Hujan deras, banjir menggenangi sekolah dan Balai Dusun di Girisubo Gunungkidul
SuaraJogja.id – Hujan deras yang melanda kawasan Kapanewon Girisubo, Gunungkidul pada Sabtu malam (11/5/2022) menyebabkan banjir di sejumlah tempat, terutama di wilayah langganan setiap tahun.
Pada Minggu (11/6/2022) banjir masih terjadi, meski perlahan surut. Sejumlah institusi publik dan pendidikan terendam hingga 1 meter, meski sudah mulai mundur.
Panewu Girisubo dan Slamet Winarno membenarkan adanya banjir saat dikonfirmasi. Menurutnya, banjir yang terjadi merupakan banjir karena daerah yang terendam air merupakan daerah lembah.
“Ya (banjir), terutama di bekas kecamatan danau,” katanya, Minggu.
Baca Juga: Pemerintah Pusat Akan Sanksi Daerah yang Gagal Kendalikan Inflasi, Ini Strategi Pemkab Gunungkidul
Slamet mengatakan: Sabtu malam (11/5/2022) kemarin hujan sekitar pukul 21.00 WIB. Hujan cukup deras dan berlangsung lama. Akhirnya air mulai naik dan membanjiri beberapa daerah.
Sejumlah wilayah di Girisubo tergenang banjir akibat banyaknya karakteristik cekungan Kapanewon ini. Kompleks perkantoran Kapanewon Girisubo juga terendam banjir hingga kedalaman 30 cm.
“Kami sempat mengevakuasi arsip dan barang penting lainnya,” katanya.
Slamet mengatakan, banjir di Dusun Gabuk di Desa Songbanyu cukup parah. Dimana banjir mencapai ketinggian 70 cm hingga 1 meter dan menggenangi beberapa bangunan umum.
Akibat banjir tersebut, gedung TK dan Padukuhan Gabutan serta Sekolah Dasar di kawasan tersebut terendam. Daerah ini rawan banjir setiap tahun. Karena properti di mana bangunan taman kanak-kanak dan Weilerhalle berdiri adalah bekas danau yang dikeringkan.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Tempat Wisata Menarik di Gunungkidul Jogja
“Ya, itu bekas danau. Karena tidak ada ruang untuk membangun gedung pertemuan dan sekolah, danau dikuras dan lahan digunakan,” jelasnya.
Ia juga menduga luweng atau gua bawah tanah di sekitar kawasan Padukuhan tersumbat sehingga air tidak bisa mengalir. Karena biasanya di awal musim hujan, mulut Luweng penuh dengan sampah.
Meski demikian, saat ini banjir dikatakan sudah surut. Dan biasanya pasang surut di Padukuhan berlangsung sebentar, hanya sehari semalam lalu surut, namun saat hujan, berlangsung sebentar.
“Belum ada laporan korban jiwa atau kerusakan akibat banjir ini. Kami masih mencatat nilai kerugian dari kejadian ini,” jelasnya.
Agar banjir tidak terulang setiap tahun, pemerintah akan membuka mulut Luweng. Tujuannya agar nantinya air yang masuk ke Luweng semakin deras dan tidak membanjiri kawasan tersebut.
Kontributor: Julianto
Source: news.google.com