Pemerintah diminta mewaspadai dampak harga BBM terhadap pertumbuhan ekonomi - WisataHits
Jawa Timur

Pemerintah diminta mewaspadai dampak harga BBM terhadap pertumbuhan ekonomi

MALANG, Jawa Timur (ANTARA) – Pemerintah diminta mewaspadai dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap pertumbuhan ekonomi di tengah masa pemulihan Indonesia dari pandemi COVID-19.

Ekonom Nugroho Suryo Bintoro dari Universitas Brawijaya Kota Malang mengatakan kepada ANTARA, Sabtu, salah satu hal yang diharapkan dari kenaikan harga BBM adalah menargetkan pertumbuhan ekonomi, karena kebijakan tersebut dapat menghambat konsumsi masyarakat.

“Masalah yang diharapkan terkait dengan target pertumbuhan ekonomi karena kemungkinan akan menjadi ancaman. Saat ini kami masih dalam tahap pemulihan (akibat COVID-19),” kata Nugroho.

Ia menjelaskan, saat ini mayoritas pengguna Pertalit, Solar dan Pertamax Subsidi bersubsidi adalah kelas menengah dan menengah ke bawah.

“Ekonomi kelas menengah yang membatasi konsumsi harus diwaspadai. Karena itu bukan lagi konsumsi pangan, tapi kita bicara sektor sekunder dan tersier yang nilai tambahnya besar,” ujarnya.

Ia menambahkan, salah satu sektor yang terganggu oleh kenaikan harga BBM antara lain penjualan kendaraan bermotor bekas.

Selain itu, sektor pariwisata juga terkena imbas dari penyesuaian harga BBM. Masyarakat yang melakukan kegiatan rekreasi akan enggan berbelanja di destinasi wisata karena dampak dari kenaikan biaya perjalanan dari biro perjalanan.

“Lintasan ini kemudian akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi terganggu sementara kita masih dalam kondisi pemulihan,” katanya.

Selain itu, lanjut Nugroho, dampak yang lebih luas dari penyesuaian harga BBM adalah kenaikan harga sejumlah bahan pokok karena biaya distribusi juga meningkat.

“Proses distribusi akan terus berlanjut, pertanyaannya apakah kenaikan harga BBM juga akan berdampak pada harga jual akhir komoditas penting ini,” ujarnya.

Ia menambahkan, jika harga bahan pokok tersebut naik dan inflasi year-on-year tertinggal dari pertumbuhan ekonomi, maka akan mempengaruhi daya beli masyarakat Indonesia.

“Jika inflasi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi, itu akan mempengaruhi daya beli masyarakat dan itu tidak boleh terjadi. Itu yang harus diperhatikan oleh pemerintah,” ujarnya.

Pemerintah memutuskan untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi pertalit menjadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter. Adaptasi dimulai pada Sabtu (9/3) pukul 14.30 WIB.

Selain Pertalit, harga solar bersubsidi juga mengalami penyesuaian dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter dan harga Pertamax nonsubsidi dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Source: jatim.antaranews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button