Lima tempat hilang di Indonesia, dua di antaranya masih mitos - WisataHits
Jawa Tengah

Lima tempat hilang di Indonesia, dua di antaranya masih mitos

TEMPO.CO, jakarta – Di mana pun di dunia, kota yang hilang selalu menarik perhatian orang banyak. Kota-kota tersebut hilang akibat bencana alam seperti letusan gunung berapi, tanah longsor atau banjir, namun ada juga yang tergolong supranatural. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Ini setidaknya lima kehilangan tempat di Indonesia. Tempat-tempat ini akhirnya menjadi legenda antara fakta dan mitos, juga dibumbui dengan cerita yang menyebar dari mulut ke mulut.

Lima Tempat Hilang di Indonesia

1. Kota Saranjana

Ada daerah di tenggara Kalimantan Selatan, ada kota yang konon ajaib. Menurut cerita, kota ini merupakan kota modern yang terletak di alam gaib. Warga yang terkadang berhasil memasuki kota tersebut bercerita bahwa kota itu jauh lebih modern dibandingkan kota-kota di Indonesia pada umumnya. Dikatakan bahwa mereka yang telah memasuki Saranjana tidak akan pernah bisa kembali ke rumah.

Kisah paling unik yang beredar di internet adalah kisah kedatangan alat berat dari Jakarta. Pemerintah setempat bingung dengan banyaknya pesanan dan meskipun dibayar, alamatnya ternyata Saranjana! Menariknya, berdasarkan peta tahun 1845 oleh Salomon Muller, ada sebuah daerah bernama Tandjong Sarandjana, tetapi pada peta yang lebih baru daerah ini telah menghilang.

Saranjana di Kotabaru konon tersembunyi secara ajaib.

2. Kerajaan Tambora, Studio dan Fokus

Seperti kisah ledakan Vesuvius yang mengubur kota Pompeii, ada tiga kerajaan di Indonesia yang bernasib sama. Ketiga kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tambora, Kerajaan Sanggar, dan Kerajaan Konsentrasi, yang letaknya tidak jauh dari lokasi gunung.

Kisah letusan Tambora diabadikan dalam bentuk naskah Bimah berjudul Bo Sangaji Kai. “Oleh karena itu mengherankan bagi semua hambanya melihat karunia Rabbal’alamin yang melakukan al-Fa’alu-l-Five Yurid kemudian hari cerah dan ketika melihat rumah-rumah dan tanaman semuanya rusak begitu juga yaitu gunung Tambora rusak dan orang-orang Tambora meninggal dan Pekat di masa lalu Raja Tambora disebut Abdul Gafur dan raja Pekat disebut Muhammad.”

Temuan peninggalan kerajaan terus ditemukan oleh masyarakat sekitar dan oleh para arkeolog. Mulai dari kerangka, pecahan gerabah, senjata hingga rangka rumah. Meskipun lokasi pasti dari pusat kerajaan yang hilang telah dijelaskan, pencarian masih berlangsung.

3. Dukuh Legetang

Salah satu peristiwa yang masih segar dalam ingatan banyak orang, khususnya warga Dieng. Dukuh Legetang menghilang pada suatu malam setelah dilanda longsor dari Gunung Pengamun-Amun. Kejadian ini terjadi pada malam tanggal 16 April 1955, malam itu hujan deras mengguyur kawasan Dieng dan sekitarnya, hanya suara petir dan angin kencang yang menggema. Pada dini hari, sebagian warga mendengar suara dentuman keras, seperti langit akan runtuh, namun takut melihat karena gelap gulita.

Pagi harinya, warga berbondong-bondong melihat dusun yang terkubur dan berubah menjadi gundukan kecil. Korban jiwa yang jatuh sebanyak 351 orang, dengan rincian 332 dari Dusun Legetang dan 19 dari dusun lainnya. Banyak rumor yang beredar tentang hilangnya dusun dalam semalam, salah satunya adalah dusun tersebut telah berulang kali melakukan perbuatan asusila. Namun secara ilmiah, jauh sebelum kejadian, ditemukan retakan yang berasal dari gunung yang dalam dan panjang menuju Dukuh Legetang.

4. 21 desa di Sidoarjo

Lumpur Lapindo, Porong. TEMPO/Aris Novia Hidayat

Kita masih ingat kejadian longsor panas di Sidoarjo. Peristiwa tersebut merupakan salah satu bencana nasional terparah sejak Reformasi. Sebanyak 21 desa hilang dan perlahan tenggelam. Tahun ini, tepatnya 16 tahun setelah kejadian, masalah ganti rugi belum terselesaikan dengan baik. Banyak warga yang harus menanggung akibat fisik, ekonomi dan psikologis dari bencana ini.

Awal mula bencana ini terjadi di persawahan di Desa Siring, Kecamatan Porong, yang membanjiri 90 hektar lahan dalam tiga minggu dan memaksa 2.000 warga mengungsi. Hingga kini, luas areal yang tertimbun lumpur mencapai 800 hektare dan mencakup 21 desa.

5. Atlantis

Atlantis sendiri pertama kali dicetuskan oleh Plato dalam bukunya Timaeus dan kritis. Konon Atlantis adalah sebuah negara yang terletak di sebuah pulau besar yang dikelilingi oleh lautan. Ketika Atlantis hendak menyerang Athena, mereka mengalami gempa bumi dahsyat yang menghempaskan negara itu ke dasar laut.

Ilustrasi Atlantis, konon masih banyak yang percaya keberadaannya di Indonesia via Flickr/Carrie W

Banyak yang mengira bahwa Atlantis hanyalah sebuah negeri yang ditulis Plato untuk menggambarkan antitesis terhadap Athena, yang sedang berada pada puncak peradaban pada saat itu. Tema Atlantis telah diadaptasi di berbagai media dan diproduksi sebagai mitos terkenal negara maju yang hilang. Rupanya perdebatan tentang lokasi Atlantis terus berlanjut hingga saat ini.

Banyak buku telah ditulis untuk meyakinkan pembaca bahwa Atlantis itu nyata dan terletak di Indonesia. katakan saja Peradaban kepulauan Atlantis, Plato tidak berbohong, Atlantis ada di Indonesia, Atlantis kota yang hilang ada di Laut Jawa, dan masih banyak judul lainnya. Pertanyaannya, benarkah?

Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Bergantung pada Atlantis hanya mitos atau fakta, masih sulit untuk memastikan bahwa Atlantis benar-benar ada di masa lalu, apalagi memastikan bahwa Atlantis ada di Indonesia. Pencarian Atlantis adalah pencarian harapan untuk tanah utopis, seperti impian semua orang, bukan begitu?

Artikel ini dipublikasikan pada CariRI

Baca Juga: Peringati 207 Tahun Letusan Gunung Tambora, Ada Festival Pesona Tambora

Selalu update informasi terbaru. Lihat berita Tempo.co terbaru dan berita unggulan di saluran Tempo.co Update Telegram. Klik Pembaruan Tempo.co untuk bergabung. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram.

Source: travel.tempo.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button