Pos Malioboro pindah - WisataHits
Yogyakarta

Pos Malioboro pindah

Minindonews, YOGYAKARTA – Jalan Malioboro yang dikenal sebagai tempat wisata kuliner para pedagang kaki lima (PKL), sudah tidak ada sejak pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta direlokasi.

Sebelum beranjak, terlihat jelas sejauh mata memandang, gerobak jajanan dengan aneka kuliner khas Angkringan Yogyakarta berjejer rapi di sepanjang tepi Jalan Malioboro.

Sangat ramai dengan penduduk lokal dan turis yang duduk bersila dan memandangi karpet sambil menikmati santapan pinggir jalan, terutama pada malam hari.

Tak sedikit yang mengatakan bahwa suasananya sama-sama menarik perhatian dan melengkapi saat berkunjung ke kota pelajar ini.

Namun kini potret Jalan Malioboro tidak lagi dihiasi gerobak-gerobak penjual kuliner, sebagaimana ciri khasnya sendiri, yang jarang ditemui di wilayah selain kota Yogyakarta.

Berdasarkan pantauan wartawan Miindonews.co.id, Minggu (24.7.2022) sekitar pukul 09.20 WIB di sepanjang Jalan Malioboro seperti jalanan sepi di keramaian.

Hanya pejalan kaki yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Bahkan, jalanan dipenuhi dengan garis polisi dan penghalang jalan berwarna oranye. Sebuah tanda yang melarang penjualan di daerah tersebut.

Kalaupun ada pedagang yang berjualan di area terlarang, hanya satu atau dua orang saja. Itupun harus kucing, yaitu hati-hati jangan sampai ketahuan mobil patroli dari Satpol PP setempat.

Salah seorang pedagang bernama Mukhtar mengatakan, sejak Pemda memindahkan Jalan Malioboro, para pedagang yang biasa berjualan di kawasan itu tiba-tiba berhamburan kemana-mana.

Mereka juga mengeluhkan kesulitan pendapatan setelah kawasan jalan Malioboro direlokasi oleh pemerintah setempat.

“Di mana orang-orang kecil yang tidak memiliki penghasilan tetap ini? Dari hasil perdagangan, jelas hanya untuk kebutuhan pangan sehari-hari,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia mengaku tidak memiliki modal untuk menyewa ruang ritel, apalagi dengan adanya pandemi Covid-19.

“Misalnya disini kita tidak jualan, kita dapat tempat disana, berapa sewa bulanannya? Jika saya punya uang, saya pasti akan menyewa apartemen jadi tenang. Orang malang ini semakin tidak bahagia, Pak,” katanya, ekspresinya muram.

Ia juga mengaku harus waspada saat berjualan di lokasi relokasi karena petugas tidak akan bisa menemukannya.

“Kalau gerobak dorong seperti ini dijual di sini dari siang hingga sore hari karena Satpol PP sudah bekerja lagi pada malam hari. Hasilnya begini, harus kucing sama Satpol PP,” kata Mukhtar.

“Ke depan kita akan diperingatkan tiga kali. Tapi jika ada yang melihat Satpole lebih dulu, kita akan pindah ke tempat lain. Kami tidak ingin pemerintah mengobrak-abrik begitu saja, tapi harus ada jalan keluarnya,” katanya.

Senada dengan Mukhtar, Wahimin yang juga seorang penjual soto ayam menyatakan bahwa dirinya juga menjadi korban pemukiman kembali.

“Oh ya dipindahkan ke sini, katanya dipindahkan tapi tidak. Itu namanya penggusuran. Dulu ramai di sini siang dan malam, sekarang jualan tutup,” pungkasnya.

Informasi yang dihimpun CNN Indonesia Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, akan merelokasi sedikitnya 1.700 Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar Pasar Malioboro di Kota Yogyakarta.

Sri Sultan mengaku sudah lama ingin menertibkan kawasan Malioboro. Ia mengaku sabar menunggu PKL pindah dari Malioboro.

“Ya ya [relokasi tetap jalan]. Saya sudah menunggu 18 tahun untuk pindah, jadi bukan hanya 3 tahun yang lalu,” kata Sri Sultan Selasa (25/01) di Kompleks Kepatihan Kota Yogyakarta.

“Saiki iso, kenapa besok?” dia menambahkan.

Sultan HB X perintahkan penggusuran PKL di Malioboro, keputusan final

Gubernur DIY menegaskan, kios-kios di pinggir Pasar Malioboro tidak diperuntukkan untuk berdagang. Menurut Sri Sultan, tanah yang menjadi lapak pedagang kaki lima Malioboro adalah milik pemerintah dan hak toko berada di belakangnya.

Dikatakan Sri Sultan akan merelokasi PKL Malioboro ke dua lokasi. Beberapa PKL berada di eks Gedung Bioskop Indra, Ngupasan, Gondomanan. Kemudian sebagian lainnya dipindahkan ke bekas gedung dinas pariwisata DIY.

Reporter: Yondris Puamalo

Penerbit: Rs-Merah

Tampilan postingan: 0

Source: miindonews.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button