Perkenalkan Walidi Craft, sentra miniatur di Yogyakarta yang sukses memasuki pasar global: Okezone Economy - WisataHits
Yogyakarta

Perkenalkan Walidi Craft, sentra miniatur di Yogyakarta yang sukses memasuki pasar global: Okezone Economy

Perkenalkan Walidi Craft, sentra miniatur di Yogyakarta yang sukses memasuki pasar global: Okezone Economy

JAKARTA – Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota budaya, pelajar dan pariwisata, tetapi juga memiliki banyak tempat untuk membuat kerajinan tangan. Dimana produknya sudah terkenal di luar negeri.

Di antaranya yang paling terkenal adalah Kasongan, salah satu tempat pembuatan gerabah di Kabupaten Bantul, dan sentra kerajinan logam di Kotagede.

Kedua sentra kerajinan tangan di Yogyakarta ini telah berdiri selama puluhan tahun dan diwariskan secara turun-temurun.

Berbagai macam produk bahkan telah dijual ke luar negeri.

BACA JUGA:Koleksi Sejarah 500 Miniatur Mobil Habiskan Rp 40 Juta, Ada Kendaraan Dinas Presiden Soekarno!

Selain di dua tempat tersebut, ada juga usaha kerajinan tangan yang sudah berdiri puluhan tahun.

Tempatnya adalah Walidi Craft, toko kerajinan yang membuat miniatur sepeda, becak, vespa dan lainnya.

Pemilik Walidi Craft, Theodoris Tyan Kusuma Wardana mengatakan, usaha kerajinan ini pertama kali dirintis oleh kakek istrinya yang bernama Walidi.

Jauh sebelum itu, mbah Walidi adalah seorang pengrajin alat musik tiup yang membuat alat musik gamelan dan sejenisnya.

Sepeninggal kakeknya pada tahun 1998, usaha tersebut dilanjutkan oleh ayah mertuanya.

Dari sinilah nama Walidi Craft mulai dikenal banyak orang hingga saat ini.

“Awalnya Simbah hanya membuat kerajinan kuningan, kemudian turun temurun dari bapak (mertua) saat nenek meninggal. Jadi, dulu bapak memberanikan diri membuat kerajinan seperti miniatur sepeda dan lain-lain,” ujarnya di pertemuan di lokasi manufaktur pada Selasa, 24 April 2023.

Seiring waktu, bisnis miniatur tumbuh.

Saat itu banyak kerajinan tangan yang dijual di pusat-pusat wisata di Malioboro.

Namun pada tahun 2012 ayah mertuanya jatuh sakit dan menghembuskan nafas terakhir.

Baca juga: Ini adalah profesi saat ini bagi Anda yang senang bermain game online

Ikuti Berita Okezone di Berita Google

Sejak itu, perusahaan yang sudah lama berdiri itu dilanjutkan oleh sang anak yang kini menjadi istrinya.

“Di zaman bapak saya tidak banyak variasinya. Misalnya pewarnaannya masih alami, kemudian ukurannya tidak berubah. Lalu hak perempuan yang memegangnya, kemudian terjadi perbedaan ukuran, warna, pada jenis miniatur yang sama, jadi lebih banyak lagi,” ujarnya.

Saat ini rumah produksi yang berlokasi di Jalan Pujowinatan No. PA 1/747 Purwokinanti, Pakualaman, Yogyakarta ini telah memproduksi berbagai jenis miniatur seperti; B. Miniatur Becak, Miniatur Kereta, Miniatur Motor Vespa, Miniatur Motor RX King, Bajaj dan Miniatur Custom.

Untuk jenis miniatur dengan harga yang cukup terjangkau.

Misalnya, miniatur gerbong dengan panjang sekitar 20 cm dan tinggi 10 cm harganya hanya sekitar Rp90.000.

Harganya murah, tapi kualitasnya sangat bagus.

“Untuk harga, kami buat semurah mungkin. Tapi kualitasnya tetap terjaga,” ujarnya.

Bagaimana tidak, proses pembuatannya tidak mudah dan memakan waktu cukup lama, dan bahan miniaturnya yang didominasi besi dan tembaga hanya dijual di bawah Rp 100.000.

Tidak hanya pasar lokal, karena memiliki kualitas yang baik dan tingkat kemiripan yang tinggi.

Miniatur hasil produksinya juga banyak dipesan konsumen dari luar negeri.

Ia mengatakan, pasar luar negeri yang memborong antara lain konsumen dari Malaysia hingga Belanda.

Untuk tujuan pemasaran, Theo dan istrinya terutama menjual produknya ke pedagang kerajinan yang membuka lapak di Malioboro atau pedagang dari luar kota seperti Solo, Bandung, Makasar dan sebagainya.

“Kami lebih fokus menjual ke reseller. Untuk penjualan langsung kami tidak terlalu banyak, hanya sedikit,” jelasnya.

Theo menjelaskan, dirinya tidak bekerja sendiri untuk proses pembuatan kerajinan tersebut.

Ia dibantu oleh tiga orang karyawan yang bertugas mengecat dan membuat bingkai miniatur.

“Rata-rata dalam sebulan bisa menghasilkan sekitar 100 hingga 200 miniatur,” ujarnya.

“Jadi tinggal proses perakitan, pembubutan, pewarnaan dan pengecatan. Untuk percetakan, bahan bakunya kami serahkan ke pengrajin lain,” ujarnya.

Rumah produksi Walidi Craft tidak hanya memproduksi miniatur tetapi juga barang-barang ibadah umat Kristiani seperti lonceng dan tempat lilin.

Meski karya yang dibuatnya dijual ke luar negeri, Theo mengaku mengalami kesulitan dalam hal produksi.

Pasalnya, saat ini ia sedang berjuang mencari anak muda yang mau bekerja di bidang perdagangan.

Selain itu, penjualan tenaga kerja manual anjlok hingga lebih dari 70 persen sejak pandemi Covid 19.

“Kendala yang paling sulit adalah pencarian personel. Sekarang yang termuda yang bekerja di sini berusia sekitar 40 tahun, yang tertua berusia 60 tahun. Jadi kalau ada yang sakit harus stop produksi, seperti sekarang libur produksi, karena ada karyawan yang sakit. “Selain itu, penjualan menurun selama pandemi Covid-19, biasanya penjualan bisa Rp 10-30 juta dalam sebulan, sekarang sulit mencari Rp 5 juta,” jelasnya.

Selain itu, berdasarkan pengamatannya, penjualan miniatur di Yogyakarta mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Ia mengatakan tren perubahan pariwisata menjadi penyebabnya.

“Dulu trendnya wisata belanja, tapi sekarang sudah berubah menjadi trend wisata foto. Nampaknya banyak turis, tapi penjualannya belum meningkat. Kemungkinan tren belanja akan bergeser ke sembako,” jelasnya.

Kendati demikian, ia tetap optimis setelah pemerintah menghapus kebijakan PPKM dan situasi Covid-19 di dunia mereda, penjualan akan meningkat secara bertahap meski belum signifikan.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button