5 fakta tentang fenomena ice jam di Dieng - WisataHits
Jawa Tengah

5 fakta tentang fenomena ice jam di Dieng

wisata Dieng

Perbesar

Kawah dengan legenda Pangeran Kidang Garungan (Sumber: turisdieng)

Sementara itu, Ahmad Yani Semarang Sutikno, Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Kelas II, dalam siaran persnya mengatakan Upas-Tau adalah embun beracun, menurut warga Dieng.

“Fenomena ini terjadi ketika suhu mendingin, lalu turun embun dingin dan beku. Embun ini menutupi tanaman kentang dan orang Dieng menyebutnya Upas-embun karena efeknya membuang kentang yang mati,” ujarnya.

Menurut dia, beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pembentukan embun beku yang mendahului suhu yang sangat dingin di Dieng, termasuk pergerakan matahari yang tampak, intrusi suhu dingin, dan laju penurunan suhu dengan ketinggian.

Ia mengatakan, kemunculan fenomena Upas Tau di kawasan Dataran Tinggi Dieng pada 2021 dimulai pada Mei, tepatnya 10 Mei 2021, berikutnya 7 Juli 2021, dan kabar terbaru 15 Juli 2021 hingga 16 Juli 2021. .

“Kemudian embun upas 2022 akan terjadi lebih awal yaitu pada awal 2022 tepatnya pada 4 Januari 2022. Kemudian pada 30 Juni 2022,” kata Sutikno.

Selain itu, fenomena dingin dan es pada malam hari di lereng Pegunungan Dieng lebih cenderung disebabkan oleh kondisi meteorologis dan musim kemarau saat ini.

Menurutnya, saat puncak musim kemarau, suhu udara umumnya lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering.

“Dalam kondisi seperti itu, lebih banyak panas matahari yang terbuang dan hilang ke luar angkasa. Akibatnya, suhu udara di musim kemarau lebih dingin daripada di musim hujan,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, kandungan air di dalam tanah semakin menipis dan uap air di udara sangat sedikit, terbukti dengan kelembaban yang rendah.

Pada puncak musim kemarau di Pulau Jawa, beberapa lokasi dataran tinggi khususnya di daerah pegunungan berpeluang mengalami kondisi udara permukaan kurang dari titik beku 0 (nol) derajat Celcius karena molekul udara di daerah pegunungan lebih tipis dibandingkan dengan daerah pegunungan. di dataran rendah, sehingga sangat cepat dingin, terutama saat cuaca cerah dan tidak mendung oleh awan atau hujan.

Uap air di udara mengembun di malam hari dan kemudian mengembun menempel di tanah, daun, atau rumput. Embun yang menempel di ujung daun atau rerumputan langsung membeku karena suhu udara yang sangat dingin.

“Ketika mencapai minus atau nol derajat, embun atau embun beku terjadi di daerah tersebut. Di Indonesia, fenomena ini dilaporkan terjadi di beberapa tempat, yaitu Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, dan Pegunungan Jayawijaya,” kata Sutikno.

Infografis Dieng

Perbesar

kisah kiamat kecil di dataran tinggi dieng (liputan6.com/triyasni)

Source: m.liputan6.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button