Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia Tingkatkan Kesadaran Dampak Konservasi di NTT - WisataHits
Yogyakarta

Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia Tingkatkan Kesadaran Dampak Konservasi di NTT

JAKARTA-Epson Indonesia kembali berkolaborasi dengan Yayasan WWF Indonesia untuk meningkatkan dampak konservasi laut di kawasan Alor, Nusa Tenggara Timur. Seperti diketahui, Epson Southeast Asia pada Maret lalu mengumumkan kerjasamanya dengan World Wide Fund for Nature (WWF) sebagai bagian dari komitmen Epson untuk menciptakan solusi berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat bersama-sama.

Kelanjutan program kerjasama pada tahap pertama yaitu Konservasi Laut Alor. Pada fase kedua ini, Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia akan fokus pada peningkatan kesadaran restorasi terumbu karang dan wisata bahari yang bertanggung jawab di Kawasan Konservasi Daerah (KKD) Alor Pantar dan laut sekitarnya, habitat laut penting yang terdegradasi oleh kegiatan penangkapan ikan. . ). Epson Indonesia mendukung Yayasan WWF Indonesia bekerjasama dengan pemangku kepentingan setempat untuk mengembangkan program pemulihan terumbu karang dengan metode cairn.

Inisiatif ini akan melewati tahapan restorasi ekologi dan melatih staf dan masyarakat umum untuk meningkatkan kesadaran akan wisata laut yang bertanggung jawab melalui webinar dan tantangan media sosial tentang wisata laut yang bertanggung jawab.

“Kolaborasi ini merupakan cerminan keseriusan Epson dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Kami ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memulai kegiatan perlindungan lingkungan dari tingkat terkecil dalam kehidupan kita, dimulai dari lingkungan terdekat, karena menjaga lingkungan adalah tanggung jawab kita semua untuk melestarikan planet kita,” kata Muto Yusuke, CEO Epson Indonesia. , dalam komunikasi yang diterima harianjogja.com, Selasa (30/8/2022).

Wisata bahari di Indonesia berkembang sangat pesat dan memberikan dampak positif, namun tanpa disadari masih terdapat peluang dampak negatif, antara lain peningkatan volume serasah, pencemaran dan kerusakan terumbu karang.

Alor merupakan salah satu daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki wisata bahari yang sangat indah, namun terumbu karang di daerah tersebut mengalami degradasi akibat perubahan iklim dan antropogenisitas (seperti penggunaan sumber daya air yang destruktif dan tidak bertanggung jawab).

Oleh karena itu, Epson Indonesia bersama Yayasan WWF Indonesia berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat pesisir khususnya pemanfaatan Kawasan Konservasi Daerah Kabupaten Alor untuk membantu menjaga ekosistem terumbu karang. Rangkaian kegiatan yang dilakukan Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia untuk menghindari dampak lingkungan terutama melalui webinar, tantangan media sosial dan kunjungan ke Alor.

Pada tanggal 1 Juli 2022, Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia melaksanakan kampanye rangkaian pertama dengan mengadakan webinar Disco-Asik yang merupakan singkatan dari diskusi Asik tentang melestarikan alam sekitar kita dengan tema “Pariwisata Bahari yang Bertanggung Jawab” untuk mewujudkan masyarakat yang bertanggung jawab dan wisata bahari yang ramah lingkungan.

Usai menyelenggarakan Webinar Fun Disco, Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia bekerjasama dengan Campaign.com mengajak masyarakat umum untuk berpartisipasi dalam tantangan media sosial dengan mengunggah Reel Instagram dengan berita atau tips untuk menjadi penjelajah laut yang bertanggung jawab, dengan menggunakan tanda pagar #. BeABlueTraveler dan #ActionTemanBaik.

Pada 25-28 Agustus 2022, Epson Indonesia dan Yayasan WWF Indonesia mengunjungi Pulau Kangge, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur untuk mengakhiri rangkaian kampanye ini. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat lebih dekat instalasi piramida yang dilakukan untuk rehabilitasi terumbu karang dan untuk berpartisipasi dalam pemantauan terumbu karang bersama kelompok masyarakat. Selain itu, melalui program Responsible Marine Tourism, peserta belajar bagaimana menjadi wisatawan yang bertanggung jawab dengan memperhatikan lingkungan, sosial dan budaya setempat.*

Source: ekbis.harianjogja.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button