Dampak Pembangunan Jalan, Sawah di Desa Kesongo Disulap menjadi Kafe - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Dampak Pembangunan Jalan, Sawah di Desa Kesongo Disulap menjadi Kafe – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Jalan Ngentaksari, Desa Kesongo dan Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang menjadi tujuan para wisatawan. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANG –Hamparan persawahan di depan pegunungan Merbabu, Telomoyo dan Rawa Pening merupakan potensi yang sangat besar bagi Desa Kesongo, Tuntang, Kabupaten Semarang.

Sawah yang dulunya hanya digunakan untuk menanam padi kini telah berubah menjadi kafe semi permanen.

Promosi Kartu Tokopedia menjadi Kartu Kredit Terbaik Versi Asian Banker Awards 2022

Potensi pemandangan alam yang indah mendorong para pengusaha untuk menjadikan tempat tersebut sebagai destinasi wisata kuliner sambil memandangi pemandangan pegunungan.

Kepala Desa Kesongo Supriyadi mengakui potensi tersebut sudah terlihat sejak adanya pandemi Covid-19.

Dulu banyak orang yang tiba-tiba naik sepeda, dan Jalan Ngentaksari, Kesongo kerap menjadi sasaran.

Baca Juga: Budaya Daringan Kesongo, Wisata Kuliner Menatap Tipuan Rawa

“Sejak jalan dibangun. Ada program catu daya. Sebelumnya, akses jalan buruk, sangat buruk. Orang tidak mau datang ke sana,” kata kepala desa saat bertemu dengannya Solopos.comMinggu (11/12/2022).

Ia menjelaskan, setelah pembangunan jalanan yang terus membaik pada 2019 dan 2021, kafe mulai bermunculan di deretan jalan tersebut. Dikatakan ada sekitar 9 kafe besar. Lima di wilayah Candirejo dan empat di wilayah Desa Kesongo.

“Kalau kecil, banyak. Mayoritas dikelola sendiri oleh warga desa,” jelasnya.

Sebagian besar kafe di desa memperkuat UKM di daerah tersebut. Sehingga pertumbuhan ekonomi bisa bersama-sama.

Supriyadi pun menyambut positif keberadaan kafe tersebut.

Baca Juga: Kopi Omah Kulon, Tempat Berkumpul Menghadap Pegunungan Telomoyo dan Merbabu

“Program PSU bertujuan untuk menggerakkan perekonomian. Jalan sudah selesai dan ekonomi berjalan, saya senang karenanya. Jadi ruang ekonomi,” jelasnya.

Saat ini juga ada normalisasi aliran. Jika dibangun dan dikemas dengan baik, itu akan menjadi ruang ekonomi lagi.

“Kalau hari Minggu pagi, kamu bisa jalan-jalan pagi. Pada saat yang sama, ada yang berjualan di sana. Perekonomian akan bergerak lagi,” jelasnya.

Memang, beberapa investor akan terjun karena melihat potensi prospek yang indah ini. Namun, mereka sengaja menahan diri. Karena orientasinya sedemikian rupa sehingga warga dapat diberdayakan terlebih dahulu. Menjadi master di negaranya sendiri. Ke depannya, Supriyadi juga akan menjadikannya desa wisata.

“Saat ini kita sedang berjalan. Nanti kalau hanya verifikasi. Biarkan pihak terkait memverifikasi ini sebanyak mungkin,” jelasnya.

Baca Juga: Baling-Baling Kapal Terjerat Tali, Nelayan Rawa Meninggal Dunia

Hal senada dikatakan Tri Gunawan Setyadi, Kepala Desa Candirejo, Tuntang, Kabupaten Semarang, sejak berdirinya PSU Road Aid, perekonomian masyarakat meningkat.

“Dampak pembangunannya luar biasa. Akhirnya tumbuh kafe di sepanjang jalan ini. Selama ini memang booming seperti itu,” ujarnya.

Selain itu, harga tanah di sepanjang jalur tersebut meningkat drastis. Warga juga tidak menjual tanahnya. Mereka melihat potensi besar di daerah tersebut. Pemerintah desa juga telah menyiapkan berbagai pelatihan bagi warga UMKM.

“Mudah-mudahan masyarakat bisa bangkit secara ekonomi. Kami juga akan memiliki konsep wisata kuliner di sana. Orang-orang di sekitar kita mendorong mereka untuk memulai bisnis sebagai embrio,” jelasnya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button