Sidekah Kupat, peristirahatan rohani raja-raja Pasundan di Dayeuhluhur - WisataHits
Jawa Tengah

Sidekah Kupat, peristirahatan rohani raja-raja Pasundan di Dayeuhluhur

CILACAP– Bulan Sapar akan dikenang oleh warga Kecamatan Dayeuhluhur sebagai saat raja-raja pasundan dan ketenangan spiritual berjalan di jalan-jalan dusun warga. Sebagai bentuk pengabdian, warga melakukan ritual “Sidekah Kupat”.

Sidekah Kupat, artinya sedekah dari berlian, diadakan pada hari Rabu (Rebo Wekasan) terakhir bulan Sapar (penanggalan Jawa). Menurut penuturan warga Desa Datar, Hanum dan Bingkeng, ritual tersebut sudah berusia 494 tahun.

Ceceng Rusmana, ketua Lembaga Adat Desa Hanum, mengatakan ada versi berbeda terkait kisah Sidekah Kupat. Salah satunya adalah peristiwa yang berkaitan dengan sejarah raja-raja Pasundan dan zaman kerajaan Mataram, baik Mataram Kuno maupun Mataram Islam.

Dia mengatakan Mataram (Jawa Tengah) adalah tempat ziarah raja-raja Pasundan. Mengingat adanya bangunan spiritual seperti candi atau perkembangan syiar Islam.

“Dulu di sini, dianggap sebagai jalur kuil kuno atau rute (darat), sebelum Jalan Daendels ada. Pada zaman Mataram Kuno, banyak raja Pasundan yang berziarah ke Candi Dieng atau Candi Prambanan. Demikian pula, banyak yang melakukan ziarah selama Mataram Islam. Kalau ke utara atau selatan banyak rawa-rawa saat itu,” ujarnya, Rabu (21/9/2022).

Dia mengatakan kepada saya bahwa raja membawa sekelompok besar orang ketika mereka pergi berziarah. Mulai dari tentara hingga pejabat kerajaan.

Nah, sebagai tanda bakti kepada warga yang wilayahnya dilalui jalur ziarah raja-raja Pasundan, mereka juga membuat intan. Ketupat tersebut kemudian disajikan dengan cara digantungkan pada sebuah tongkat di atas garis desa.

“Warga menyediakan bekal untuk konvoi raja. Selain itu, pada zaman dahulu, selama bulan Sapar, warga juga membersihkan jalan-jalan desa sebagai persiapan perjalanan iring-iringan raja. Sapar artinya perjalanan,” katanya.

Di zaman modern ini, kegiatan ini tetap dipertahankan oleh warga. Setiap Rabu Wekasan di bulan Sapar, masyarakat berkumpul di perbatasan desa pada pukul 06.00. Mereka membawa ketupat yang disajikan di atas mistar gawang.

Nanti, siapa saja yang lewat jalan bisa naik ketupat. Sebelum ritual, para tetua desa membacakan sejarah raja-raja Pasundan yang tersisa dalam bahasa Sunda lengkap, bersama dengan sesaji dan dupa.

“Warga desa lain bisa membawa ketupat. Sedangkan warga desa membawa sendiri perbekalan ketupat dan memakannya bersama di perbatasan desa,” ujarnya.

Warisan yang diusulkan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sangat menjunjung tinggi ritual Sidekah Kupat. Hal ini akan terwujud dengan dukungan adat ini untuk diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB).

Eris Yunianto, Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan Disdikbud Jawa Tengah, mengatakan berdasarkan catatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dari sekitar 726 karya budaya Jawa Tengah, hanya 103 yang tercatat dan berlabel WBTB. Oleh karena itu, upaya telah dilakukan untuk mendokumentasikan dan mendukung ritual kuno ini sehingga dapat diakui sebagai warisan takbenda.

Ditambahkannya, Sidekah Kupat bukan hanya tentang melestarikan budaya. Jika digarap dengan serius, ritual ini dapat meningkatkan pundi-pundi ekonomi warga melalui tempat wisata.

Pada tahun 2022, Pemprov Jateng bekerjasama dengan Pemkab Cilacap akan merevitalisasi Sidekah Kupat melalui festival budaya. Selain dengan meredanya pandemi Covid-19, juga diharapkan dapat mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar.

“Gotong royong bersama oleh semua pengambil kebijakan, termasuk dunia usaha perlu dibicarakan. Disediakan oleh pemerintah negara bagian Deduksi, berharap menjadi hantu. Semoga suka Festival Budaya Dieng (DCF) sudah 13 tahun. Hal ini baru, tentunya membutuhkan dasar yang mendasar, yaitu masyarakat. Nantinya kemajuan ini juga akan dianut oleh masyarakat itu sendiri,” jelasnya. (Pd/Ul, Diskominfo Jawa Tengah)

Source: jatengprov.go.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button