Selamat tinggal Wings Air Citilink | Madura Radar - WisataHits
Jawa Timur

Selamat tinggal Wings Air Citilink | Madura Radar

Oleh Dafir Falah*

Selamat tinggal Wings Air, juga selamat tinggal Citilink. Sumenep tidak sebaik yang diharapkan. Jangan menyerah untuk kembali ke Kota Keris.

AWAL Agustus lalu saya sendiri cukup terkejut. Tiba-tiba, maskapai Wings Air dan Citilink meninggalkan Bandara Trunojoyo Sumenep secara bersamaan.

Alasannya klise, tidak ada penumpang. Tapi itu benar. Fakta tidak dibuat-buat. Ini adalah situasinya.

Sebagai perusahaan jasa penerbangan, jelas ada untung ruginya. Mungkin selama ini dari segi bisnis belum cukup. Oleh karena itu, Wings Air dan Citilink mengucapkan selamat tinggal.

Keputusan yang Sulit. Tapi itulah yang terjadi. Kedua maskapai itu resmi meninggalkan Sumenep.

Padahal, kedua maskapai itu baru terbang di langit Sumenep empat bulan lalu. Itu setelah Presiden Indonesia Jokowi meresmikan Bandara Trunojoyo Sumenep pada 20 April 2022.

Pada 29 April, sembilan hari setelah peresmian, penerbangan komersial rute Sumenep-Surabaya tiba-tiba dibuka. Begitu juga sebaliknya (PP).

Horeā€¦. Anggap saja itu kabar baik. Namun sayangnya kabar baik itu tidak berlangsung lama. Berlangsung hanya empat bulan.

Jadi mengapa itu terjadi? Pikiran buruk saya, penerbangan komersial bisa dibuka karena enggan berbisnis dengan Presiden karena baru meresmikan Bandara Trunojoyo Sumenep.

Atau mungkin Anda hanya ingin membuat Presiden bahagia? Kemudian urusan tenang para penumpang diabaikan. Tidak masalah.

Jika demikian, tidak salah jika Wings Air dan Citilink memutuskan untuk membatalkan penerbangan dari Bandara Trunojoyo, Sumenep. Mungkin Anda merasa terpaksa.

Apalagi bentuk dukungan dari Pemkab Sumenep juga setengah hati. Kesannya kurang serius. Karena dalam keadaan darurat, penarikan kedua maskapai tidak mungkin dilakukan.

Kita tahu bahwa Pemerintah Kabupaten Sumenep tampaknya mendukung keberadaan bandara. Dukungan yang dilaksanakan antara lain atas instruksi seluruh pejabat dan pejabat (PNS), dalam hal operasi di luar kota disarankan menggunakan pesawat.

Apakah instruksi dijalankan? Tidak terlalu. Berapa banyak kendaraan plat merah bernomor polisi Sumenep yang melintas di Sampang, Bangkalan, bahkan Surabaya.

Berarti dukungannya hanya di mulut. Tidak benar-benar dilaksanakan. omong kosong kan?
Anehnya, salah satu menteri datang ke kabupaten paling timur Pulau Madura itu saat Pemkab Sumenep gencar mempromosikan tempat wisata.

Kesimpulan. Menteri datang dan diundang untuk mengunjungi Desa Keris yang terletak di Desa Aeng Tong-Tong, Kecamatan Saronggi. Dengan harapan dapat menarik wisatawan dengan jasa transportasi udara untuk berkunjung ke Sumenep.

Namun, ide bagus ini hanya membuang-buang energi. Bagaimana wisatawan ingin mengunjungi Sumenep. Selama lembaga pendukung lainnya tidak diperhitungkan. Misalnya saat pengadaan bus kota atau sejenisnya. Hal ini diperlukan sekali bagi wisatawan untuk menjelajahi tempat wisata di Sumenep.

Saat wisatawan tiba di Bandara Trunojoyo Sumenep, setidaknya mereka tidak bingung mau dibawa apa. Misalnya, apakah Anda ingin pergi ke desa Keris? Ada yang siap mengantarkan. Lanjut ke pulau oksigen, Pulau Gili Iyang jangan bingung juga. Karena kalau perlu ada bus kota.

Sejauh ini tidak demikian. Wisatawan perlu mencari kendaraan sendiri untuk menuju ke tempat tujuan wisata. Ya kalau dari kota masih ada Grab atau Gojek. Termasuk, dari bandara hingga hotel. Ojek online (ojol) bisa mengatasinya.

Kemudian sebaliknya jika dari Saronggi (Desa Kris), Batang-Batang (Pantai Lombang), Dungkek (Pulau Oksigen) dan tempat wisata lainnya. Apakah ojol masih bisa digunakan? Tentu saja tidak.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika wisatawan kurang tertarik untuk datang ke Sumenep. Selama fasilitas pendukung berupa koneksi transportasi jarak jauh tidak disiapkan. Pariwisata di Sumenep tidak mungkin berkembang.

Lebih baik dibatalkan dan dikubur dalam program pariwisata. Karena percuma, wisatawan tidak akan menengok. Kalaupun ada (turis), bisa dihitung. Saya kira demikian.

Daripada jelas-jelas membuang anggaran besar untuk program pariwisata, lebih baik mengalihkannya ke kegiatan lain. Kegiatan bermanfaat lainnya. Kecuali anggarannya untuk Bancakan. Cerita lain. Itu dia.

*) Jurnalis Muda JPRM

Source: radarmadura.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button