Terjebak dalam dua dimensi ruang dan waktu di De Tjolomadoe - WisataHits
Jawa Tengah

Terjebak dalam dua dimensi ruang dan waktu di De Tjolomadoe

Bekas Pabrik Gula Tjolomadoe telah direvitalisasi menjadi De Tjolomadoe yang terbuka untuk umum. Selain bisa melihat proses produksi gula di masa lalu, tempat ini menawarkan museum modern dan area komersial, membuat pengunjung merasa terjebak dalam dua dimensi ruang dan waktu yang berbeda.

Lokasi Museum Gula De Tjolomadoe tidak jauh dari pusat Kota Solo, sehingga mudah untuk dikunjungi. Alamatnya Jalan Adi Sucipto No.1 Malangjiwan, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah dan lokasinya tidak jauh dari Bandara Adi Sumarmo.
Sebelum pabrik gula ini menjadi museum seperti sekarang ini, tidak digunakan selama 20 tahun. Setelah dipugar, pembangunan pabrik yang dimulai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV pada hari Minggu tanggal 8 Desember 1961 dibuka untuk umum pada hari Sabtu tanggal 8 Desember 2018.
De Tjolomadoe memiliki luas 1,3 hektar dan berdiri di atas lahan seluas 6,4 hektar. Ada biaya 35.000 rupiah untuk masuk.
Di dalam kawasan, pengunjung akan menemukan kemegahan pabrik, terutama foto pra-restorasi dan hasil pasca-restorasi.
Eksterior bangunan berwarna krem ​​dengan lis putih bersih dan cerobong asap yang menjulang tinggi yang menjadi ciri khas bekas pabrik gula di manapun berada. Di dinding atas bangunan sisi timur tertulis Anno 1928. Tahun ini direncanakan perluasan areal pabrik dan transformasi arsitektur.
Hasilnya bukan hanya pabrik gula yang bisa menghasilkan lebih banyak, tetapi bangunannya pun terlihat lebih megah.
De Tjolomadoe kini menjadi tempat para wisatawan bisa belajar tentang sejarah pabrik gula, berfoto, hang out, menikmati kuliner dan atraksi budaya. Bahkan, bekas pabrik gula ini juga didesain sebagai ruang komersial selain digunakan sebagai museum.
Museum ini menawarkan berbagai koleksi tentang sejarah pabrik gula. Selain itu, beberapa ruangan di gedung De Tjolomadoe masih menghadirkan suasana tempo dulu yang dipadukan dengan berbagai fungsi modern seperti kafe, showroom, food court dan lain-lain.
Di kawasan museum De Tjolomadoe, wisatawan akan menemukan berbagai tempat menarik yang bisa digunakan untuk fotografi. Misalnya, ada model tangki tua di luar gedung. Roda juga merupakan bagian dari mesin pabrik. Menara air telah dicat ulang agar lebih menarik.
Spot foto yang menarik adalah gambar dua dimensi penjual Arumanis dengan ibu dan anak sebagai pembeli. Gambar ini dipadukan dengan sepeda dengan pembuat aroma yang lucu, yang ditampilkan dalam tiga dimensi. Perpaduan ini membuat bangunan dengan arsitektur kolonial menjadi tempat penting untuk fotografi.
Di sisi lain ada ruang terbuka dengan tulisan Angkringan Goela di dinding. Di depannya ada kursi dan meja tempat Anda bisa duduk dan menikmati makanan dan minuman. Beberapa pohon kecil ditanam di area ini sebagai pendingin.
Di dalamnya terdapat mesin-mesin pabrik dengan roda gigi besar yang dinamai sesuai dengan proses jalur produksi. Pengunjung mendapatkan wawasan tentang proses produksi gula dari tebu hingga gula kristal.
Stasiun pertama adalah Stasiun Ketelan, yang dulunya merupakan tempat pembangkitan uap panas untuk menggerakkan mesin-mesin manufaktur. Di tempat ini, selain kesempatan untuk belajar tentang mesin uap, kini juga digunakan tempat untuk menyajikan dan menikmati berbagai kuliner lokal dan internasional.
Proses selanjutnya adalah stasiun penggilingan, saat ini digunakan sebagai area museum pabrik gula. Pengunjung yang memasuki area ini dapat melihat mesin giling dalam ukuran penuh, karena mesin yang dipajang adalah sisa-sisa pabrik yang telah dicat ulang kemudian disimpan di lantai mezzanine yang memiliki railing kaca di tengah ruangan.
Penggunaan kaca pada bagian samping ruangan menjadi sumber cahaya utama di area ini. Selain itu, jendela kaca patri ini juga merupakan bagian dari museum, dimana pengunjung dapat melihat mesin penggilingan ini dari luar gedung pada malam hari.
Setelah melewati stasiun penggilingan, ada dua area yang bisa dikunjungi, yaitu stasiun uap dan area museum sejarah pabrik gula di Indonesia. Stasiun evaporator digunakan untuk menjadi pemisahan antara jus gula dan air.
Tidak banyak perubahan yang dilakukan di area ini. Warisan pabrik gula dilestarikan dan dicat dengan cat khusus anti karat. Vaporization station terdapat beberapa mesin vaporization yang masih utuh dan terawat. Tempat ini sekarang menjadi area arcade.
Di stasiun karbonasi, sari tebu diendapkan untuk pemurnian. Prosesnya adalah dengan menambahkan jeruk nipis agar air tebu menjadi bersih dan putih. Fasilitas yang bisa kita temukan di stasiun Karbonatasi adalah bagian Art & Craft. Di sini wisatawan dapat membeli berbagai kerajinan tangan dan karya seni yang dibuat oleh seniman lokal.

fungsi komersial
Di De Tjolomadoe, museum menjadi daya tarik utama. Tapi bukan itu, tempat ini untuk tujuan komersial lainnya. Ruangan tidak hanya sebagai tempat makan dan minum, tetapi juga ruang pameran seperti pameran seni, foto dan sketsa.
Selain showroom indoor, museum ini juga sering mengadakan pameran outdoor. Pameran luar ruang di tempat parkir museum ini meliputi karnaval celup, konser musik, mode, dan banyak lagi.
Beberapa ruangan di bekas pabrik tersebut adalah beberapa pusat perbelanjaan untuk membeli oleh-oleh berupa karya seni atau kerajinan. Saat ada pameran, wisatawan juga bisa membeli aneka kuliner, lukisan, batik dan produk lainnya.
Di De Tjolomadoe kami tidak hanya ingin menyegarkan. Jalan-jalan bersama pasangan, teman atau keluarga di kawasan museum ini akan terasa sangat menyenangkan. Karena ada banyak tempat yang bisa dikunjungi untuk melihat sesuatu yang baru.
Angkringan Goela, sebuah food court. Banyak makanan lokal/tradisional dan western food di daerah ini. Pilihan lainnya adalah Besali Cafe. Terletak di Stasiun Ketelan, Besali Cafe menawarkan minuman dan makanan ringan dengan nuansa yang lebih kekinian.
Ada juga Tjolomadoe Hall, fasilitas yang paling banyak dikunjungi di sektor museum.
Gedung ini digunakan sebagai gedung serbaguna, sehingga sering digunakan untuk konser internasional, pameran dalam ruangan dan acara lainnya. Halo/N-3

Baca juga:

Bank daya ringan untuk di perjalanan

Ditinggalkan selama 20 tahun

Sejarah pabrik gula dimulai pada era tanam paksa, yang dimulai pada tahun 1830. Menurut Bernard HM Vlekke (2016), gula menjadi komoditas ekspor terpenting saat ini, bersama dengan nila dan kopi. Petani yang tanahnya cocok untuk menanam tebu untuk pakan menanam tanaman ini.
Meskipun sistem penanaman paksa berakhir pada tahun 1870, sebagian besar pabrik gula terus menjadi milik pribadi. Selain itu, pabrik gula itu tidak hanya dikelola oleh Belanda, tetapi juga oleh orang Tionghoa, termasuk para bangsawan setempat.
Dibangun oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV pada tahun 1853-1881, Pabrik Gula Tjolomadoe atau Colomadu terpaksa ditutup pada 1 Mei 1998. Tekadnya mendirikan pabrik adalah membangun industri tebu untuk ekspor dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Menurut situs resmi Puro Mangkunegaran, pembangunan pabrik itu menelan biaya 400.000 gulden. Salah satu sumber pendanaan berasal dari keuntungan perkebunan kopi Praja Mangkunegaran. Tanaman untuk produksi gula didatangkan langsung dari Eropa.
Setelah selesai, Mangkunegoro IV menamai pabrik tersebut Pabrik Gula Tjolomadoe. Arti nama Tjolomadoe adalah gunung madu. Harapannya, dengan adanya pabrik gula ini akan menjadi kekayaan berupa gula pasir berbentuk gunung.
Pada tahun 1981, Pabrik Gula Tjolomadoe dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Nasional (PNP). Sejak tahun 1996 masuk dalam wilayah pengelolaan PTPN IX.
Seiring dengan perkembangan wilayah Kota Solo dan Kabupaten Karanganyar, lahan tebu rakyat semakin berkurang. Akibatnya, bahan baku produksi gula sangat berkurang, sehingga PTPN IX menutup pabrik gula pada 1 Mei 1998.
Setelah lama terbengkalai, pada tahun 2017 beberapa BUMN seperti PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk. PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur dan Ratu Boko (Persero) serta PT Jasa Marga Properti mendirikan perusahaan patungan di bawah nama PT Sinergi Colomadu. Tujuannya untuk memulihkan atau merevitalisasi dengan mengikuti kaidah cagar budaya dan melestarikan nilai dan kekayaan sejarah yang ada.
Proses pemugaran terhambat karena pabrik ini bukan bangunan lama dan sudah tidak beroperasi sejak 1 Mei 1998. Selain itu, ada kesulitan dalam mencari rencana dan foto Pabrik Gula Colomadu.
Untungnya kendala tersebut dapat diatasi, sehingga pada Sabtu, 8 Desember 2018, bertepatan dengan HUT ke-157 pabrik gula tersebut, dilakukan revitalisasi dan pembukaan museum untuk umum.
Panen pertama tahun 1863 dari 135 bahu (1 bahu 958027,5 meter) sawah yang ditanami tebu menghasilkan 6.000 pikul gula. Jumlah produksi yang cukup fantastis untuk ukuran saat itu, karena bisa menandingi rata-rata produksi gula per pikul di Jawa.
Oleh Puro Mangkunegaran gula tidak hanya dikonsumsi sendiri, tetapi juga dijual ke Belanda, Singapura dan Bandaneira. Hasil penjualan Pabrik Gula Colomadu digunakan oleh Mangkunegoro IV untuk membayar karyawan, merenovasi Puro Mangkunegaran, membangun sekolah umum, membangun irigasi dan jalan.
Pabrik Gula Colomadu yang semula dikelola oleh Mangkunegaran untuk kepentingan keluarga dan rakyat Mangkunegaran harus ditutup berdasarkan Keputusan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1946 tanggal 15 Juli 1946.
Pabrik tersebut kemudian diserahkan kepada Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI). Pada tahun 1981, Pabrik Gula Colomadu dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Nasional (PNP). Sejak tahun 1996, Pabrik Gula Colomadu masuk dalam wilayah administrasi PTPN IX hingga ditutup.
Pada 4 April 2017, pemerintah melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, meletakkan batu pertama untuk revitalisasi Pabrik Gula Tjolomadoe. Rencananya, bangunan bekas pabrik gula itu akan dijadikan sebagai pusat kebudayaan di Jawa Tengah. Halo/N-3

Baca juga:

Geopark Karangsambung, Dasar laut lepas


editor : Marcellus Widiarto

penulis : Haryo Brono

Source: koran-jakarta.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button