Besar! Orang Eropa tertarik dengan tas laptop berbahan deterjen sampah plastik kemasan - WisataHits
Jawa Tengah

Besar! Orang Eropa tertarik dengan tas laptop berbahan deterjen sampah plastik kemasan

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN – Di tangan warga Klaten, Jawa Tengah, sampah plastik yang digunakan sebagai kemasan deterjen cucian bisa disulap menjadi tas laptop cantik.

Hebatnya lagi, tas laptop berbahan limbah plastik yang digunakan sebagai kemasan deterjen mampu menembus pasar Eropa dan banyak diminati kalangan Belanda, Inggris, Prancis, dan Swedia.

Mereka adalah warga Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Mereka memiliki dan mengelola Bank Sampah Rukun Santoso.

Sampah yang terkumpul kemudian didaur ulang menjadi berbagai kerajinan tangan.

Warga telah berhasil memanfaatkan lokasi yang terkontaminasi untuk menghasilkan berbagai varian produk dari limbah kemasan deterjen dan kemasan makanan ringan dengan aluminium foil.

Bisnis ini diminati di pasar domestik dan luar negeri dan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.

Produk kerajinan dari limbah Bank Sampah Rukun Santoso itu dipamerkan pada Pameran Produk Daur Ulang di Taman Belakang RS Bagas Waras, Klaten, akhir Oktober 2022.

Kepala Bank Sampah Rukun Santoso Sriyono mengatakan, warga sekitar yang menjadi nasabah bank sampah sangat antusias mengurangi sampah di daerahnya.

Salah satu upayanya adalah mendaur ulang berbagai jenis sampah plastik untuk membuat berbagai produk seperti dompet, bros, fanny pack, tas garmen hingga tas laptop.

Ia mengatakan dari berbagai produk daur ulang sampah, tas laptop merupakan produk yang paling diminati saat itu.

Tas tersebut tak hanya menaklukkan Belanda, Inggris, Prancis, Swedia, dan India di kandang sendiri.

“Di pedesaan, kami rutin siaran ke NTT dan NTB, ke tempat-tempat wisata. Kami jual Rp 70.000 hingga Rp 80.000,” kata Sriyono saat ditemui TribunJogja.com di pameran produk daur ulang.

Menurut pria berusia 60 tahun itu, TPA dibantu pembuatan tas laptop dan produk lainnya oleh 6 penjahit lokal.

Limbah deterjen dipasok oleh penduduk desa dan penduduk desa tetangga. Limbah kemasan deterjen dipilih karena mengandung aluminium foil yang mudah dibersihkan.

Setelah deterjen dan limbah kemasan snack dicuci dan dikeringkan, limbah tersebut dipotong dan diserahkan ke pemotong untuk dibuat tas laptop.

“Pemasarannya bisa dilakukan di distribusi kita, kita juga bisa mengirimkannya. Kami juga mengadakan pelatihan-pelatihan agar pengurangan sampah semakin masif,” ujarnya.

Produksinya, kata dia, adalah made to order, namun dalam waktu seminggu pihaknya selalu memproduksi tas dari sampah daur ulang.

“Kami mengajari diri kami sendiri itu. Bank sampah ini berdiri sejak tahun 2013 dan kami selalu berusaha untuk mengurangi sampah di lingkungan dari segi ekonomi,” ujarnya. (*/Ibu)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button