Babak baru pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat di Sumatera Selatan - WisataHits
Yogyakarta

Babak baru pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat di Sumatera Selatan

Proyek pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat di Sumatera Selatan (Sumatera Selatan) memasuki babak baru.

Pertama, masalah ketersediaan lahan selalu menjadi isu utama yang mengiringi proyek pelabuhan di Sumatera Selatan sejak dimulai pada 1990-an.

Sumsel menginginkan pelabuhan berada di Tanjung Api-Api, namun belakangan lokasinya dipindahkan ke Tanjung Carat di Kabupaten Banyuasin yang tidak jauh dari proyeksi semula.

Berdasarkan hasil kajian, Tanjung Api-Api dinilai kurang menguntungkan karena terdapat ceruk yang berpotensi kandasnya kapal. Jadi, tidak seperti Tanjung Carat yang menghadap langsung ke laut, hanya perlu dibangun satu dermaga.

Namun, persoalannya tetap pada ketersediaan lahan, karena sedikitnya 60 hektar hutan bakau sedang dibuka.

Tarik menarik berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi pada Juli 2022 akhirnya ada secercah harapan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengeluarkan surat keputusan pelepasan kawasan hutan lindung seluas 60 hektar di kawasan Tanjung Carat menjadi hutan hak pengelolaan (HPL).

Oleh karena itu, proyek pelabuhan bukanlah angan-angan, tetapi mendekati realisasi. Bahkan pemerintah menargetkan “upacara peletakan batu pertama” tahun ini setelah sempat ditunda dari November 2021, seperti yang diharapkan oleh Presiden Jokowi.

Direktur Badan Pengelolaan, Pengkajian, dan Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Triana Huswani mengatakan melepas hutan lindung bukanlah perkara mudah bagi negara, sehingga wajar jika sudah bertahun-tahun menjadi masalah.

Sebagai “win-win solution”, negara bagian Sumatera Selatan menyerukan penggantian kawasan hutan lindung di kawasan lain dengan pembuatan hutan lindung.

Atas dasar itu, Pemprov Sumsel membangun taman konservasi (eco-park) seluas lebih dari 60 hektar di Kabupaten Banyuasin.

Bangun taman ramah lingkungan
Padahal, kewajiban membuat eco-park di Mosaik 3-4 Banyuasin sudah ada sejak 2014 karena kawasan ini berada di bawah kewenangan (kepemilikan) Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

Lanjut membaca

Eco-park yang dibangun akan melebihi kawasan hutan lindung yang telah disetujui, yakni 60 hektare. Nantinya, kawasan ini juga akan menjadi model pelestarian alam.

Dalam proses pelepasan hutan lindung untuk pembangunan pelabuhan ini, pemerintah provinsi mengajukan tiga alternatif kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akhirnya menyepakati alternatif dengan luas terkecil hanya 60 hektar.

Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menegaskan bahwa saat menggunakan hutan lindung ini, pihak berwenang tidak melakukan penebaran atau reklamasi untuk menjaga fungsi hutan mangrove.

“Yang dilakukan sama seperti membangun pelabuhan milik pabrik pulp dan kertas OKI yang masih cenderung atau tidak melakukan reklamasi mangrove,” katanya.

Memang, keberadaan pelabuhan sudah lama diidam-idamkan Sumsel sebagai penghasil ekspor karet, kelapa sawit, dan batu bara. Keinginan ini bahkan sudah didengungkan sejak tahun 1990-an.

Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, keluarnya SK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SK) pelepasan hutan lindung merupakan langkah positif yang patut disyukuri mengingat rumitnya upaya mewujudkan pelabuhan ini.

Dia berharap proyek pelabuhan tidak molor lagi karena sudah menjadi kebutuhan mendesak bagi Sumsel.

Infrastruktur ini sangat dibutuhkan karena dipandang sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk wilayah berpenduduk sekitar 9 juta orang ini.

Sumatera Selatan dikenal sebagai provinsi yang kaya akan produksi karet, kelapa sawit, dan batu bara, tetapi gagal mensejahterakan petaninya. Sebab, harga barang ekspor yang diterima petani terserap oleh mahalnya biaya transportasi.

Selama ini Sumsel hanya mengandalkan pelabuhan sungai Boom Baru yang terletak di tengah Kota Palembang. Seperti di pelabuhan pedalaman, kapal-kapal yang berlabuh hanya berukuran kecil. Belum lagi masalah dasar sungai yang pendangkalan.

Selain itu, draft kapal dibatasi maksimal 6 meter, sehingga hanya 40 persen dari daya dukung yang digunakan. “Bahkan kapal besar hanya bisa mengangkut 8.000 ton atau 40 persen dari kapasitas, sedangkan biayanya sama dengan 20.000 ton,” kata Herman Deru.

Akibatnya, biaya pengangkutan bahan baku menjadi tinggi, sehingga mempengaruhi harga karet dan kelapa sawit di tingkat petani.

Non-APBN

Sejauh ini, pemerintah provinsi telah menunjuk PT Sriwijaya Sumsel Mandiri (SMS) sebagai pengelola Pelabuhan Tanjung Carat sekaligus sebagai penggalang dana untuk pengembangannya.

Dia memastikan pembangunan pelabuhan tidak menggunakan dana APBD dan APBN, sehingga akan mengandalkan swasta.

Dikatakan pembangunan pelabuhan akan menggunakan pembiayaan kreatif tanpa melibatkan anggaran negara (APBN).

Gubernur Sumsel Herman Deru pada Selasa (19/4/22) menerima pembekalan pembangunan sistem interkoneksi tenaga listrik Sumsel-Bangka Belitung di kawasan Tanjung Carat, Banyuasin, Sumsel.  (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Gubernur Sumsel Herman Deru pada Selasa (19/4/22) menerima pembekalan pembangunan sistem interkoneksi tenaga listrik Sumsel-Bangka Belitung di kawasan Tanjung Carat, Banyuasin, Sumsel. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pelabuhan Tanjung Carat diharapkan menjadi pelabuhan pertama di Indonesia yang dibangun oleh swasta.

Namun, akan ada keterlibatan satu BUMN, yakni Pelindo, karena dari tiga dermaga yang akan dibangun, dua unit akan diputuskan untuk swasta dan satu unit akan dikelola oleh Pelindo.

Budi mengatakan pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat merupakan proyek percontohan di dalam negeri, yakni pembangunan yang melibatkan swasta.

Bahkan bisa juga untuk pembangunan bandara, memberikan ruang fiskal negara untuk membangun fasilitas transportasi berkat keterlibatan swasta.

Untuk itu, pemerintah mendorong terselenggaranya program creative funding baik melalui kerjasama dengan BUMN maupun dengan pihak swasta di tengah keterbatasan dana pemerintah yang bersumber dari APBN.

Ada sejumlah strategi yang dilakukan, yakni perampingan penerapan pendanaan kreatif non-APBN oleh Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan perampingan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Badan Layanan Umum (BLU). .

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat jumlah pelabuhan di Indonesia pada 2020 sebanyak 2.439 pelabuhan. Jumlah ini meningkat 38,6 persen menjadi 1.760 pelabuhan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Saat ini Kementerian Perhubungan sedang menginventarisasi pelabuhan-pelabuhan yang berpotensi dibangun di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Sejauh ini, investor dari China Shanxi International Economic & Technical Cooperative Co. Ltd. tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat.

General Manager Shanxi International Economic & Technical Co Ltd Indonesia Jason Hang usai mengunjungi kawasan Tanjung Carat beberapa waktu lalu. Hang mengatakan pelabuhan ini memiliki lokasi yang sangat strategis, sehingga perusahaan menganggapnya layak untuk dimasukkan dalam rencana ekspansi bisnis. Selain itu, sumber daya alam yang sangat melimpah di Sumatera Selatan antara lain getah karet, kelapa sawit, batu bara, minyak dan gas.

Keinginan

Yudi, Kepala Desa Sidomulyo, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, mengatakan dia adalah generasi ketiga petani sawit di keluarganya selama ini dan tidak kaya.

Harga minyak sawit ditentukan oleh pabrik pengolahan yang sangat bergantung pada harga jual di pasar internasional. Kadang harga naik, tapi ada kalanya harga turun sampai tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dia mengatakan harga minyak sawit meroket pada pertengahan tahun lalu karena permintaan pasar global yang meningkat, tetapi secara bertahap menurun sejak awal 2022.

“Dari Rp 2.900 per kilogram pada pertengahan 2021, kini hanya berkisar Rp 1.700 per kilogram,” kata Yudi.

Selain itu Risela Rahmadian (27), anggota karang taruna Selangit dari Desa Selangit, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan yang saat ini menjadi anggota UMKM Kopi Musi Rawas, juga mengeluhkan kondisi warga desa yang masih kurang sejahtera. .

Meskipun merupakan daerah penghasil kopi, penduduk Musi Rawas masih tergolong miskin, bahkan daerah ini merupakan salah satu daerah termiskin di Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk mencapai 3.000 jiwa.

Hal ini dikarenakan kopi yang dihasilkan oleh masyarakat setempat dibawa ke Provinsi Lampung yang memiliki pelabuhan sendiri, sehingga nama Kopi Musi Rawas ditenggelamkan ke dalam Kopi Lampung.

“Daerah kami berbatasan dengan Lampung, sehingga banyak pengumpul yang membawanya ke sana karena ada pelabuhan yang bisa langsung mengekspor,” kata Risela, lulusan manajemen sumber daya manusia.

Kurangnya pelabuhan seringkali membuat investor enggan membangun pabrik pengolahan di Sumatera Selatan, dan lebih memilih daerah lain di negara ini yang menawarkan infrastruktur yang lebih memadai.

Bahkan, penyerapan di dalam negeri ini bisa menjadi solusi tingkat pabrik terhadap turunnya harga karet. Dengan pabrik ban sendiri, petani tidak lagi bergantung pada pasar ekspor.

Minimnya pelabuhan membuat Sumsel kehilangan potensi lain juga, karena barang-barang seperti kopi terpaksa diekspor melalui pelabuhan regional lain seperti Pelabuhan Panjang, Lampung.

Belum lagi dari sektor batu bara, Sumsel hanya bisa mengekspor sekitar 50 juta ton per tahun dari cadangan 22,5 miliar ton karena keterbatasan infrastruktur.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Erwin Soeriadimadja mengatakan hilirisasi merupakan salah satu cara Sumsel untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Selama ini perekonomian Sumsel bisa dibilang cukup baik, karena bisa tumbuh paling baik dibandingkan dengan provinsi-provinsi di Sumatera. Pada tahun 2022, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel berada pada kisaran 3,56 hingga 5,16 persen (yoy), yang masih akan bergantung pada ekspor komoditas dan konsumsi rumah tangga.

Kalau Sumsel ingin bangkit, perlu upaya lain, salah satunya bergerak ke hilir sehingga tidak bisa lagi tertahan di kisaran 5,0 persen, katanya.

“Hilirisasi ini membutuhkan investor, dan yang dilihat investor adalah seberapa besar kemauan suatu daerah untuk mendukung usahanya,” kata Erwin.

Proyek pelabuhan laut dalam telah mendapat persetujuan untuk dimasukkan dalam Proyek Strategis Nasional. Semula Presiden Jokowi menargetkan Pelabuhan Tanjung Carat bisa groundbreaking pada akhir tahun 2021, namun karena kendala pasokan lahan, target tersebut tidak tercapai. Kini masyarakat Sumsel menunggu kelanjutannya.

Source: id.berita.yahoo.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button