Berbagi ilmu, ITB dirikan pos penelitian di Matotonan - WisataHits
Jawa Barat

Berbagi ilmu, ITB dirikan pos penelitian di Matotonan

Bandung, IDN Times – Desa Matotonan yang terletak di pedalaman Pulau Siberut tepatnya di Kecamatan Siberut Selatan Kepulauan Mentawai menyimpan segudang keunikan yang menawan. Desa ini merupakan kawasan wisata populer yang menampilkan cara hidup asli masyarakat etnis Mentawai.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Matotonan memiliki sumber daya hayati lokal yang menarik untuk dipelajari.

Di luar potensi tersebut, Institut Teknologi Bandung (ITB) menyadari perlunya penelitian langsung agar kearifan lokal dapat dipublikasikan secara luas. Dukungan infrastruktur menjadi tantangan tersendiri mengingat lokasi desa yang terpencil dengan fasilitas yang terbatas.

ITB melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM ITB) untuk berupaya memberikan fasilitas penunjang bagi penelitian yang akan dilakukan, salah satunya adalah perencanaan dan pembangunan posko penelitian dan pengabdian masyarakat di desa Matotonan adalah .

1. Sebagian besar komponen menggunakan bahan lokal

Berbagi ilmu, ITB dirikan pos penelitian di MatotonanBerbagi Ilmu, ITB Dirikan Pos Penelitian di Matotonan (IDN Times/Special)

Pos pengamatan ini berbasis arsitektur lokal Mentawai dan mengoptimalkan penggunaan material lokal. Bangunan berukuran 6 meter x 5 meter ini terdiri dari dua lantai (lantai dasar dan lantai satu). loteng tengah) dan berupa rumah panggung.

Sebagian besar komponen bangunan menggunakan material lokal berupa kayu untuk struktur utama, dinding dan lantai, serta atap jerami. Menggunakan material lokal juga akan mempermudah proses perawatan yang dibutuhkan.

Pelaksanaan pembangunan posko dimulai pada minggu kedua Juli 2022. Sebelumnya telah dilakukan rapat musyawarah antara tim ITB dengan perangkat desa, sehingga menghasilkan suara bulat mendukung program ini.

2. Optimalisasi sistem tiang pancang agar tahan gempa

Berbagi ilmu, ITB dirikan pos penelitian di MatotonanPotret Suku Mentawai (pexels.com/Dream Worship)

Pembangunan posko ini melibatkan masyarakat sekitar sebagai pekerja yang sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan lokal untuk membangun rumah atau rumah adat.

Selama proses pembangunan banyak terjadi sharing informasi dan pengetahuan dari ITB kepada masyarakat sekitar dan dari masyarakat kepada tim ITB. Sistem tiang pancang yang banyak digunakan oleh masyarakat setempat dapat lebih dioptimalkan untuk memperhitungkan potensi gempa yang sering terjadi di Kepulauan Mentawai.

Tim ITB yang terdiri dari dosen dan mahasiswa juga terlibat dalam mengawasi pembuatan dan pengambilan dokumen tersebut. Pembangunan pos pengamatan ini selesai pada akhir September 2022.

“Kehadiran posko ini bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat ITB di Desa Matotonan. Setelah selesai, ITB akan menyerahkan posko ini kepada desa agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” kata Meifrinaldi, dosen ITB dan penanggung jawab kegiatan pembangunan pos pengamatan, dalam siaran pers yang diterima, Selasa ( 02/11/2020/2022).

3. ITB akan lebih mengembangkan potensi Desa Matotonan

Berbagi ilmu, ITB dirikan pos penelitian di MatotonanBerbagi Ilmu, ITB Dirikan Pos Penelitian di Matotonan (IDN Times/Special)

Dukungan dan penerimaan masyarakat menjadi modal besar bagi kegiatan pengabdian ITB di Matotonan. Meifrinaldi bersama tim pengabdian lainnya di Matotonan meyakini bahwa kerjasama yang ada tidak akan berhenti di sini, tetapi akan menjadi program jangka panjang untuk kemajuan Desa Matotonan.

“Matotonan memiliki banyak potensi yang bisa kita kembangkan bersama di masa depan,” ujarnya.

ITB berharap pusat penelitian ini dapat menjadi jembatan bagi institusi pendidikan untuk berbagi ilmu dan teknologi dengan Matotonan.

“Dan sebaliknya, kita juga bisa mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dari sini,” kata Meifrinaldi.

Baca juga: 5 Rekomendasi Kuliner di Sekitar Kampus ITB, Isi Porsinya

Baca Juga: ITB Lengkapi Green Pharmacy Sebagai Solusi Obat Masa Depan

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button