Jawa Timur

Aisya Najwa Aswinanti, Aremanita Korban Kanjuruhan Akan Terus Nonton Arema FC

Aisya menyukai sepak bola sejak kecil. Sejak duduk di bangku SMP, ia menjadi penonton tetap pertandingan Arema FC di tribun stadion. Meski menjadi korban tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu, remaja Sumberpucung itu ngotot untuk terus menonton pertandingan Arema secara langsung dari stadion.

RABU Sorenya (19/10), mobil Avanza warna putih melaju ke halaman rumah di Jalan Ajar Mangir, Desa Sumberpucung, Kabupaten Malang. Seorang wanita dewasa muncul dari pintu mobil kanan, yang kemudian membuka pintu mobil kiri. Seorang gadis kecil bergegas keluar rumah untuk menyambut mereka sambil membawa payung. Kau tahu, saat itu sedang hujan.

Tidak lama kemudian, pintu sebelah kiri mobil terbuka dan seorang gadis muda terlihat keluar dengan sepasang tongkat penyangga. Ketiga wanita itu kemudian masuk ke dalam rumah. Di dalam, mereka disambut oleh seorang pria berkacamata yang berbicara dengan dua wartawan Jawa Pos Radar Malang.

“Duduk di sini,” kata seorang pria bernama Winarno kepada seorang gadis yang memakai kruk sambil menunjuk ke sofa kosong di sebelahnya.

Remaja dengan kruk adalah putri sulung Winarno. Namanya Aisya Najwa Aswinanti. Dia adalah salah satu korban selamat dari tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022. Padahal, seharusnya dia check in di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen kemarin sore.

Kemarin merupakan pertemuan kedua bagi remaja 15 tahun itu untuk menjalani pemeriksaan pada kaki kanannya yang cedera. Beberapa tulang kakinya patah sementara pahanya bengkak. “Dulu bengkak. Sekarang berangsur-angsur membaik. Dokter juga memasang pena. Tapi saya tidak tahu apakah itu permanen atau dilepas,” kata Winarno.

Ia menjelaskan, Aisya menyaksikan pertandingan Arema FC vs Persebaya bersama 15 temannya. Karena sudah sering melihatnya, Winarno tidak khawatir. Dia dan istrinya Astuti juga telah memberikan izin.

Menurut Winarno, Aisya rutin menonton pertandingan Arema FC dari kelas 2 SMP hingga kelas 3 SMP. Karena sang kakek adalah penggemar sepak bola yang tidak kenal kompromi. Cinta ini kemudian berlanjut ke cucu-cucunya, termasuk Aisya.

Sayangnya, Aisya kurang beruntung pada pertandingan 1 Oktober itu. Ia terlibat kerusuhan di tribun penonton Stadion 12 Kanjuruhan. Aisya terkena penghalang di tribun dan dipukul dengan gas air mata. Namun gas air mata itu tidak terhirup karena Aisya menutupi wajahnya dengan selendang biru khas Arema FC.

“Saat itu saya tidak menyangka akan ada kerusuhan. Pukul 20.30 saya mengirim pesan singkat, Aisya masih menjawab. Tengah malam, ponsel anak saya sudah tidak aktif lagi,” jelas ayah tiga putri ini.

Pagi-pagi sekali, Winarno membuka media sosial dan hanya membaca informasi bahwa Arema FC kalah. Pukul 01.00, ia menerima kabar bahwa Aisya telah dibawa ke Rumah Sakit Wava Husada. Winarno dihubungi oleh teman Aisya yang sedang menonton.

Ditemani teman Aisya, Winarno dilarikan ke RS Wava Husada. Dia mengira Aisya mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang setelah menonton pertandingan. Namun, sesampainya di pekarangan rumah sakit, pria yang berprofesi sebagai kontraktor itu terheran-heran. Karena rumah sakit itu penuh dengan penggemar yang terluka atau meninggal.

“Akhirnya saya menyadari ada kerusuhan. Kemudian saya diantar ke Aisya. Untungnya anak itu sadar dan tidak ada trauma lain selain patah tulang di kaki dan lecet,” jelasnya.

Melihat kondisi Aisya, tim medis langsung memberikan perawatan sementara. Pada Minggu malam (2 Oktober) sekitar pukul 18.30 siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Sumberpucung menjalani operasi. Namun, tim medis mengatakan Aisya masih bisa berjalan. Dia harus menggunakan kruk untuk sementara waktu sebelum pulih sepenuhnya.

Selama enam hari perawatan, Aisya juga mendapat bantuan psikologis dari seorang psikiater. Saat ini, kondisi mentalnya stabil dan dia tidak bisa lagi membayangkan peristiwa kelam di Stadion Kanjuruhan. “Ketika saya bertanya, Nenek Arema, Engkok, memainkan yo’opo yang bagus? dia menjawab, Ya jam!” katanya.

Hingga kemarin, Aisya masih harus istirahat di rumah. Dia harus mengikuti ujian tengah dari rumah dan tidak akan bisa mengikuti tamasya ke Bali minggu depan.

Meski terluka dan kehilangan barang-barang penting, Winarno bersyukur Aisya bisa selamat dari musibah tersebut. Namun dia tetap berharap pemerintah serius menangani masalah ini. Selain itu, ada orang yang kehilangan anggota keluarga atau terluka parah. Belum lagi penanganan para korban yang prosesnya sangat panjang. (*/gemuk)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button