Nunggu harga tiket pesawat murah - WisataHits
Jawa Timur

Nunggu harga tiket pesawat murah

Nunggu harga tiket pesawat murah

Nunggu harga tiket pesawat murah
Bandara Soekarno Hatta. ©2019 Liputan6.com/Faizal Fanani

Merdeka.com – Harga tiket pesawat telah mengalami peningkatan drastis setidaknya dalam 6 bulan terakhir. Kondisi ini dipicu oleh berbagai hal, mulai dari kenaikan regulasi harga hingga kemampuan maskapai untuk pulih dari dampak pandemi.

Harga penerbangan mulai Juli 2022 di platform tiket online untuk rute jakartaSurabaya mencapai Rp 1,3 juta, rute Jakarta-Bali menelan biaya sekitar Rp 1,1 juta. Tiket pesawat Jakarta-Kualanamu kini seharga Rp 1,5 juta.

Artikel media taboola

Harga tiket untuk rute internasional juga tinggi. Rata-rata, rute Jakarta-Singapura menelan biaya Rp 3,7 juta sedangkan rute Jakarta-Kuala Lumpur seharga Rp 3,8 juta. Sementara itu, rute Jakarta-Tokyo menelan biaya Rp 6,7 juta hingga Rp 8,3 juta untuk sekali jalan.

Pengamat penerbangan Alvin Lie memperkirakan kenaikan harga tiket pesawat masih dalam batas pagu sesuai Peraturan Departemen Perhubungan Nomor 106 Tahun 2019 tentang Pagu Tarif Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Domestik.

Selain itu, pada tahun ini Departemen Perhubungan mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 68 Tahun 2022 tentang biaya tambahan bahan bakar untuk pelayanan penumpang kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal domestik.

Karena itu, dia menilai tarif tinggi yang dikenakan maskapai untuk tiket pesawat tidak menyalahi aturan pemerintah.

“Harga tiket pesawat saat ini tinggi tapi masih di koridor mata atas sehingga tidak ada pelanggaran,” kata Alvin Lie saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Rabu (07/06).

Kenaikan harga tiket pesawat tak lepas dari ketidakmampuan maskapai menanggung beban kenaikan harga BBM. Saat ini, harga bahan bakar jet naik 100 persen dari tahun 2021.

Akibat kenaikan tarif avtur, biaya operasional maskapai meningkat. Biasanya, biaya pesawat baling-baling Avtur sekitar 35 persen dari biaya operasional. Tapi sekarang sudah 60 persen. Karena itu, maskapai menaikkan harga tiket pesawat ke langit-langit mereka.

“Bukan karena mereka (maskapai) ingin menaikkan harga, itu karena mereka tidak punya pilihan. Biaya avtur sudah mencapai 60% dari biaya operasional,” kata Alvin.

2 dari 4 halaman

Pengaruh Perang Rusia-Ukraina

Lebih lanjut mantan anggota Ombudsman ini mengatakan, kenaikan harga avtur tidak lepas dari dampak perang antara Rusia dan Ukraina. Konflik geopolitik ini menyebabkan harga energi melambung tinggi.

Hal ini juga meningkatkan harga minyak pemanas (BBM) melonjak, dan bahan bakar penerbangan tidak terkecuali. Menurut informasi Pertamina, harga avtur mulai 1 Juli hingga 14 Juli 2021 di Bandara Soekarno-Hatta adalah Rp18.431 per liter. Harga tersebut naik dibandingkan periode 1-14 Juni 2022 sebesar Rp 15.748 per liter.

“Harga avtur di luar kendali kami, jika harga minyak terus naik, avtur ini bisa terus naik,” kata Alvin.

Dia mengaku belum bisa memprediksi kapan harga avtur bisa turun. Nantinya, saat harga avtur turun, ada kemungkinan harga tiket pesawat akan turun lagi. “Kalau harga avtur kembali lagi, nanti harga tiketnya bisa turun,” ujarnya.

Selain kenaikan harga avtur, tingginya harga tiket pesawat saat ini juga dipicu oleh tingginya permintaan masyarakat. Untuk berpikir itu pertengahan musim liburan tahun ajaran baru. Jadi, tanpa kenaikan avtur, harga tiket pesawat akan naik.

“Sekarang masih libur sekolah, tidak ada kenaikan BBM, ini memang peak season permintaan,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Maskapai tidak cukup normal

Namun, Alvin mengatakan operasional pesawat di berbagai maskapai belum sepenuhnya normal sejak terjadi sebelum pandemi. Jumlah pesawat yang beroperasi saat ini baru sekitar 65 persen. Tingginya permintaan kursi penumpang tidak serta merta membuat maskapai menambah unit baru. Beberapa pesawat ditarik oleh lessor karena tidak mampu membayar sewa.

Menambahkan operasi dasar juga tidak mudah. Menambahkan unit baru harus menimbulkan biaya seperti: B. pengaktifan kembali pilot yang sudah lama tidak terbang.

“Kalau diaktifkan kembali biayanya tidak sedikit, bisa ratusan juta per pesawat. Kalau aktifkan kembali pilotnya juga bisa dapat Rp 300 juta per pilot,” ujarnya.

Bukan itu saja, ketidakpastian situasi juga membuat maskapai berpikir untuk menambah unit. Maskapai takut pembatasan mobilitas akan kembali setelah semuanya diaktifkan kembali. “Yah, mereka khawatir tentang pandemi karena ini belum berakhir. Jika ada pembatasan lebih, mereka tidak akan mampu menanggung beban,” katanya.

Akibatnya, maskapai dengan kapasitas terbatas menahan diri, tetapi risikonya rendah. Alvin memperkirakan mereka tidak akan melakukan ekspansi secara optimal hingga pemerintah memutuskan transisi dari pandemi ke endemik.

4 dari 4 halaman

Sektor pariwisata kekurangan sarana transportasi dalam transportasi udara

Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengakui sektor pariwisata saat ini kekurangan kapasitas pesawat penumpang. Dari 550 pesawat di Tanah Air, hanya sekitar 350 yang aktif. Sisanya sedang dalam tahap pemeliharaan, yang akan membutuhkan waktu lama untuk kembali beroperasi.

“Hanya 350 pesawat dari 550 yang beroperasi dan itu harus kita perhitungkan,” kata Sandiaga dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (13 Juni).

Sandiaga menjelaskan, saat ini banyak maskapai yang masih membatasi penerbangan karena belum memiliki unit. Ini merupakan knock-on effect dari upaya restrukturisasi perseroan di masa pandemi, yakni pemulangan pesawat carteran.

Di sisi lain, banyak pesawat yang masih dalam tahap perawatan. Bahkan dengan permintaan yang tinggi, perawatan pesawat terus dilakukan dan baru bisa dioperasikan kembali dalam beberapa bulan ke depan.

Selain itu, maskapai saat ini dihadapkan pada penambahan rute dan jadwal penerbangan akibat pembatasan pesawat. Oleh karena itu, perlu dilakukan kalibrasi ulang rute dan jumlah penerbangan pesawat. “Permintaan saat ini meningkat, tetapi jumlah pesawat terbatas, sehingga kami harus mengkalibrasi ulang,” katanya.

Sandiaga memperkirakan kebutuhan angkutan penumpang udara wisata akan meningkat dua kali lipat pada 2019. Oleh karena itu, armada yang dibutuhkan harus dua kali lebih besar dari yang dapat digunakan. “Jika jumlah ideal tercapai pada 2019, yakni 17 juta pengunjung, maka perlu digunakan dua kali armada,” katanya.

Upaya pemerintah saat ini bertujuan untuk mendorong para pelaku industri penerbangan memberikan terobosan inovasi. Sehingga dinamika pemulihan di industri pariwisata tidak terganggu dan berjalan optimal.

“Kami memiliki beberapa terobosan inovatif yang dapat meningkatkan jumlah penerbangan ke destinasi wisata,” ujarnya.

[idr]

Source: www.merdeka.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button