Pengembangan layanan humanistik di Kalibiru, tim layanan UNY melakukan pelatihan • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Pengembangan layanan humanistik di Kalibiru, tim layanan UNY melakukan pelatihan • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Menjamurnya objek wisata berbasis alam memaksa para pelaku wisata berlomba-lomba memaksimalkan pelayanan. Tak terkecuali objek wisata Kalibiru. Sebagai destinasi wisata unggulan di Kulonprogo, Kalibiru masih dianggap sebagai tempat dengan banyak bagian yang masih perlu dimaksimalkan. Aspek penting yang masih melekat di hati kami adalah pelayanan kepada para pengunjung.

Kondisi inilah yang melatarbelakangi Tim Pengabdian Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melakukan pendampingan dalam format pelatihan bertajuk “Pemicu Pelayanan Prima”. Pelatihan ini berlangsung pada Jumat (16 September) di kawasan wisata alam milik wilayah administrasi Kalurahan Hargowilis Kapanewon Kokap, Kulonprogo.

Pelatihan diberikan langsung oleh Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Prof.DR.Edi Purwanta,M.Pd. Turut hadir pula Bagian Keguruan Sekolah Dasar UNY, Dr. Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd dan Dosen Fakultas Ekonomi UNY, Dr. Kiromim Baroroh, M.Pd dan mahasiswa PhD Albi Anggito M.Pd dan Henri Saputro, S.Pd. Turut hadir dalam kegiatan tersebut pimpinan Kelompok Sadar Wisata, pejabat Pemkot Padukuhan dan aparat pelayanan.

“Sebuah daya tarik wisata tergantung pada pelayanan. Jika layanannya layak. Ketika kepuasan didahulukan, pengunjung pasti akan kembali. Kalibiru masih sangat berkembang. Selain itu, kehadiran bandara baru di Kapanewon Temon akan meningkatkan potensi pengunjung yang lebih banyak lagi,” ujar Prof. Edy.

Sebelum Kalibiru menjadi objek wisata, itu adalah sebuah bukit 450 meter di atas permukaan laut, yang berstatus hutan lindung 12 tahun yang lalu. Warga yang didukung oleh pemerintah desa setempat kemudian berinisiatif mengembangkannya menjadi tempat wisata alam seiring dengan kepopuleran media sosial. Kalibiru merupakan objek wisata yang menawarkan banyak wahana. Mulai dari menara observasi, flying fox, high rope course, hingga arena trekking. Belum lagi banyaknya angle yang bisa dijadikan spot selfie.

Pelatihan diawali dengan praktek mengunjungi dr. Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd. Pelatihan ini terutama ditujukan kepada petugas objek yang berada di garis depan baik di loket maupun di wahana. “Pelayan harus memiliki kompetensi membimbing pengunjung dengan ramah. Kalaupun terkadang kita dihadapkan dengan pengunjung yang bisa membangkitkan emosi, kita harus profesional,” kata dr. Aprilia.

Dalam kesempatan ini, tim juga memberikan bantuan berupa satu set pakaian adat Jawa untuk petugas objek wisata. “Petugas harus menonjolkan kearifan dan budaya lokal. Keunggulan itu harus menjadi karakter Kalibiru,” lanjutnya.

Sementara itu, dalam pelatihan bertajuk “Pengelolaan Kelompok Sadar Wisata” oleh Dr. Kiromim Baroroh, M.Pd selaku pengelola Kalibiru diharapkan mampu mengelola pengelolaan properti wisata dengan baik.

“Jangan sampai terjadi salah urus. Banyak tempat wisata yang tidak memiliki pengelolaan yang baik seolah mati suri karena tidak memiliki pengelolaan yang baik. Setiap tempat wisata pasti memiliki pengelola yang mengatur tempat wisata tersebut. Misalnya mengatur tiket. harga, tempat parkir, pedagang di tempat wisata,” kata Dr. Kiromim.

Pelatihan tersebut dirangkaikan dengan strategi pemasaran online yang dikembangkan oleh Henri Saputro, S.Pd. dan Albi Anggito, M.Pd., Mahasiswa Pascasarjana, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNY.

Pertumbuhan sektor pariwisata, sebagai salah satu industri terbesar dan tercepat, mampu melampaui perdagangan dunia dan menunjukkan ketahanannya dalam krisis dan ketidakpastian ekonomi global. Di sisi lain, munculnya internet dan digitalisasi telah membawa banyak dampak positif bagi masyarakat.

“Digitasi di sektor pariwisata juga bisa membawa banyak manfaat bagi banyak sektor. Dari perspektif penyedia layanan, kehadiran Internet telah memberikan kontribusi yang luar biasa untuk menghemat biaya dan waktu operasional. Misalnya untuk beriklan dan beriklan di pasar dunia,” kata Henri.

Albi Anggito, M.Pd menambahkan, iklan online tidak membunuh pemasaran tradisional, melainkan saling menguatkan. Internet dan penggunaan media digital harus lebih dioptimalkan untuk mendukung pemasaran destinasi wisata. Penggunaan internet diharapkan dapat meningkatkan minat calon wisatawan terhadap destinasi wisata yang masih sedikit diketahui. Mulai dari pembuatan dan pengoptimalan Google Bisnisku (GMB) hingga strategi produksi konten di berbagai platform media sosial.

“Dalam menghadapi Industri 4.0, keterampilan sumber daya manusia di sektor pariwisata perlu lebih ditingkatkan, terutama yang menyentuh ranah digital. Jika memungkinkan, peningkatan kapasitas berbasis digital ini dapat diterjemahkan menjadi program sertifikasi digital marketing destinasi,” kata Albi. (sc/ila)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button