Suci dari waktu ke waktu - WisataHits
Yogyakarta

Suci dari waktu ke waktu

Suci dari waktu ke waktu

Kota Suci ini dulunya bernama Al Manar atau Masjid Al Aqsho, diambil dari nama masjid di Yerusalem bernama Masjid Al Aqsho. Kota Yerusalem juga disebut Baitul Maqdis atau Al-Quds. Dari kata Al-Quds lahirlah kata Kudus yang kemudian digunakan untuk nama kota Kudus modern.

Kota Suci awalnya tumbuh dari sebuah desa kecil bernama Tajug di tepi Sungai Gelis. Mayoritas masyarakat Desa Tajug adalah petani yang menangkap ikan dan membuat batu bata.

Saat itu, Syekh Ja’far Shodiq membangun menara masjid yang memiliki bentuk unik seperti candi yang menjadi tempat ibadah umat Hindu di halaman masjid. Sejak itu, Syekh Ja’far Shodiq diberi nama Sunan Kudus oleh masyarakat sekitar menara.

Sunan Kudus atau Raden Ja’far Sadiq adalah salah satu penyebar agama Islam di Indonesia yang tergabung dalam Wali Songo. Sunan Kudus lahir sekitar tahun 1500 M, bernama lengkap Sayyid Ja’far Sadiq Azmatkhan.

Sunan Kudus adalah seorang wali yang terkenal dengan toleransinya yang tinggi. Itu masih dikenal sampai sekarang dan dikejar oleh para pengikutnya yang cinta damai.

Kudus dikenal sebagai kota pelajar. Kota ini merupakan pusat perkembangan Islam pada Abad Pertengahan. Hal ini terlihat dari adanya dua makam wali/sunan yakni Sunan Kudus, Sunan Muria.

Hampir setiap hari makam Sunan Kudus tidak sepi dari peziarah, baik dari santri berbagai pesantren di sekitar menara Kudus maupun dari berbagai rombongan bus berplat nomor dari luar kota se-Jawa dan luar Jawa.

Yakni, Kudus dikenal sebagai kota Kretek, penghasil rokok terbesar di Jawa Tengah.

Seiring waktu, Kota Suci berkembang pesat. Banyak musafir datang untuk mempelajari Al-Qur’an dan berbisnis. Karena Kudus tidak hanya terkenal sebagai kota pelajar tetapi juga penghasil berbagai jenis industri.

Untuk semakin mempertegas julukan Kota Kreteknya, Kabupaten Kudus kini secara bertahap memperkenalkan budaya aslinya yaitu tari kretek.

Tari kretek menggambarkan petani dalam kegiatannya menanam, memetik dan memilah daun tembakau untuk digunakan dalam industri rokok kretek.

Sebelumnya Kabupaten Kudus juga membangun museum kretek. Museum Kretek didirikan pada 3 Oktober 1986 atas prakarsa Soepardjo Roestam, Gubernur Jawa Tengah saat itu.

Ide ini muncul saat dirinya berkunjung ke Kudus untuk melihat potensi kontribusi bisnis kretek dalam meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Museum yang terletak di kota Kudus ini didirikan untuk menyimpan dokumentasi perkembangan kretek di Kudus dan tanah air.

Ada yang baru di Kota Suci. Untuk memanjakan anak muda di sana, pemerintah setempat menghiasi tata kota seperti Malioboro di Jogja. Jika Anda melewati alun-alun Kota Kudus dan menuju ke barat Anda akan menemukan Kudus City Walk.

Ikon baru yang menjadikan Kudus semakin indah di malam hari. Apalagi jika diisi anak-anak muda yang nongkrong di mana-mana, kudus terlihat lebih bagus dan tidak berisik. Tidak ada salahnya kudu sekarang layak disebut nama kota wisata, selain ramah lingkungan tentunya juga enteng di kantong.

Selain pariwisata, kearifan lokallah yang membuat masyarakat Kudu tetap damai dan harmonis. Umat ​​suci telah lama terbiasa dengan sikap “gusjigang” (baik, mengaji, berbuat). Intinya berprilaku baik dalam bertingkah laku, tidak meninggalkan Al Quran atau menuntut ilmu, dan meningkatkan skill melalui jual beli.

Jadi jangan heran kalau banyak wali yang berbisnis ya, salah satunya karena menganut prinsip Gusjigang ini.

Sebenarnya bukan hanya Kudus City Walk atau Gusjigang saja yang membuat Kota Kudus unik.

Ada juga tradisi buka luwur, tebokan jenang atau kirab budaya yang masih uri-ured. Belum lagi permainan tradisional yang bertahan hingga saat ini agar anak-anak tidak kecanduan gimmick.

Selain memproduksi rokok, Kudus juga terkenal dengan industri Jenang Kudus yang memproduksi kain bordir yang dikenal dengan bordir icik secara manual menggunakan mesin jahit.

Perkembangan alat produksi mesin bordir Juki, serta bordir komputer, belum bisa mengalahkan produksi bordir icik.

Namun seiring berjalannya waktu, istilah Gus Jigang yang dulunya mengaji dan berdagang sempat paralel, kini sudah tidak paralel lagi. Berdagang kini menjadi prioritas utama untuk mengejar keuntungan dibandingkan membaca Al-Qur’an hanya berdoa dan belum tentu mendapatkan uang.

Sejarah Asal Usul Kata Gusjigang; Pada masa perkembangan Islam, bekas Suan Kudus mendesain ulang kota tua yang suci. Pusat kota di Masjid Menara Kudus, yang terletak di dekat kompleks pemukiman Sunan Kudus.

Di sekelilingnya kemudian terdapat rumah-rumah penduduk beratap limas. Perekonomian kota mulai berkembang ketika perdagangan lintas batas dibuka melalui Sungai Gelis, yang membelah kota suci kuno.

Saat ini, Kudus memiliki berbagai julukan sebagai identitas kota tersebut. Diantaranya, Kudus adalah kota yang ramai, Kudus adalah kota Kretek, Kudus adalah kota Santri, dan Yerusalem Van Java. Julukan baru untuk Kudus juga kini tengah disiapkan, yakni Kudus, Kota Empat Negris.

Identitas baru Kudus yang sedang diciptakan menunjukkan karakter kota yang digagas karena sejarah asal-usul Kudus tidak terlepas dari campur tangan 4 negara. Yaitu adanya peradaban Jawa, Cina, Arab dan Eropa yang mampu menciptakan kudu seperti sekarang ini.

Hal ini dilakukan agar wisatawan tidak hanya membawa pulang makanan sebagai oleh-oleh saat kembali dari Kudus, tetapi juga memiliki cerita untuk diceritakan kepada masyarakat.

Selain itu, pemerintah daerah terus berupaya melestarikan cagar budaya di kudu, karena saat ini benda cagar budaya di kudu semakin punah dan terkikis. Ini adalah kegiatan rutin.

Kegiatan ini merupakan kegiatan edukasi bagi semua orang yang harus mengetahui tentang mengunjungi dan berpartisipasi dalam pelestarian budaya Kudu. Sepertinya hari-hari ini cukup penting karena banyak budaya yang mati dan terkikis.

Pemerintah setempat juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta dalam mengenal, mengunjungi dan melestarikan cagar budaya yang ada di Kabupaten Kudus.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button