutamakan perdamaian. Damai datang dari Tatar Sunda (Pasundan), tepatnya di Kuta Purba Galuh Karangkamulyaan. Gong perdamaian dunia ada di sini karena negeri Sunda, dari sini generasi penerus bisa menjaga perdamaian,” ujar pria kelahiran Tasikmalaya ini.

Gong perdamaian dunia berdiri di Ciamis menurut Abah Anton, panggilan akrab Anton Charliyan, karena Tatar Galuh adalah cikal bakal perdamaian dunia. “Ide dan gagasan pendirian Gong Perdamaian Dunia di Kuta Galuh Purba di situs Karangkamulyan didasarkan pada pertimbangan bahwa kerajaan Galuh adalah kerajaan yang lahir dan besar dengan semangat kedamaian dan kesucian hati (galuh). . .

Oleh karena itu, kata Jendral Nyantri, membangun kekuatan dan perdamaian adalah kunci perdamaian, juga saya berharap anak bangsa tidak terpecah belah di tahun politik ini karena budaya asing.

“Maka mari kita kembalikan pada jati diri budaya Indonesia yang cinta damai, khususnya saudara-saudara kita dan saudara-saudara kita,” ujarnya.

Sebagai pendiri dan penggagas Gong Perdamaian Dunia di situs Karangkamulyaan, Anton Charliyan tentu mengetahui kekhasan Kerajaan Galuh yang selalu damai. Dalam konsep pemerintahan Kerajaan Galuh, menurutnya, ada tiga peran yaitu Ratu (Raja/Eksekutif), Resi (Keadilan) dan Rama (Legislatif). Rama dan Rishi dapat menggulingkan raja dan mengangkat raja baru. Semacam triad politika. Itu sudah ada sejak zaman Kerajaan Galuh lama,” ujarnya.

Karena perbedaan literasi dan warisan sejarah, terjadi perselisihan antara Raden Manarah (Ciung Wanara) dari Galuh dan Raden Sanjaya (Raja Kalingga) pada tahun 737 M. Meskipun mereka masih saudara kandung. Perselisihan itu bisa memicu perang saudara. Akhirnya Resi dan Rama turun tangan untuk mencari jalan damai melalui musyawarah (sawala).

Nah, dari musyawarah itu muncul 10 seruan perdamaian,

(1) Akhir Permusuhan (mawusana panyatrawanan)

(2) kerjasama (bimbingan tangan),

(3) saling membantu (paras paropakara),

(4) Berteman (Mitra Samaya),

(5) Tidak ada balas dendam (paribhaksa),

(6) pemukiman damai (telasaken baik),

(7) Musyawarah/rapat dan musyawarah (mapulung rahi),

(8) Semangat persaudaraan (kaharep saduluran),

(9) Tidak saling serang (parapura) dan

(10) Menghormati yang berhak (Maryapada Sakengsi Tutu).

Anton Charliyan juga menjelaskan bahwa gong sebagai simbol perdamaian dunia memiliki diameter 333 sentimeter, disertai gambar bendera dari 218 negara dan 10 simbol agama dunia. “Penempatan Gong Perdamaian Dunia tidak sembarangan tetapi berdasarkan keputusan pengambil kebijakan Yayasan Gong Perdamaian Dunia yang memiliki anggota di 273 negara di seluruh dunia,” ujarnya.

Sebelum mengakhiri panggilannya dengan tim media, Dr. H. Anton Charliyan, Inspektur Jenderal Polisi (Purn), tokoh masyarakat di Jawa Barat, bahwa simbol perdamaian yang kita rayakan kali ini akan berdampak pada pemilu yang akan segera terlihat.

Sementara itu, Bupati Ciamis, Dr. H. Herdiat Sunarya menjelaskan bahwa gong perdamaian dunia di Kabupaten Ciamis merupakan simbol persaudaraan. Galuh merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara dan Ciamis adalah pewaris Kerajaan Galuh yang harus terus melestarikannya agar Galuh tetap berada di hati masyarakat Ciamis.

Lanjut Bupati Herdiat mengatakan, nama Kabupaten Ciamis akan kembali ke Galuh.

“Galuh tidak boleh hanya ada di hati, harus diakui bahwa Galuh ada,” tambahnya.

Kemudian Bupati Herdiat menjelaskan bahwa luas Karangkamulyan adalah 2 hektar, areal sisanya berada di sekitar objek wisata, properti yang sebelumnya dimiliki oleh provinsi dan sekarang dimiliki oleh Kabupaten Ciamis.

“Dia terus mengungkapkan keinginannya untuk fokus pada budaya di Karangkamulyan. “Insya Allah ke depan kita akan fokus di sini, dengan pengelolaan dan penataan yang baik akan menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal bahkan mancanegara,” ujarnya.

(merah)

Source: mitrapol.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button