Yogyakarta

Delegasi dari 40 negara bertemu di Yogyakarta untuk membahas Big Data

KORANBERNAS.ID, SLEMAN — Yogyakarta menjadi tuan rumah Konferensi Data Besar Internasional. Acara yang dihadiri puluhan negara di dunia ini bertujuan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan global terkait pentingnya data yang relevan dan tepat waktu.














Konferensi Internasional ke-7 tentang Data Besar dan Ilmu Data untuk Statistik Resmi akan berlangsung dari 7 hingga 11 November 2022. Fokusnya adalah pada penggunaan sumber data baru dan penggunaan ilmu data. Ini juga termasuk Big Data Hackathon 2022.

“Indonesia dianggap sebagai penyelenggara Big Data ini karena BPS RI berkontribusi terhadap Big Data dengan: Data posisi seluler (MPD) untuk menghasilkan pejabat statistik di bidang statistik pariwisata,” kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Imam Machdi, Senin (11/7/2022) di Alana Convention Center. Sleman.







Ini termasuk menggunakan MPD untuk memprediksi atau memperkirakan emisi di kota-kota besar.

Tercatat pertemuan tersebut dihadiri oleh 98 peserta. Delegasi asing tersebut berasal dari 40 negara. Antusiasme yang besar pada event internasional ini menunjukkan bahwa big data sangat penting untuk mengimbangi kecepatan tinggi dinamika sosial ekonomi.







Tantangannya, bagaimanapun, adalah validitas data besar bermasalah karena banyaknya informasi kebohongan beredar di internet.







“Kita harus bisa melakukan ituSaring itu menghasilkan dasar atau sumber yang kita gunakan. Dari ini kami akan memproduksi nanti statistik resmi“jelasnya.

Secara khusus, Imam menyampaikan bahwa Big Data Conference telah memberikan kontribusi bagi DIY yang dapat belajar mengelola data science dengan lebih cepat.

Di sisi lain, potensi DIY dapat dikuasai dengan cepat dan sesuai dengan kebutuhan baik di sektor pariwisata maupun ekonomi.

“Misalnya BPS menyusun statistik pariwisata, bisa mengetahui kunjungan wisatawan ke destinasi. Setelah keluar dari lapangan, sekarang Anda dapat memanfaatkan data besar. Kita bisa memantau pergerakan selulerketika Anda bepergian ke tujuan wisata,” katanya.

Dengan big data, prosesnya lebih cepat. “Dari mana ke mana kita bisa mengandalkan Big Data. Dulu bisa enam bulan, sekarang bisa dua bulan. Ini bisa membawa manfaat bagi pemerintah, termasuk di bidang perbaikan rumah,” ujarnya.

Pada hari pertama, rangkaian acara diisi dengan dialog para menteri Pemulihan ekonomi global, ketahanan pangan dan Akses data terkait.

Hari kedua berlangsung dialog dengan pakar dari komunitas statistik global. Komite Ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Data Besar dan Ilmu Data untuk Statistik Resmi datang untuk ditinjau.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button