Wow! Warga Maluku bangun rumah dari hasil penjualan kain antik, berapa biayanya? - WisataHits
Jawa Timur

Wow! Warga Maluku bangun rumah dari hasil penjualan kain antik, berapa biayanya?

Kepulauan Tanimbar

Emas atau tanah adalah kendaraan investasi jangka panjang. Namun pernahkah Anda berpikir bahwa sehelai kain bisa menjadi titipan yang berharga?

Olivia Reresy, warga Desa Tumbur di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, daerah perbatasan antara Indonesia dan Australia, mengatakan pernah menjual kain peninggalan orang tuanya untuk membangun rumah. Kain itu disebut kain katun tua.

Sepintas, kain tersebut terlihat seperti hasil tenun pada umumnya. Bedanya, kain ini terbuat dari benang katun pintal tradisional.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Olivia menjelaskan, proses pembuatan kainnya lebih rumit dibandingkan menenun biasa. Karena kainnya terbuat dari bahan katun yang sudah dijemur selama beberapa hari. Kemudian kapas dipintal dan hasilnya hanya bisa ditenun.

Menurut Olivia, kain katun lebih tebal namun sangat nyaman dipakai. Usianya bisa sangat panjang, puluhan bahkan ratusan tahun.

Kain katun adalah suci bagi Tanimbar. Kain ini digunakan sebagai hadiah pernikahan atau untuk urusan adat lainnya.

“Itu diturunkan dari ibu ke nenek moyang. Jadi kain ini (diwariskan) kepada anak yang lebih tua. Jadi ibu (nanti) menyerahkannya kepada yang lebih tua. Saya punya dua anak, semuanya perempuan,” kata Olivia kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Olivia tidak yakin dari tahun berapa kain lama yang dia jual. Berdasarkan informasi yang ia terima dari orang tuanya, kain itu dibuat sekitar tahun 1930-an.

Pada tahun 2014, seorang warga negara Amerika yang sudah mengenal Olivia dan keluarganya tertarik untuk membeli kain katun bekas tersebut. Dia berani membayar harga yang mahal sebesar 50 juta rupee. Olivia kemudian menggunakan uang itu untuk membangun rumah yang sekarang dia tinggali.

“Mau bangun rumah ini, kain lama sudah dijual. (Harga) Rp 50 juta. Itu tahun 2014,” kata Olivia.

“Orang yang membelinya adalah orang Amerika. Dia mentransfer uang setelah pembayaran, kami mengiriminya kain. Kain itu dipakai sebagai pajangan di kapal (di laut),” lanjut Olivia.

Sekarang Olivia memiliki sepotong kain katun tua. Baru-baru ini, kain telah ditawarkan oleh orang-orang. Namun karena harganya yang tidak pas, Olivia enggan melepas kain pusaka tersebut.

“Mereka menurunkan harga. Mereka hanya menawarkan 10 juta (rupiah), saya tidak mau.. Ibu tidak melepaskan,” kata Olivia.

Olivia adalah pemilik Galeri Cotton Mele di Desa Tumbur. Tempat ini biasanya dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk melihat koleksi patung dan ukiran. Almarhum suami Olivia ini adalah seorang pematung ulung yang telah mengikuti berbagai pameran di seluruh Indonesia.

Olivia mengatakan hasil patung itu bisa menghidupi keluarganya. Agar uang hasil penjualan patung tersebut dapat dikelola dengan baik, ia telah menabung di bank BRI selama beberapa tahun. Ia memilih menabung di bank agar lebih aman dan uangnya bisa ditabung untuk kebutuhan mendesak.

“Kita simpan saja. Simpan saja dengan aman sehingga kita hampir tidak bisa membawa sedikit. Juga untuk cucu sekolah sekarang sudah ada cucu sekolah di Malang,” kata Olivia.

detikcom menyelenggarakan program perbatasan dengan BRI yang meninjau pembangunan ekonomi, infrastruktur, dan pariwisata di beberapa wilayah utama Indonesia. Untuk informasi program ini, ikuti terus berita Boundaries di tapalbatas.detik.com!

(prf/ega)

Source: news.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button