Dedi Mulyadi Minta Pemerintah Kaji Mahalnya Tarif Perjalanan ke Komodo - WisataHits
Jawa Barat

Dedi Mulyadi Minta Pemerintah Kaji Mahalnya Tarif Perjalanan ke Komodo

jakarta

Wakil Ketua DPR RI Dedi Mulyadi menilai kebijakan pemerintah menaikkan tarif wisata Taman Nasional Pulau Komodo menjadi Rp15 juta per paket atau Rp3,75 juta berlebihan dan akan menurunkan jumlah wisatawan. Menurutnya, mayoritas masyarakat menolak hal tersebut.

“Kekhawatiran orang itu setelah bea cukai, jumlah wisatawan akan berkurang dan kemudian Taman Komodo akan menjadi taman eksklusif yang dikendalikan oleh perusahaan tertentu. Sehingga dikhawatirkan akan mematikan industri pariwisata yang dikelola oleh pengusaha kecil dan lokal yang tersebar,” kata Dedi dalam keterangan tertulis, Selasa (Kamis). 23.8.2022).

Hal itu diungkapkan Kang Dedi saat memimpin rapat dengar pendapat dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang pengelolaan wisata alam di Taman Nasional Komodo, Senin sore (22/8).

Dia juga mempertanyakan rencana pemerintah menerapkan paket Rp 15 juta. Nanti, jika masyarakat tidak mau menggunakan jasa pariwisata yang ditentukan, Dedi meminta pemerintah menjelaskan detail perizinan.

“Itu Rp 15 juta. Apakah hanya paket yang bisa dipilih atau tidak?” kata Dedi.

Bagi Dedi, polemik ini merupakan pengingat lain dari serangkaian kebijakan pemerintah yang tidak tepat. Ada beberapa kebijakan yang kurang tepat yaitu hilangnya lahan hutan yang diserahkan kepada pihak swasta sehingga menyebabkan sebagian masyarakat mengungsi dan nyawanya sekarat, misalnya masyarakat adat di Kalimantan dan Sumatera.

Selain itu, diketahui di berbagai daerah, seperti Lampung, terjadi polemik tentang satwa yang dilindungi. Banyak gajah yang merambah kawasan pemukiman karena kelaparan dan perusakan kawasan hutan. Dalam hal ini, pihak swasta berperan penting dalam konversi hutan.

“Begitu pula macan tutul di Jawa Barat punah karena berebut (tanah) dengan penduduk. Macan tutul turun makan kambing lalu (harimau) dibunuh (warga),” katanya.

Di sisi lain, Dedi menilai pemerintah mengirim banyak birokrat ke sekolah. Namun, manajemen strategis tidak jarang dialihkan ke sektor swasta. Dia menilai, kewenangan yang diberikan pada birokrasi akan berdampak pada sejumlah penyidikan di bidang hukum yang sedang berjalan.

“Ada humor di negara ini,” katanya.

Dedi mendesak pemerintah untuk meningkatkan kesadaran akan upaya sistematis. Jangan sampai ekonomi masyarakat setempat dirugikan oleh kebijakan-kebijakan yang dipilih oleh pemerintah. Menurutnya, kebijakan paket itu lebih baik nilainya jika membuat wisata komodo “kaya” dan mematikan ekonomi lokal.

“Kalau paketnya ternyata ganti merek jadi milik orang kaya, sepertinya komodo tidak bisa hidup tanpa paket seharga 15 juta rupiah dan masyarakat lokal kehilangan banyak ruang ekonomi, lebih baik dilakukan saja. menilai itu, jangan menggunakannya. Mari kita tidak menjadi seperti ini suatu hari nanti. Kami gagal mengelola lingkungan kami,” kata Kang Dedi.

Ia berharap setelah pertemuan ini akan ada tindakan yang lebih konkrit agar kekhawatiran masyarakat terhadap berbagai polemik komodo tidak muncul.

“Setelah itu, kami akan melanjutkan dengan langkah-langkah yang lebih konkrit agar kepedulian masyarakat terhadap kenaikan tarif paket wisata khusus komodo yang diharapkan mematikan seluruh potensi lokal dapat terlaksana dengan baik dan tidak terwujud,” pungkas Dedi. .

(akd/ega)

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button