Mempercepat akses, membatasi hotel, dan menjaga konsistensi objek wisata - WisataHits
Jawa Timur

Mempercepat akses, membatasi hotel, dan menjaga konsistensi objek wisata

Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Kabupaten Banyuwangi

BANYUWANGI- Siapa yang tidak mengenal Banyuwangi. Kabupaten paling timur di Jawa Timur ini masih memancarkan pesona keindahannya. Sebut saja Gandrung Sewu, Ijen Geopark, Kampung Adat Kemiren, homestay berbasis kearifan lokal, hingga Karnaval Etno di Banyuwangi yang berlangsung Sabtu (10/12) lalu. Semuanya berhasil membuat mata memandang dan membuat hati tertuju kesana.

Ya, selama lima tahun terakhir, kawasan berjuluk The Sun Rise of Java ini justru terus bersolek. Tak heran kecantikan dan keanggunannya menyebar ke seluruh alam semesta. Banyaknya wisatawan domestik maupun mancanegara menjadikan Banyuwangi sebagai destinasi liburan favorit. “Banyuwangi tidak seperti itu 10 tahun lalu,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banyuwangi, M. Yanuar Bramuda, dalam acara Media Talk bertema “Sinergi Bank Indonesia dan Masyarakat Desa Menjaga Moneter Stabilitas dalam konteks”. meningkatkan perekonomian daerah melalui peran aktif media di aula hotel Ketapang Indah, Sabtu (10/12).

Ia mencontohkan Balai Ketapang Indah yang baru dibangun empat tahun lalu. Padahal, Ketapang Indah merupakan hotel bintang empat pertama di Kabupaten Banyuwangi. “Banyuwangi adalah kota kecil. Sepuluh tahun lalu kawasan ini tidak memiliki akses yang memadai. Hingga akhirnya muncul ide membangun bandara yang mengusung konsep green architecture,” ucapnya. “Itu adalah strategi pertama yang kami kembangkan untuk mengundang wisatawan. Bahkan, September lalu di Swiss, konsep green airport meraih penghargaan arsitektur paling bergengsi di dunia, Aga Khan Award for Architecture (AKAA) 2022,” jelasnya.

Ini menghasilkan bangunan lain yang mengusung ide yang sama dan dikerjakan oleh arsitek terkemuka Indonesia. Juga jajaran arsitek muda dengan visi luar biasa. Seperti Pendapa Sabha Swagata, Terminal Pariwisata Terpadu, hingga Gedung Djuang.
“Karya arsitek papan atas semuanya ada di sini. Nanti Anda harus melihat paviliun secara langsung. Rugi kalau tidak melakukan itu,” ujarnya kepada tim media.

Strategi selanjutnya adalah tentang amenity atau membangun fasilitas perumahan dan hotel. Berkaitan dengan itu, menurut Yanuar, Pemkab Banyuwangi mengeluarkan aturan bagaimana investasi berdampak tepat. Salah satunya adalah membatasi jumlah hotel. “Hanya hotel bintang tiga dan empat yang boleh dibangun. Hotel murah tidak diperbolehkan. Dan itu diatur dengan peraturan daerah,” ujar pria yang sudah menjabat sebagai kadisparbud banyuwangi selama 12 tahun ini.

Alih-alih hotel melati, keluarga angkat didukung. Salah satu desa yang cukup berhasil mengelola homestay adalah desa Tamansari, desa terakhir sebelum pendakian ke Kawah Ijen. Desa tersebut kini memiliki 53 homestay yang dikelola secara digital dan terkoneksi dengan Bumdes. Saat ini, pihaknya juga sedang melaksanakan pembenahan homestay. Jika aturan semula hanya diperbolehkan lima kamar, sekarang diperbolehkan 10 kamar. “Kebijakan besar ini dipertahankan karena tingkat hunian hanya 60 persen. Sekaligus memberikan rasa aman kepada investor,” ujarnya.

Ini bukan hanya tentang izin yang diatur secara ketat untuk membangun hotel. Desain juga harus sesuai dengan peraturan daerah. Artinya, semua ornamen hotel harus mengandung kearifan lokal. Baik dalam desain interior maupun eksterior. “Modernitas bisa jalan, teknologi bisa jalan, tapi kearifan lokal harus tetap dipertahankan,” kata Yanuar.

Kemudian strategi ketiga adalah atraksi. Dia mengatakan, untuk semua event di Banyuwangi, pemkab tidak pernah menyewa jasa promotor. Karena daerah ini menerapkan reinvention birokrasi pemerintah atau korporasi dengan metode konsolidasi birokrasi. “Acara BEC, misalnya, merupakan pekerjaan dinas pariwisata. Tapi kami tidak pernah bekerja sendirian. Semua lintas departemen membantu,” katanya. “Jadi Banyuwangi tidak butuh Superman, butuh Superteam,” kata Yanuar. (nen/mas)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button