Dengan konsep heritage, coffee shop di Kayutangan ini wajib dikunjungi saat berkunjung ke Malang - WisataHits
Jawa Timur

Dengan konsep heritage, coffee shop di Kayutangan ini wajib dikunjungi saat berkunjung ke Malang

Dengan konsep heritage, coffee shop di Kayutangan ini wajib dikunjungi saat berkunjung ke Malang

Dengan konsep heritage, coffee shop di Kayutangan ini wajib dikunjungi saat berkunjung ke Malang
Kafe bersejarah di Kayutangan. © 2022 Malangkota.go.id/Merdeka.com

Merdeka.com – Kawasan Wisata Warisan Kayutangan di Kota miskin sangat sayang untuk dilewatkan. Nuansa bangunan bergaya Art Deco dihadirkan dengan apik, termasuk kulinernya. Salah satu kafe di sana bahkan menjadi magnet pengunjung yang kuat.

Kafe bernama Hamur Mbah Ndut ini didirikan belum lama ini. Namun daya tariknya membuat penikmat kopi betah cukup lama untuk berhenti di situ. Karena lokasinya yang berada di dalam gang, kesan lama semakin terasa.

Artikel media taboola

Uniknya, sajian kopi di sana hanya menjual varietas otentik dan jajanan jadul. Berikut keunikan wisata kuliner di Malang yang sayang untuk dilewatkan.

2 dari 4 halaman

Seperti kopi di tahun 1920-an

Kedai Kopi Warisan di Woodtangan

© 2022 Malangkota.go.id/Merdeka.com

Saat Anda memasuki Hamur Mbah Ndut Coffee Shop, Anda bisa merasakan nuansa tahun 1920-an yang tak salah lagi. Karena posisi ruko menyatu dengan rumah, ciri khas masyarakat tempo dulu.

Rudi Haris, pemilik kafe yang juga tinggal di rumah tersebut, mengatakan, bangunan komersial tersebut telah dibangun di tempatnya sejak tahun 1923 dan berlokasi di 4 Jalan Basuki Rahmat Gang No. 938.

Atap bangunan bermotif pelana berukuran 8,5×17,5 meter persegi. Pemilik pertama adalah Haji Ridwan dan Mardikyah, diturunkan melalui keluarga Saadiyah dan sekarang didiami dan dikelola oleh Rudi Haris dengan tetap menjaga aslinya.

“Masih asli dan rumahnya belum diubah. Hanya bagian depan yang ditambahkan. Ada kanopi dan toko. Kanopi ini juga sudah ada sejak lama, sejak tahun 1994. Jadi baru pertama kali ada canopy di Indonesia, jadi saya pasang. Ada banyak barang lama di sini juga, jadi mari kita keluarkan dulu. Sejak radio dibeli pada tahun 1961, tanda terimanya masih ada. Harganya waktu itu Rp 6.900, belinya di toko Srikandi di simpang,” kata Rudi, Sabtu (27/8), merujuk situs Pemkot Malang.

3 dari 4 halaman

Banyak Furnitur Khas Harmur Malang Lawas

Hamur berarti rumah dalam bahasa Malanga kuno. Seperti namanya, Kedai Kopi Hamur Mbah Ndut juga memiliki furnitur vintage yang dipamerkan mulai dari kursi dan lemari kayu tua, teko, kaset, telepon, timbangan, pannier, televisi dan radio.

Rudi mengatakan bahwa dia dulu menjalankan toko kelontong di rumah ini. Sejak tahun 2018, saat Pemkot Malang menetapkan kawasan Kayutangan sebagai kawasan wisata, Rudi Must membuka kafenya karena melihat potensi banyak wisatawan yang datang ke desanya.

Menurutnya, kedai kopi miliknya merupakan kedai pertama di koridor Kayutangan Heritage.

“Jadi sebelum penghuni lain membangun kafe, saya pergi dulu. Kemudian, karena tempat saya ramai, banyak orang mulai bergabung (memulai kedai kopi). Jika rumah ada di sini, itu juga mendukung tempat itu. Ini adalah rumah kakek-nenek istri saya, rumah para pundes untuk keluarga besar. Padahal, rumah Mbah Ndut selalu dikenal karena badannya yang gendut,” kata Rudi.

4 dari 4 halaman

Jual menu asli

Rudi menghadirkan menu yang tidak terlalu menantang di kedainya, yakni hanya kopi seduh dan kopi susu. Di kedainya, ia juga menjual jajanan manis berupa kue Onde Onde dan Sekoteng yang bisa menjadi teman asyik sambil minum kopi di kedainya. Soal harga, Rudi menjualnya ramah kantong. Jam operasional, setiap hari dari jam 8 pagi WIB dan biasanya sebelum matahari terbenam ditutup sementara dan dibuka kembali setelah Isya.

Keunikan kafe dan konsep heritage di Kayutangan konon sudah sampai ke telinga masyarakat Malaysia. Menurut Rudi, di awal pembukaan Kampoeng Kajoetangan, ia mendapat dua tamu dari negara tetangga yang merupakan penikmat rumah-rumah bersejarah.

“Dia buka IG-nya, katanya, lalu muncul rumah saya. Kemudian mereka terbang ke Surabaya dan melanjutkan perjalanan di sini. Waktu itu saya tidak buka, saya masih bersih-bersih, tapi orang itu sudah berdiri di depan pagar. Mereka duduk di lantai dan minum kopi selama setengah hari sementara saya disuruh bercerita tentang desa. Kemudian langsung pamit ke Malaysia. Jadi dari Malaysia ke Indonesia, tujuannya hanya sampai di sini. Itu semangat buat saya,” lanjut Rudi.

Dari situ ia ikut menyebarkan pariwisata dengan mengajak para pemilik rumah untuk membuka diri kepada wisatawan. Tujuannya agar wisata heritage di Kayutangan semakin semarak.

“Saya mendengar bahwa akhirnya banyak pemilik rumah membuka pintu mereka. Saat apartemen saya buka, orang mau masuk, silakan lihat-lihat, tolong, bahkan jika mereka ingin melihat kamar saya, mereka dipersilakan. Jadi yang paling open house adalah rumah saya,” kenang Rudi.

Selain Malaysia, kafe tersebut juga ramai dikunjungi wisatawan dari Prancis dan Swiss.

“Biasanya mereka pergi ke desa dan kemudian minum kopi di sini. Mereka kaget ada kopi yang begitu enak, tapi kok harganya murah, cuma lima ribu. Sangat senang Anda berada di sini. Jika tidak ada pemandu wisata, saya biasanya mengundang orang yang bisa berbahasa Inggris ke sini agar saya bisa memberi tahu mereka,” sambungnya.

Rumah Rudi juga menjadi cikal bakal dan sekretariat Kelompok Sadar Wisata di Desa Kayutangan. Ia yang selama ini berkecimpung di dunia pariwisata berharap desanya bisa menjadi destinasi wisata ikonik di kota Malang.

[nrd]

Source: www.merdeka.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button