Memberdayakan UKM tradisional Kayutangan sebagai ikon baru kota Malang - WisataHits
Jawa Timur

Memberdayakan UKM tradisional Kayutangan sebagai ikon baru kota Malang

Kawasan Warisan Kayutangan, Kota Malang, (Gut/Mvoice).
Kominfo Kota MalangKominfo Kota Malang

SUARA WARNA – Kampung Kayutangan Heritage perlahan tapi pasti menjadi tujuan wisata utama di kota Malang.

Kayutangan di Jalan Basuki Rahmat juga mulai membaik. Penataan kursi di sepanjang pedestrian street, lampu hias dan bangunan kuno menjadikan Kayutangan sebagai warisan budaya yang berkembang di kota Malang.

Belum lagi banyak festival yang diadakan di sana, sehingga menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dampaknya semakin positif dengan pertumbuhan dan perputaran ekonomi di kawasan pusaka Kayutangan.

Aneka kelezatan kuliner juga disuguhkan di sepanjang jalan hingga memasuki jalan-jalan kecil untuk dicoba.

Salah satu pengunjung Kayutangan Heritage yang ditemui MVoice, Hendra, mengaku sangat senang dengan lokasi Kayutangan Heritage.

Widayati Sutiaji berpose di Kayutangan Heritage. (Instagram Widayati Sutiaji)

Dia dapat menggunakan banyak tempat di sana untuk bertemu dengan teman-teman untuk minum kopi, atau hanya duduk dan bersantai di kursi pejalan kaki yang tertata apik.

“Teman-teman saya biasanya datang ke sini pada akhir pekan. Iya, selain enak untuk tempat nongkrong, jangan bingung cari tempat nongkrong atau kulineran,” ujarnya.

Walikota-Malang-Drs.-H.-Sutiaji-dan-Wakil-Maang-Malang-Ir.-H.-Sofyan-Edi-Jarwoko-saat-pertunjukan-Malang-108-‘Bangkit dan Bersinar-Warisan Tangan Kayu . (Humas Kota Malang)

Pusaka andalan Kayutangan

Salah satu jajanan khas di Kayutangan adalah Ontbijtkoek (ombikuk). Ontbijtkoek adalah kue khas kincir angin yang kaya akan bumbu. Warnanya coklat, dengan topping almond atau walnut, serta rasa dan aroma yang dominan adalah kayu manis. Cocok sebagai pendamping kopi atau teh.

“Hampir semua orang di sini bisa membuat kue Ontbijtkoek. Kami telah mengadakan beberapa kursus pelatihan untuk pembuatan kue ini. Saat ini hanya dibuat sesuai pesanan. Karena kalau kue, kue itu hanya bertahan maksimal tiga hari,” kata Ninik Abdilah, aktivis dari Pokdarwis Kayutangan.

Kue ini sepertinya cocok untuk dijadikan oleh-oleh karena sudah dipesan oleh banyak pihak. Diakui Ninik, pesanan Ontbijtkoek yang dijual bervariasi antara Rp 4.000 hingga Rp 80.000 tergantung ukurannya.

Tidak hanya dalam bentuk kue. Kue Ontbijtkoek ini juga bisa dibuat menjadi kue dengan gaya yang berbeda. Seperti Sri Arniati, pemilik UMKM Gubug Lombok, Ontbijtkoek bertransformasi menjadi biskuit dan kue melalui inovasi, kreativitas, dan tangan-tangan terampilnya.

Salah satu jajanan khas di Kayutangan adalah Ontbijtkoek (ombikuk). (Spesial)

“Biskuit ini tahan lebih lama sehingga cocok juga sebagai oleh-oleh. Untuk kue ontbijtkoek itu, saya kira brownies bisa dibuat menjadi brownies, kan. Jadi kalau Ontbijtkoek kenapa tidak membuat kue juga. Ternyata enak. Ini baru pertama kali saya coba,” kata perempuan yang akrab disapa Atik itu.

Produk UMKM Kayutangan. (Spesial)

Jika kita telusuri lebih dalam, kita akan menemukan Warung Mak Nap yang sudah dijual sejak tahun 1958. Warung dengan bangunan tua bercat kuning ini mudah ditemukan di Lorong 2 Kayutangan.

Menu yang ditawarkan antara lain soto, rawon, nasi pecel dan nasi campur. Favorit pelanggan di warung ini adalah soto babat yang disajikan hangat di atas piring.

Lebih nikmat lagi dengan lontong dan juga dengan aneka sate seperti sate daging dan sate usus.

Untuk menikmati hidangan tersebut, Nawak Ngalam hanya perlu menyiapkan dana mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 25.000 untuk setiap sajian makanan.

Pemilik toko, Yanti, mengaku merupakan generasi ketiga yang menjalankan toko tersebut. Pertama adalah neneknya yang mendirikan perusahaan pada tahun 1958 di lokasi yang sama. Usaha tersebut kemudian dijalankan oleh ibu dan ibunya dan sekarang Yanti menjalankan bisnis keluarga secara turun temurun.

“Untuk memasak semua makanan ini, ibu saya turun tangan langsung. Jadi semua makanan ini masih menggunakan resep asli yang sama yang mulai dijual nenek saya pada tahun 1958,” katanya.

Produk UMKM Kayutangan. (Spesial)

UMKM mendapat manfaat dari teknologi

Direktur Pokdarwis Kampoeng Heritage Kajoetangan Mila Kurniawati menambahkan, sebenarnya ada lebih dari 100 UMKM di daerah tersebut, namun baru sekitar 30 yang terdaftar.

“Tujuan yang dicantumkan adalah UMKM dengan tema kuliner jadul dan penunjang pariwisata (cinderamata),” kata Mila kepada MVoice, Jumat (14/10).

Mila telah melihat perluasan Desa Warisan Kayutangan sejak dibuka setelah pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir.

Hal ini terlihat dari banyaknya kunjungan wisatawan di sekitar Kayutangan Heritage, mulai dari sekedar berfoto atau berbelanja hingga memasuki desa.

Warga di sana juga semakin kreatif dalam belajar memasarkan produknya secara online di masa pandemi Covid-19. Hasilnya juga cukup baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memperkenalkan produk di luar Malang.

pelatihan UMKM. (Spesial)

“Kini Koridor Kayutangan berkelok-kelok menjadi daya tarik untuk menyerang balik. Tidak semua langsung naik, tapi bertahap. Ada yang masih “menunggu” kedatangan tamu, ada juga yang sudah membuat kemajuan dengan memasarkan produknya secara online,” imbuhnya.

Guna memaksimalkan pemasaran, UMKM di sana terus dilatih untuk meningkatkan kualitas produk dan sumber daya manusia selain menggunakan teknologi online.

Wanita bercadar ini mengaku bekerja sama dengan para ahli dan praktisi akademik untuk membekali pemangku kepentingan UMKM di Kayutangan Heritage.

“Beberapa kali saya mengikuti pameran dan bazar yang berisi produk-produk warga sekitar. Beberapa produk juga kami promosikan melalui media sosial Pokdarwis dan di tingkat kota,” jelasnya.

“Selain itu, akan ada dukungan dalam pengurusan legalitas usaha, peningkatan kualitas produk dan sejenisnya,” tandas Mila.

Source: malangvoice.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button