Desa Kayutangan mati suri, Kota Malang akan mengadakan acara bulanan

SURYAMALANG.COM, MALANG – Pemerintah Kota Malang berupaya menyelenggarakan kegiatan bulanan di desa di Kawasan Cagar Budaya Kayutangan.

Kegiatan rutin ini dirancang untuk menarik wisatawan untuk memasuki desa.

Selama ini wisatawan hanya berkunjung ke luar desa. Tidak banyak wisatawan yang masuk desa dan berinteraksi dengan penduduk desa.

Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan pengembangan Kawasan Cagar Budaya Kayutangan terus dilakukan.

“Proses tidak menguatkan semuanya,” kata Sutiaji kepada SURYAMLANG.COM, Jumat (13/1/2023).

Sutiaji berharap Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kayutangan juga melakukan sosialisasi. Masyarakat juga dapat lebih sering mengunggah kawasan wisata tersebut ke media sosial.

“Pokdarwis harus pintar-pintar mengunggah ke media sosial,” imbuhnya.

Bahkan, Desa Kayutangan menjadi tempat pertama yang banyak menerima kunjungan wisatawan. Turis belajar tentang seluk-beluk hidup di daerah padat penduduk ini.

Ada banyak bangunan tua di desa ini. Bangunan tua adalah representasi monumen.

Wisatawan bisa berfoto, membeli berbagai sajian kuliner lokal, dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Ada beberapa kafe di desa.

Warga Kayutangan, Rudi Haris, mengatakan, dulu orang datang dan pergi ke kafenya lebih awal.

“Sekarang segalanya berbeda. Kalau dikonversi ke persentase, mungkin tinggal 0,01 persen saja,” kata Rudi.

Pria yang biasa disapa Mbah Ndut ini menjual kopi dengan harga antara Rp 7.000 hingga Rp 12.000 per gelas. Harga ini lebih murah dari harga kopi di kafe-kafe di Jalan Basuki Rahmat.

Dulu Mbah Ndut bisa buka toko setiap hari. Kini Mbah Ndut hanya buka toko setiap hari Sabtu dan Minggu.

“Tidak banyak orang yang datang ke sini pada siang hari. Tidak ada turis yang datang pada malam hari,” kata Mbah Ndut.

Source: news.google.com