BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #1: Berangkat dari komunitas Pasundan - WisataHits
Jawa Barat

BIOGRAFI MOCHAMAD ENOCH #1: Berangkat dari komunitas Pasundan

BandungMove.idDi HUT ke 109 Pasundan, saya dimintai pendapat oleh seorang wartawan (08/03/2022). Di antara pertanyaan yang perlu saya jawab adalah, “Seperti apa karya Paguyuban Pasundan dalam jangka waktu yang lama sebagai sebuah organisasi? Karena dalam sejarahnya, banyak tokoh Sunda yang juga lulusan masyarakat Pasundan muncul dan bahkan berperan penting dalam sejarah bangsa.”

Saya menjawab pertanyaan: “Saya kira mengapa Paguyuban Pasundan menjadi organisasi besar setidaknya dari tahun 1913 sampai 1942 karena wilayah kerjanya sangat strategis bagi pengembangan sumber daya manusia Sunda, yaitu pendidikan (mendirikan sekolah), Ekonomi (dengan pendirian Bank Pasoendan), politik (kader dan banyak dari mereka adalah anggota dewan kabupaten, kota, provinsi dan negara bagian atau Volksraad) dan pemberdayaan perempuan (dengan mendirikan Pasoendan Istri atau Pasi) dan pemuda ( dengan mendirikan JOP).

Sebagai salah satu langkah untuk menunjukkan kiprah anggota Paguyuban Pasundan di ranah politik dari tingkat kabupaten hingga tingkat negara bagian, saya akan mencicil biografi Ir mulai hari ini. RH Mochamad Henokh (1899-1957). Sayangnya tokoh yang sangat penting ini tidak banyak dikenal, meski karyanya cemerlang sejak masa penjajahan Belanda hingga paruh pertama abad ke-20.

Mungkin masyarakat lebih mengenalnya sebagai Wali Kota Bandung periode 1949-1956, misalnya karena fotonya ditempel di dinding depan Pendopo Bandung bersama walikota Bandung lainnya. Bahkan, tak hanya Wali Kota Bandung yang pernah menjabat.

Pada masa Belanda Henokh sudah lama menjabat sebagai Direktur Pekerjaan Umum (Direktur Regentschapwerken) Kabupaten Bandung. Pada masanya, para pesepakbola Bumiputra di Bandung menjadi lapangan sepak bola sendiri di Tegallega (taman olahraga Tegalega). Pada zaman Henokh, Maribaya juga ditata, dibangun dan dijadikan sebagai tujuan wisata. Banyak jalan di sekitar Kabupaten Bandung dibangun ketika Henokh menjadi direktur pembangunan.

Di bidang kebudayaan, Henokh merintis dan menjadi ketua Bale Kaboedajaan Parahiangan atau Museum ParahianganSebagai bagian dari Wiranatakoesoemah Stichtingsejak 1936. Ia juga ketua stasiun radio swasta VORL (Asosiasi Radio Oostersche Luisteraars), yang menyebarkan budaya Sunda sejak awal, juga sejak tahun 1936. Henokh juga kepala bisnis penerbitan surat kabar Sipataheonanmajalah resmi yang diterbitkan oleh pengurus Persatuan Pasundan di Bandung antara tahun 1931 dan 1936 ketika R. Oto Iskandar di Nata berada di Batavia.

Secara politik, pada zaman Belanda, Mochamad Enoch pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dimaksudkan Bandung dan Provinsi Jawa Barat. Setelah Indonesia merdeka dan ibu kota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta, Henokh juga pindah ke sana. Ia diangkat menjadi walikota pertama Yogyakarta antara Juni dan Juli 1947 dan Menteri Pekerjaan Umum antara Juli dan September 1947, meskipun singkat, dalam kabinet Amir Sjarifoeddin.

Juga di Yogyakarta, Henokh berusaha menghidupkan kembali Persatuan Pasundan, yang menurut Suria Kartalegawa mendukung proklamasi Negara Pasundan pada 4 Mei 1947. Henokh menganggap proklamasi itu sebagai pelanggaran terhadap Kesepakatan Linggarjati. Maka sejak 3 Mei 1947, ia menghidupkan kembali Paguyuban Pasundan, yang didirikan dan hidup sebagai badan hukum untuk mengakui dan mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketika Indonesia berbentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), Mochamad Enoch menjadi anggota Parlemen antara tahun 1949 dan 1959 mewakili PARKI (Partai Kebangsaan Indonesia), nama pengganti untuk Paguyuban Pasundan. Akhirnya, sejak 1 Desember 1949, ia menjabat sebagai walikota Bandung, menggantikan E. Croes.

Kebaikan Mochamad Enoch dimungkinkan karena Paguyuban Pasundan mengubah bentuk organisasinya yang semula hanya aktif secara sosial dan budaya menjadi sebuah asosiasi politik pada tahun 1919. Perubahan ini tercermin dalam Pemerintah Hindia Belanda dengan Surat Keputusan No. 72 tanggal 13 Juni 1919.

Baca juga: Blue Market 3 Cinambo, Diskusi Buku Jejak Nasionalis di Bandung dan Diskusi Novel Lukisan Jalan Astana
Kenikmatan Beracun di Situs Geologi Air Terjun Jompong
Festival Buku Pasar Biru 3, menemukan identitas Chinambo

bahan perpustakaan

Bagaimana mengumpulkan jejak Ir. RH Mochamad Henokh? Jawabannya terletak pada ketersediaan surat kabar dan perpustakaan lama dalam bahasa Belanda, Sunda dan Indonesia, yang dapat saya akses secara gratis melalui situs penyedia perpustakaan Delpher.nl dan Opac.perpusnas.go.id atau Khastara.perpusnas.go. Dari dua situs ini saya dapat mengumpulkan remah-remah data untuk membuat profil Mochamad Enoch yang relatif utuh.

Dari penelitian literatur sejak Februari 2022 saya telah menerima banyak data tentang Henokh. Untungnya, meskipun saya tidak menerima informasi biografi pada awalnya, saya akhirnya mendapatkannya dalam artikel panjang yang berjudul “Doea poeloeh lima tahun di Kamar Dagang (29 Juli 1912 – 29 Juli 1937). R. Mochamad Enoch, direktur Regentswerken Bandoeng(25 tahun mengabdi [29 Juli 1912-29 Juli 1937]. R. Moechamad Enoch, Direktur Pekerjaan Umum Kabupaten Bandung) diterbitkan dalam Sipataheonan Dikeluarkan 31 Juli 1937.

Salah satu informasi yang lolos dari surat panjang itu adalah kurangnya latar belakang keluarga Henokh. Sebagian besar informasi yang disajikan di sana adalah rekam jejaknya selama menjabat di Departemen Pekerjaan Umum (BOW) dan informasi karir lainnya, termasuk latar belakang pendidikannya. Namun, saya merasa bahwa membayar peri kehidupan dan perbuatan Henokh sudah cukup sehingga saya sekarang memiliki keberanian untuk membalasnya.

Selain itu, pada saat pengumpulan data, saya merasa bahwa sumber literatur, terutama yang berbahasa Sunda, sudah hampir habis Sipataheonan terbukti dapat saling melengkapi dengan sumber perpustakaan dalam bahasa Belanda dan Indonesia. Ini juga mendorong saya untuk segera menulis biografi Mochamad Henokh.

Sumber lain juga sangat membantu. Misalnya, literatur tentang atau berkaitan dengan Paguyuban Pasundan karya Hetty Rustiati Ramelan (1983), Sjarif Amin (1984), Memed Erawan (1991), Suharto (1999 dan 2002), Edi S. Ekadjati (2004), Nina H. Lubis ( 2003) dan Iip D Yahya (2008 dan 2013).

Perpustakaan lain yang terkait dengan keadaan Pasundan adalah Arsip Koleksi Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat (2014), Negara Zakboek Pasoendan, 1948-1949, DPRD Zakboek Pasoendan 1949, dan Satu Tahun Negara Pasundan (24 April 1948-24 April 1949)ditambah referensi oleh JMA Tuhuteru (1948), Tanu Suherly (1970), Junaedi (1989), Helius Sjamsuddin dkk (1992), Susanto Zuhdi (1994), Mumuh Muhsin Z (1994), Agus Mulyana (1996), dan Erik Andang Kurnia (2006).

Demikian pula risalah rapat DPR RI dan DPR RI antara tahun 1950-1951 dari website Berkas.dpr.go.id dan Protokol Perundingan 1951 Djilid X (Pertemuan LXX ke LXXX) menunjukkan aktivitas politik Mochamad Enoch sebagai anggota DPR RI.

Perpustakaan yang berbeda ini membuat saya semakin percaya diri untuk menulis CV Ir. RH Mochamad Henokh, lebih menghormatinya. Sebagai salah satu tokoh yang banyak meninggalkan Paguyuban Pasundan, ia telah lama berkecimpung di dunia politik dan menggarisbawahi pentingnya regenerasi dini bagi pemuda Sunda yang ingin terjun ke dunia politik. Karena tentunya tidak ada yang instan, harus melalui proses yang panjang dan memakan waktu.

Source: bandungbergerak.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button