Wisata Perairan Jebulan di Kabupaten Pangandaran: Kendala dan Tantangan Pengelolaannya - WisataHits
Jawa Barat

Wisata Perairan Jebulan di Kabupaten Pangandaran: Kendala dan Tantangan Pengelolaannya

Dari : Rega Permana, S.Kel., MS

daerah Pangandaran terkenal dengan wisata pantainya, seperti Pantai Pangandaran, Pantai Batu Hiu, Pantai Batu Karas dan lain sebagainya. Namun ternyata Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi wisata alam perairan umum daratan seperti air terjun, danau dll. Salah satu potensi wisata air publik daratan di Kabupaten Pangandaran adalah Curug Jebulan.

Keberadaan Curug Jebulan belum diketahui banyak orang hingga saat ini. Ini bisa jadi karena pengelolaan Curug Jebulan yang kurang baik. Kurangnya pengelolaan menyebabkan fasilitas yang ada di Air Terjun Jebulan belum maksimal dan masih kurangnya promosi atau pengenalan objek wisata ini kepada masyarakat.

Menghadapi permasalahan tersebut, diperlukan pengamatan lebih lanjut terhadap permasalahan dan kendala yang ada di Air Terjun Jebulan, serta menemukan strategi pengelolaan yang baik untuk mengembangkan potensi wisata Air Terjun Jebulan.

Jebulan merupakan salah satu objek wisata alam berupa badan air umum yang dikelilingi oleh hutan yang masih alami. Jebulan dikenal dengan nama Air Terjun Jebulan namun ada juga yang menyebutnya Lembah Jebulan. Air Terjun Jebulan merupakan salah satu air terjun yang ada di Kabupaten Pangandaran.

Lokasi Air Terjun Jebulan berjarak 34 km dari Pantai Pangandaran, lebih tepatnya di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Tempat wisata merupakan daerah yang sangat terpencil atau terpencil dan belum banyak dikunjungi oleh wisatawan termasuk wisatawan lokal.

Curug Jebulan merupakan wisata alam yang masih alami. Perjalanan menuju Curug Jebulan melewati persawahan, perkebunan dan pemandangan alam yang sulit ditemui di perkotaan. Aktivitas yang bisa dilakukan di tempat ini adalah bermain air seperti berenang, body rafting, makan dan menikmati pemandangan alam. Curug Jebulan juga memiliki spot foto alam yang menarik bagi wisatawan.

Air Terjun Jebulan dapat dicapai dalam waktu satu jam dari Pantai Pangandaran. Akses jalan menuju Jebulan dapat diakses dengan kendaraan roda empat maupun roda dua, namun roda dua lebih cepat.

Selain itu, pengunjung yang datang sebelum kawasan menggunakan kendaraan roda empat harus berjalan kaki untuk sampai ke Curug Jebulan. Karena jaraknya cukup jauh, disarankan untuk menyewa ojek keliling desa Cigugur.

Setelah sampai di depan situs, pengunjung harus melanjutkan perjalanan melalui tracking trail. Jalur ini masih berupa lapisan tanah dan akan mengalir di sepanjang jalur sungai yang jernih, pengunjung harus berhati-hati saat melintasi jalur tersebut. Dibutuhkan sekitar 10-15 menit berkendara dari depan kawasan Jebulan menuju lokasi utama Air Terjun Jebulan.

Tidak ada biaya masuk yang dikenakan untuk Air Terjun Jebulan, sehingga pengunjung dapat mengunjungi air terjun ini secara gratis. Jam operasional Air Terjun Jebulan sendiri tidak dibatasi karena tidak ada pengelola resmi yang membuka dan menutup lokasi air terjun, namun disarankan pengunjung harus kembali dari lokasi utama antara pukul 15.00 hingga 16.00 karena lampu jalan yang menyala malam selalu masih minim.

Air Terjun Jebulan masih belum memiliki fasilitas, yang ada hanya air terjun alami. Jika pengunjung ingin memasuki kawasan Air Terjun Jebulan, disarankan untuk membawa perbekalan sendiri karena belum ada penjual makanan di lokasi utama air terjun.

Air Terjun Jebulan masih sangat asri dan alami. Curug Jebulan juga memiliki air terjun yang unik karena tingginya hanya 1 meter. Air terjun ini juga memiliki goa yang terhubung dengan area kolam Air Terjun Jebulan.

Di kolam ini pengunjung bisa berenang dan juga menenangkan diri karena suasananya masih asri dan tenang. Pengunjung juga bisa berfoto dengan pemandangan hijau dan alam di tempat ini.

Permasalahan yang ada di Curug Jebulan Cigugur Pangandaran adalah aspek ekologi dan teknis. Masalah utamanya adalah mencakup semua teknis operasional objek wisata dan pengelolaannya.

Adapun permasalahan dan kendala yang dihadapi di Air Terjun Jebulan adalah sebagai berikut:

  • Aksesnya sangat jauh dari pusat kota dan perlu sekitar satu jam tiga puluh menit dari Pantai Pangandaran. Jalan menuju Jebulan kurang bagus karena masih menggunakan jalan yang sangat kecil yang hanya bisa dilalui oleh sepeda motor. Lokasi ini juga tidak bisa menggunakan sepeda motor untuk menuju air terjun karena akses yang terlalu sulit dan pengunjung terpaksa berjalan kaki. Akses yang bisa dilalui dengan mobil juga sangat terbatas, sehingga pengunjung dengan mobil harus berjalan sangat jauh dari tempat parkir menuju Curug Jebulan, atau bisa juga menggunakan ojek.
  • Jalannya licin, jalan kaki dari tempat parkir kendaraan ke tempat wisata cukup panjang dan hanya bisa diakses dengan berjalan kaki. Sebagian besar jalan yang harus dilintasi terbuat dari tanah dan batu yang tidak rata, sehingga jalan menjadi licin saat musim hujan. Trotoar yang licin membuat banyak pengunjung terpeleset jika tidak hati-hati.
  • Fasilitas di Jebulan masih sangat minim karena hanya ada satu ruko di Jebulan. Hal ini terjadi karena pengelolaan yang ada di Jebulan masih belum baik dan juga masyarakat sekitar serta pemerintah belum mengetahui potensi yang dimiliki Jebulan. Fasilitas umum sangat penting, terutama kamar mandi umum, yang berfungsi sebagai tempat mengganti dan membilas pakaian setelah pengunjung berenang.
  • Beberapa sampah plastik berupa bungkus makanan ringan dapat ditemukan di jalan setapak menuju lokasi air terjun. Hal ini mungkin karena tidak adanya tempat sampah di lokasi, sehingga menyulitkan pengunjung untuk membuang sampah.

Pengelolaan Air Terjun Jebulan masih dilakukan oleh masyarakat sekitar dan kesadaran pengunjung. Saat ini belum ada organisasi atau orang yang secara khusus bertanggung jawab untuk mengelola objek wisata Jebulan.

Wisata alam Jebulan memegang peranan penting dalam pariwisata dan lingkungan di Kabupaten Pangandaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan yang baik agar terjadi keseimbangan antara pemanfaatan alam sebagai pariwisata dan kelestarian lingkungan.

Penulis:
Rega Permana, S.Kel., MS
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Source: seputarpangandaran.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button