Penjor, lambang perwujudan Istana Tuhan pada acara G20 - WisataHits
Jawa Timur

Penjor, lambang perwujudan Istana Tuhan pada acara G20

Jakarta: “Menunggu pemahaman Hindu Bali Megama, Penjore, Praya Katur Ring Hyang Betara Ring Gunung Agung, Lontar Usana Bali Merangkul, Gunung Agung Linggih Hyang Bhatara Putra Jaya, Putran Betara Pasupati dari Gunung Semeru Ring Jawi.”

Inilah penggalan peran Penjor dalam lontar Usana Bali yang dikutip dalam Nilai Filosofis Penjor Galungan dan Kuningan, I Made Nada Atmaja, dkk, Penerbit Paramita Surabaya (2008). Intisari dari fragmen – sebagaimana dipahami oleh umat Hindu Bali – adalah penjor sebagai persembahan kepada Hyang Betara Gunung Agung, tempat bersemayam para dewa.

Penjor adalah batang bambu utuh yang dihias dengan daun kelapa muda berbentuk khusus. Sepintas, bentuknya mengingatkan pada sebuah panji. Biasanya Penjor dibuat setinggi 10 meter, yang menggambarkan gunung tertinggi.

Umat ​​Hindu Bali percaya bahwa Gunung Agung adalah tempat tinggal Hyang Bathara Putra Jaya beserta para dewa dan leluhurnya. Jadi gunung adalah istana Tuhan dengan berbagai manifestasinya. Dan penjor merupakan simbol rasa syukur dan terima kasih atas hasil bumi yang telah dianugerahkan. Dan Gunung Agung sebagai pemberi kemakmuran itu.

 

Mitologi Penjor

Diambil dalam Lontar Jayakasunu, penjor melambangkan Gunung Agung. Selanjutnya dalam lontar Basuki Stawa disebutkan bahwa gunung (Giri) adalah raja naga yang tidak lain adalah Naga Basuki.

Dalam mitologi, dasar Gunung Agung dikenal sebagai Linggih Sang Hyang Naga Basuki. Nama Besakih berasal dari kata Basuki. Naga Basuki digambarkan dalam Basuki Stawa dengan ekornya di puncak gunung dan kepalanya di laut, yang merupakan simbol gunung sebagai reservoir untuk menyimpan air yang kemudian menjadi sungai. Akhirnya mengalir ke laut.

Dengan demikian, mitologi penjor yang dihias untuk upacara keagamaan atau adat Hindu Bali adalah lambang naga. Sanggah yang ditaruh di penjor bambu dan membawa pelepah kelapa merupakan lambang leher dan kepala Naga Taksaka (ada kelapa yang digantung di atas sanggah penjor, tempat sesajen).

Kemudian gembrong yang terbuat dari daun kelapa dihias melingkar di dekat kelapa yang menggambarkan rambut naga. Sampian Penjor dengan porosnya (menggantung di puncak bambu melengkung adalah ekor Naga Basuki (simbol gunung).

Hiasan yang diletakkan di sepanjang bambu dari bawah hingga atas penjor, terdiri dari nasi gantung, singkong, jagung, kain, dan lain-lain, merupakan simbol dari bulu-bulu Naga Ananta Bhoga sebagai tempat bercocok tanam pakaian dan makanan.



(Logo Indonesia untuk Kepresidenan G20 sangat erat kaitannya dengan budaya Indonesia, yaitu Kawung dalam bentuk siluet gunung. Motif Kawung sering digambarkan pada kain tie-dye buatan Yogyakarta. Foto: Dok. Indonesia.go. Indo)

 

Di acara internasional

Penjor merupakan bentuk rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah mengirimkan Sang Hyang Tri Murti untuk membantu umat manusia dari bencana kelaparan dan bencana.

Dalam rangka syukur dan syukur, Pemprov Bali memasang hingga 2.500 Penjor di sepanjang jalan dari Bandara I Gusti Ngurah Rai menuju tempat konferensi dan hotel, yang akan diawaki oleh negara-negara senior anggota G20 pada 15 dan 16 November 2022.

Keistimewaannya adalah desain ribuan penjor untuk menyambut para delegasi KTT G20 yang dipersembahkan kepada desa adat. Seperti yang sering dipermasalahkan di daerah Kerobokan. Pemerintah daerah menganggarkan Rp 3,5 miliar untuk pembuatan dan pemasangan ribuan penjor.

Nantinya, penjor-penjor tersebut terbagi menjadi dua tipe, yakni tipe intermediate atau menengah yang dipasang di jalan raya. Dan tipe utama yang dipasang di venue utama G20, yaitu Hotel The Apurva Kempinski (tempat pertemuan) dan Tahura Mangrove Area (tempat perjamuan).

Kehadiran Penjor di ajang internasional yang dipandu oleh Ketua Paruman Walaka PHDI Bali, Profesor Dr. I Gusti Ngurah Sudiana, memberikan rasa bangga.

“Simbol Penjor yang sebenarnya berarti persembahan dan ucapan terima kasih ini dapat menjadi pengingat bagi peserta dan delegasi KTT G20,” kata Sudiana, Rabu, 2 November 2022.

 

tipe penjor

Di Bali, Sudiana menjelaskan, ada dua jenis penjor. Yakni, penjor yang dipasang mengacu pada upacara adat, seperti pada hari raya Galungan dan Kuningan, serta penjor pepenjoran. Penjor pepenjoran bisa dipasang kapan saja. Tidak harus terkait dengan upacara adat atau hari raya. Saat itu Penjor Pepenjoran siap menyambut para delegasi KTT G20.

Biasanya tidak ada penjor stand dan penjor sampian pada penjor pepenjoran atau penjor hias. Jadi penjor hanya berfungsi sebagai hiasan yang dimaksudkan untuk memperindah acara.

“Secara pribadi, saya juga berharap KTT G20 juga bermanfaat bagi Indonesia, khususnya Bali, sebagai lokasi puncak acara. Semoga bisa memberikan dampak positif di semua bidang untuk kita semua,” ujarnya.

Tentang #G20Update:

Ini adalah konferensi pers reguler yang diadakan oleh tim komunikasi dan media G20. Berlangsung dua kali seminggu, setiap hari Selasa dan Kamis dengan pembicara yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan KTT G20 di Bali.
(TIMAH)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button