Danau Singkarak, Keindahan Alam di Sumatera Barat - WisataHits
Jawa Timur

Danau Singkarak, Keindahan Alam di Sumatera Barat

Gaya hidup VIVA – Danau Singkarak merupakan danau yang digunakan sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Danau yang diciptakan oleh aktivitas lempeng tektonik ini memiliki kedalaman hingga 268 meter.

Ketika Anda berkunjung ke Sumatera Barat, Anda wajib mengunjungi Danau Singkarak karena pesona alamnya yang luar biasa. Selain itu masakan di Danau Singkarak sangat unik, ada masakan ikan yang khas di danau ini.

Lokasi Danau Singkarak hanya berjarak 70 km dari kota Padang. Terletak di antara dua kabupaten, yaitu kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar.

Danau Singkarak.

Danau Singkarak juga merupakan danau terbesar kedua di pulau Sumatera setelah Danau Toba. Sungai ini juga merupakan hulu Sungai Ombilin dan digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air pembangkit listrik tenaga air Singkarak di Kabupaten Padang Pariaman.

Pembentukan danau ini dimulai pada zaman dahulu oleh seorang ahli biologi dari Jerman yaitu Ernst Haeckel, yang konon merupakan salah satu orang pertama yang membuat keindahan Danau Singkarak dikenal ke seluruh dunia. Dan pada tahun 1905 Ernst Haeckel melakukan penelitian di bidang ini.

Lukisan yang menggambarkan kondisi danau saat itu menjadi salah satu lukisan pertama yang dikenal luas, sehingga dikenal banyak orang. Namun, di situlah asal muasal legenda Danau Singkarak yang terkenal itu. Berikut ceritanya:

Asal Usul Danau Singkarak

Pemandangan udara Batu Barraguang, Nagari Sumpu, Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

Pemandangan udara Batu Barraguang, Nagari Sumpu, Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

Foto:

  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Di Nagari Minangkabau pernah tinggal keluarga Pak Buyung bersama istri dan anaknya yang bernama Indra. Sebagai anak tunggal, Indra tumbuh menjadi anak yang rajin dan berbakti. Indra juga memiliki seekor ayam peliharaan bernama Taduang, yang sering menyapanya dengan burung gagak saat pulang dari hutan.

Satu-satunya kelemahan Indra adalah nafsu makannya yang berlebihan. Dalam sekali makan, Indra bisa makan setengah keranjang nasi dan beberapa piring lauk pauk. Ini menjadi masalah ketika musim kelaparan datang karena hasil hutan dan laut semakin sulit diperoleh dan keluarga Pak Buyung harus menabung dan menahan kelaparan.

Ketika makanan dan beras habis, mereka juga bergantung pada tanaman seadanya seperti ubi jalar dan talas. Setelah beberapa hari, keluarga Pak Buyung hanya makan ubi, Indra mulai kesal dan menangis.

Dia mengeluh lapar dan meminta orang tuanya untuk memberinya makan. Tetapi ayah dan ibunya cukup malas untuk pergi ke hutan atau laut karena sulit mencari makanan.

Pak Buyung yang kesal kemudian menegur anaknya yang pindah. “Anak pemalas! Kalau lapar cari makan sendiri di hutan atau di tepi laut!” kata sang ayah. Istrinya membela Indra karena anaknya masih terlalu kecil untuk mencari makan sendirian. adalah Indra yang paling sering memakan makanannya.

Akhirnya wanita itu menyarankan Indra untuk menuruti ayahnya dan pergi ke bukit Junjung Sirih untuk mencari makan. Indra menurut dan pergi setelah berpamitan dengan Taduang. Sayangnya, Indra kembali dengan tangan kosong, tidak bisa mendapatkan makanan.

Keesokan harinya, Indra kembali diperintahkan oleh ayahnya untuk mencari makan di laut, tetapi kembali ke rumah dengan tidak berhasil. Indra mengikuti perintah ayahnya tidak berhasil selama hampir sebulan sampai dia juga kelelahan.

Ketika dia meminta izin untuk istirahat, sang ayah marah dan memanggilnya anak malas. Indra yang tidak berani melawan ayahnya akhirnya melaut. Ibunya tanpa sadar mengikutinya ketika Pak Buyung sedang mencari makan di hutan.

Sang ibu membawa pulang kerang pensi, yang kemudian dimasak menjadi pangek. Namun sebelum makan, Pak Buyung khawatir makanan tidak akan cukup untuk mereka bertiga. Pak Buyung pun meminta istrinya membelanjakannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan Indra.

Sebagai pertanda, mereka menyembunyikan makanan saat Taduang berkokok pertanda Indra sudah dekat. Memang, ketika Taduang berkokok, mereka langsung membersihkan makanan dan mencuci tangan.

Indra yang kelelahan tidak mendapatkan ikan setelah kembali dari laut. Ketika dia meminta makanan kepada orang tuanya, ayahnya menjawab bahwa tidak ada yang bisa dimakan dan malah memerintahkannya untuk mencuci ijuk di laut sampai menjadi putih.

Pemandangan udara Batu Barraguang, Nagari Sumpu, Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

Pemandangan udara Batu Barraguang, Nagari Sumpu, Danau Singkarak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat

Foto:

  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Objek wisata ini terletak di perbukitan Nagari Aripan, Kecamatan Koto Singkarak. Di kawasan ini terdapat rumah pohon yang dibuat oleh pengelola objek wisata, yang menambah kesan estetis saat memotret. Selain itu, di tempat ini juga terdapat fasilitas paralayang bagi para pecinta olahraga.

Source: www.viva.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button