Yogyakarta

Pesona Gua Pindul dan Mitos Batu Lingga Menambah Kekuatan

Gua Pindul adalah sebuah objek wisata berupa goa yang berada di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul. Desa Bejiharjo sendiri terletak di kawasan karst berbukit yang didominasi oleh bebatuan.

Gua ini dapat diakses dari kota Yogyakarta dengan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil melalui Jalan Wonosari, sekitar 7 km ke arah utara. Setelah memasuki Desa Bejiharjo, perjalanan dilanjutkan di jalan aspal.

Sekretariat Gua Pindul ada di ujung jalan. Pencarian gua mengungkapkan formasi batuan stalaktit, yang merupakan jenis mineral sekunder yang menggantung dari langit-langit gua batu kapur.

Gua Pindul terkenal dengan jalurnya yang melewati gua. Hal ini dilakukan dengan menaiki tabung apung melintasi aliran sungai bawah tanah di dalam gua, kegiatan ini dikenal sebagai tabung gua.

Sungai bawah tanah mengalir dari mulut ke ujung gua, di dalam gua ada bagian sempit yang hanya bisa dilewati oleh cincin terapung, jadi wisatawan biasanya bergantian melewati bagian ini.

Gua Pindul memiliki panjang 350 meter dengan lebar 5 meter dan jarak dari permukaan air ke atap gua adalah 4 meter. Menjelajahi Gua Pindul biasanya memakan waktu sekitar satu jam dan berakhir di sebuah bendungan.

Ada sisi gelap di balik keindahan Goa Jomblang di Yogyakarta

Selain tantangan yang diterima, memasuki gua ini juga menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Di zona terang terdapat berbagai stalaktit dan stalagmit yang berusia ratusan bahkan mungkin ribuan tahun.

Gua Pindul juga memiliki cerita sejarah, legenda dan mitos yang dipercaya hingga saat ini. Seperti kisah tentang batu lingga yang kuat, yang dipercaya bahwa menggendong seorang pria meningkatkan kekuatannya, terutama di zona gelap.

“Begitulah mitos yang beredar ketika pria yang memegang batu itu meningkatkan kekuatannya. Coba saja, namanya juga mitos,” kata Andreas, salah satu operator atau pemandu Gua Pindul secara mandiri.

Ada mitos lain tidak hanya untuk pria, tetapi juga untuk wanita. Jika Anda melewati sisi kanan, Anda akan melihat stalaktit yang terlihat seperti candi mini yang terbalik. Dipercayai bahwa wanita yang jatuh dari puncak air stalagmit ini dikatakan awet muda.

Sedangkan di zona gelap, terdapat ruang gua yang tidak ada cahaya yang masuk. Masyarakat setempat percaya bahwa saat Anda berjalan melewati area ini, berdoa dengan tenang dan khusyuk akan dikabulkan oleh Sang Pencipta.

Sejarah Gua Pindul

Gua Pindul dibuka oleh penduduk setempat sebagai objek wisata pada tahun 2010, namun baru populer pada tahun 2014. Tempat ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Bahkan diyakini terbentuk jutaan tahun lalu karena faktor alam.

Gua Pindul dulunya hanya sebuah tempat yang tidak terawat dan dijadikan sebagai sarang kelelawar. Namun berkat prakarsa warga sekitar dan dukungan mahasiswa yang belajar kerja nyata (KKN), tempat ini menjadi primadona.

Wisatawan lokal maupun mancanegara datang ke tempat ini untuk mengeksplor keindahannya. Banyak pejabat pemerintah dari pusat dan daerah datang untuk melihat sendiri sensasinya tabung gua di Gua Pindul.

Gua Pindul memiliki banyak pesona, salah satunya menyangkut sejarah dan legenda penciptaannya. Gua Pindul menyimpan kisah perjalanan makhluk, yang akhirnya mendirikan monumen sendiri.

Mitos Gua Pindul tidak lepas dari cerita Sendang Pitu, beberapa mata air dan nama beberapa dusun di Karangmojo. Pindul berasal dari kata terlalu banyak pipa atau benjolan di pipi.

Kisah ini berkaitan dengan perjalanan Joko Semulung melalui hutan lebat, sungai dan gua untuk menemukan ayahnya. Tempat dimana Joko Semulung berjalan membentuk sungai dan tempat dimana ia muncul menjadi mata air.

Ketika Hama Puthul menjadi masakan favorit warga Gunungkidul

Tempat asal mata air Joko Semulung ini oleh warga sekitar disebut dengan mata air Pitu, masing-masing mata air memiliki nama sendiri-sendiri tergantung apa yang terjadi pada Joko Semulung.

Perjalanan yang ditempuh Joko Semulung untuk mencari ayahnya tentu tidak mudah, ia sangat terganggu selama perjalanan. Misalnya, ketika dia bertemu dengan seekor ular betina yang jatuh cinta padanya.

Ular betina tetap memaksakan cintanya pada Joko Semulung. Karena dia tidak menginginkan cinta ular itu, pertengkaran besar pun terjadi. Ternyata pertempuran itu menghasilkan telur dan ular itu dikutuk menjadi batu berbentuk plengkung.

Dia sudah menyerah melihat ayahnya, tetapi setelah bermeditasi dia kembali ke niatnya. Saat dia melewati tujuh gua yang di bawahnya mengalir sungai, kepalanya membentur batu patahan di dalam gua.

Akibat pukulan di pipinya, sebuah lubang terbentuk di dinding batu, yang sekarang menjadi lokasi wisata. Joko Semulung yang merasa pedih karena pipinya terbentur batu, meneteskan air mata. Peristiwa tersebut kini diabadikan atas nama pintu keluar Gua Pindul.

Ditunjuk oleh UNESCO

Selain mitos dan sejarah, Gua Pindul juga memiliki stalaktit terbesar keempat di dunia dan ini tentu menjadi daya tarik tersendiri. Stalaktit ini bahkan membutuhkan lima orang untuk memeluknya.

Beberapa batuan karst masih hidup dan meneteskan air. Gua Pindul memiliki ruang yang cukup luas hingga terlihat seperti kolam dan terdapat celah yang cukup lebar untuk masuknya sinar matahari.

Keindahannya semakin lengkap dengan ornamen-ornamen pada dinding goa, seperti sebuah mahakarya lukisan abstrak yang memukau pengunjung. Mata kelelawar, menjuntai seperti kristal yang menyala-nyala, menghiasi lorong gua.

Celah ini juga bisa dilewati sebagai pintu masuk dengan memasuki gua secara vertikal. Tempat wisata di sekitar Gua Pindul adalah Gua Gelatik (Gua Kering), tugu peninggalan Jenderal Sudirman, dan situs purbakala Sokoliman.

Pengelolaan Desa Wisata Gua Pindul berbasis pemberdayaan masyarakat juga menjadi model pengelolaan pariwisata bagi negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Pada tahun 2013, rombongan dari Laos dan Myanmar datang untuk mencoba memasuki Gua Pindul secara langsung, namun tidak melalui pintu masuk utama melainkan melalui pintu keluar dengan sampan karet.

Rahasia desa Pitu Gunungkidul, hanya 7 keluarga yang bisa ditempati

“Gua Pindul merupakan salah satu kandidat geopark UNESCO. Keindahan Gua Pindul sangat alami,” kata Imawan Wahyudi, Wakil Bupati Gunungkidul . saat itu Diantara.

Keindahan Gua Pindul ini dibuktikan oleh seorang asesor UNESCO, Prof. Kristin Rangnes. Selama berada di dalam gua, ia menyempatkan diri untuk melihat secara langsung keindahan yang ada di dalamnya.

Sudah di dalam gua dia dibuat takjub dengan air sungai yang sangat jernih dan keindahan dinding gua. Setelah menjelajahi gua ini, ia melanjutkan penyelidikannya dengan berjalan kaki melintasi desa.

Bahkan, pada 2014, Kristin menyelesaikan tugasnya menilai kawasan Geopark di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dan Wonogiri, Jawa Tengah. Empat kawasan Geopark besar di Gunungkidul termasuk Gua Pindul diulas langsung olehnya.

Kristin menemukan bahwa keanekaragaman batuan kawasan karst di Gunungkidul lebih beragam dibandingkan dengan kawasan Gunung Sewu di Pacitan dan Wonogiri. Hal ini tidak lepas dari posisinya di jalur tektonik aktif.

“Kondisi ini berbeda dengan daerah lain. Elemen batuannya lebih beragam,” katanya tribunejogja.

Source: www.goodnewsfromindonesia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button