Festival Nlarak Blarak untuk menarik wisatawan • Radar Jogja
RADAR JOGJA – Sebanyak 12 tim yang mewakili Kapanewon di Kulonprogo mengikuti Festival Permainan Tradisional Nglarak Blarak di Lapangan Karangsari, Pengasih kemarin (28.8). Festival yang berpotensi menjadi daya tarik wisata ini kembali digelar oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Kulonprogo setelah sempat vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19,” kata Niken, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulonprogo Probo. Dinas Kebudayaan Laras disela-sela kegiatan.
Dijelaskannya, untuk mengobarkan semangat para peserta, festival ini juga sangat kompetitif. Setiap peserta mendapatkan tropi dan uang pembinaan panitia. Disbud berkomitmen untuk lebih melestarikan permainan tradisional Kulonprogo ini.
Permainan tradisional Nglarak Blarak dimainkan oleh enam orang yang tergabung dalam satu tim. Rinciannya, tiga pria menarik kuda Blarak dan tiga wanita membawa atap dan keranjang. Aturan mainnya, setiap tim harus mengambil atap sebanyak mungkin. Jika sebuah tim berhasil mendapatkan tiga atap atau lebih, maka itu adalah pemenangnya. Namun, jika ada dua tim dengan atap yang sama, maka akan ditentukan satu pertandingan lagi.
“Hari ini ada lima atap untuk dimenangkan. Permainan ini sebenarnya mengambil alih atau menggambarkan aktivitas warga Kulonprogo, khususnya di Perbukitan Menoreh, sebagai petani gula merah, erat kaitannya dengan kegiatan pengambilan sari buah kelapa. Permainan beregu atau beregu ini menampilkan iga tengah daun kelapa atau blarak, kanopi bambu, dan keranjang,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo Joko Mursito mengatakan bahwa permainan tradisional ini berasal dari tradisi budaya suku asli di Kulonprogo. Kisah permainan ini dimulai pada tahun 2014. “Dulu waktu saya masih di Dinas Kebudayaan Kulonprogo, saya mempersembahkan permainan ini di festival nasional dan internasional, permainan ini campuran budaya, permainan tradisional dan olahraga,” katanya.
Dijelaskannya, pada tahun 2014, Kabupaten Kulonprogo berhasil meraih juara II pada kompetisi permainan tradisional tingkat nasional yang diikuti 33 provinsi dari seluruh Indonesia. Pada 2016, nglarak blarak bahkan mewakili Indonesia di festival internasional serupa yang diikuti 169 negara. “Kulonprogo mewakili Indonesia saat itu sebagai juara pertama festival internasional,” ujarnya.
Menurutnya, nglarak blarak seharusnya tidak hanya memeriahkan HUT ke-77 kemerdekaan Indonesia atau memperingati satu dekade Undang-Undang Khusus (UU) DIJ, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang potensial. “Game ini sudah terkenal, gaungnya tidak hanya nasional tapi juga internasional, game ini selalu bisa ditampilkan sebagai pelengkap paket wisata,” ujarnya.
Salah satu peserta, Fira Indah, warga Pengasih, mengaku senang bisa menjadi bagian dari tim permainan tradisional ini. Menurutnya, dibutuhkan skill dan kekompakan untuk memainkannya. Anda juga harus mengetahui aturan mainnya agar tidak terlalu banyak pelanggaran. Anda harus tahu aturan mainnya, jika Anda melanggar aturan, Anda harus mundur dua langkah dari tim lain. Titik tersulitnya adalah saat treknya berkelok-kelok.” “Seperti saya sebagai joki, Anda harus memegang sandal itu agar tidak jatuh. Tapi seru dan seru banget,” ujarnya. (tom/din)
Source: radarjogja.jawapos.com