Cerpen Widuri Yang Malang - Klik Times - WisataHits
Jawa Timur

Cerpen Widuri Yang Malang – Klik Times

Cerpen Widuri Yang Malang – Klik Times

Oleh Dwi Harini (Widuri)

Awalnya kehidupan keluarga saya tenang, rukun dan damai, meskipun saya hidup dalam kesederhanaan. Suami saya mantan preman tidak punya pekerjaan tetap alias kerja serabutan sedangkan saya widuri membuat kerajinan/souvenir sesuai pesanan.Ketika pesanan tidak cukup, saya menjual kue basah seperti lumpia goreng, lumpia kukus, lumpia bakar dan Aneka Rasa Roti Maryam. Membuat kebahagiaan kami semakin sempurna dikaruniai tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan kecil, sangat menyenangkan dan menghibur dan membuat kami semakin bersemangat untuk bekerja lebih keras. Kami sepakat untuk membesarkan anak-anak kami dengan baik. Keseimbangan antara pendidikan sekolah dan pendidikan agama. Mas Ari sangat ketat dalam pendidikan agama untuk anak-anak kita, karena Mas Ari berprinsip bahwa anak tidak boleh bernasib seperti bapaknya, karena Mas Ari sudah terjerumus ke dalam dunia kegelapan yaitu sebagai preman, padahal Mas Ari sangat ingin berubah. apalagi sejak kami memiliki anak, kami menjalani hidup ini hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, penuh dengan keceriaan, kedamaian dan keharmonisan.

Suatu hari Mas Ari pulang kerja dengan seorang teman, sebut saja dia Nono. Nono adalah ketua asosiasi yang mengelola Pantai Wisata Goa China. Nono menawari Mas Ari pekerjaan di Pantai Gua China, yang langsung diterimanya setelah terlebih dahulu meminta persetujuan saya. Mas Ari di pantai Gua Cina telah diberikan tanggung jawab untuk menjaga tiga toilet umum, sebagian parkir sepeda motor dan mobil. Setiap hari Jumat Mas Ari pergi ke pantai sedangkan anak-anak saya dan saya mengikuti pada hari Sabtu ketika kami pulang sekolah dan kemudian menginap. Pada hari Minggu sore kami pulang bersama.

Penghasilan Mas Ari cukup lumayan untuk kami simpan, selain itu usaha kerajinan saya juga semakin banyak menerima pesanan, saya juga banyak menerima panggilan untuk melatih desa khususnya PKK dan karang taruna desa. Berkat pelatihan, saya tentu saja mendapat kompensasi untuk semua ini.

Tahun ketiga Mas Ari bekerja di Pantai Wisata dan bengkel saya semakin banyak yang order, kami semakin rajin menabung hingga mampu membeli mobil pickup bekas T 120 55. Kami sengaja membeli mobil pickup karena mobilnya setiap pagi dan Sore harinya saya juga bisa mengosongkan lowongan untuk adik saya Dion yaitu memuat sampah di pantai wisata setiap pagi dan sore, lumayan untuk meningkatkan tabungan bank kita.

Hingga suatu Sabtu sore, saat aku dan anak-anak hendak pergi ke pantai, tiba-tiba Mas Ari datang dengan tergesa-gesa sambil tetap memegang tanganku.
“Kak, Nono diculik polisi!” Mas Ari berkata, “Kenapa, ada apa, Mas?”
“Kemarin sore ada pemuda mabuk dipukuli Nono, tiba-tiba polisi datang dan bawa kabur,” kata Mas Ari.
“Sekarang apa?” kataku. Kemudian Mas Ari mengajak saya pergi ke pantai.
“Ayo cepat ke pantai, kamu dan anak-anak bawa mobil Dion, ya biar aku pakai mobilnya. Kalau tiba-tiba ada telepon dari Oni atau Nono, saya harus kemana?”
“OKE”. Saya langsung mengajak anak-anak ke Mas Dion. Tiga hari berlalu sejak Nono dibawa pergi oleh polisi, Mas Ari mendapat telepon dari Oni dan meminta kami untuk mempersiapkan segala sesuatunya karena Nono akan segera kembali ke rumah kami bersama teman-temannya.

Baca Juga: Beredar Narkoba, Dua Pria Ditangkap Polisi di Mojokerto

Saat itu hari Senin, kami sudah sibuk sejak pagi, terutama para istri anggota komunitas gua Cina di rumah saya, ada yang memasak, ada yang menyiapkan semua makanan. Aksi ini dilakukan sebagai tanda terima kasih kepada ketua paguyuban kami Pengembalian Tepat pukul 09.30 mobil Avanca silver N 779 MA berhenti di dekat rumah, selain Nono dan Oni, 2 pria perkasa berjalan di samping mereka dan di belakang mereka Cobra , supir Nono. Setelah semua tamu masuk ke ruang tamu kami, ibu-ibu menyiapkan minuman dan berbagai macam kue dan buah-buahan.
“Oh, itu untuk Wak Ari, Madame Pean?”
“Iya Mas, ini orang yang mengubah saya dengan memberikan 3 harta yang tak ternilai harganya dalam segala hal,” kata Mas Ari. “Namaku… sebut saja Bejo,” gumamnya.
“Widuri,” jawabku singkat. Orang jangkung berkulit zaitun lainnya berdiri lagi.
“Nama saya Agung, Kak.” Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

Bejo dulunya anggota POLDA setelah tersandung kasus narkoba pada 2013 dan berakhir di Lapas Lowokwaru, setelah itu saya dengar Bejo menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Kepanjen. Sore harinya, setelah para tamu pergi, kami, para wanita dari asosiasi, tetap tinggal mengobrol dan bersih-bersih. Setelah perkenalan beberapa hari lalu, Bejo rutin dan sering datang ke rumah saya dan pantai Gua Cina. Anehnya setiap bejo ini datang mas ari pasti minta uang yang tidak jelas ke aa. Karena seringnya Bejo, seorang pemuda bernama Ipul, datang kembali, maka Ari pasti akan meminta Rp 500.000 sampai Rp 3.000.000 dan langsung pergi tanpa pamit.

Semakin lama saya semakin bingung, kaget dan sedih. Hari demi hari sikap dan perangai Mas Ari berubah total hingga aku merasa seperti orang asing bagi suamiku sendiri yang dulunya sangat baik. Tidak pernah marah, selalu bijaksana dalam segala hal, sekarang sangat kasar, suka marah, tidak jarang bermain dengan tangan Padauk. Yang sangat menyentuh hati saya, Mas Ari sering bersikap kasar terhadap anak-anak. Saya sering dipukuli tepat di depan anak-anak, yang membuat saya semakin sakit, Bejo sering masuk ke rumah dan mengambil mas ari nyabu padahal mereka bersama anak-anak saya. Suatu ketika, ketika saya menegur Mas Arim, saya tidak mendapat jawaban melainkan jabat tangan yang membuat saya langsung jatuh tersungkur… Ya Tuhan…?!…?!

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button