Dari Januari hingga Oktober, jumlah sampah di Jakarta Barat mencapai 454.000 ton - WisataHits
Jawa Tengah

Dari Januari hingga Oktober, jumlah sampah di Jakarta Barat mencapai 454.000 ton

TEMPO.CO, jakarta – Sampah masih menjadi masalah serius di DKI Jakarta. Di wilayah Jakarta Barat saja, 454.137 ton sampah dikumpulkan dan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang di Kota Bekasi sejak Januari hingga Oktober 2022.

“Rata-rata berat sampahnya 40.000 ton per bulan,” kata Slamet Riyadi, Kasudin LH Jakarta Barat, saat dihubungi di Jakarta, Rabu, 14 Desember 2022 dikutip dari Diantara.

Slamet mengatakan, tumpukan sampah tersebut terdiri dari sampah rumah tangga dan banyak ditemukan di tempat-tempat umum seperti kawasan wisata dan lainnya.

Menurut Slamet, jumlah sampah menurun drastis pada bulan-bulan tertentu. Salah satunya adalah Mei.

Baca juga: 24 orang di Jakarta Selatan memergoki OTT membuang sampah sembarangan

Pada Mei lalu, jumlah sampah yang terkumpul mencapai 41.638 ton. Jumlah ini menurun drastis dibanding Maret dan April, yakni menjadi 46.540 ton dan 49.530 ton.

Slamet menjelaskan, penurunan jumlah sampah itu karena Mei bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Mayoritas penduduk pada saat itu pindah ke kampung halamannya, sehingga produksi sampah di pemukiman semakin berkurang.

Bulan berikutnya, jumlah sampah kembali meningkat hingga akhirnya mencapai 48.553 ton di bulan Oktober.

Untuk mengurangi jumlah sampah di setiap kecamatan, Slamet berusaha mengerahkan pegawainya di wilayah tersebut untuk mengolah sampah menjadi komoditas yang bermanfaat seperti pupuk dan pestisida.

Beberapa sisa plastik juga didaur ulang untuk dijadikan bahan kerajinan. Bahkan ada sampah yang dijadikan sabun.

Ia berharap dengan upaya ini dapat direduksi menjadi wilayah Jakarta Barat dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sebelumnya, Slamet dan rekannya menyiapkan 265 RW di wilayah Jakarta Barat sebagai kawasan percontohan pengolahan sampah.

“Ada 265 RW yang menjadi pilot project pemilahan dan pengelolaan sampah di tingkat RW. Ini kerjasama dengan lurah, camat, RW,” kata Slamet beberapa waktu lalu.

Dalam program tersebut, kata Slamet, warga di lingkungan 265 RW itu dilatih untuk memilah sampah organik dan non-organik.

Nantinya, sampah non organik dikirim ke bank sampah untuk disalurkan sehingga bisa menghasilkan uang. Sampah organik kini dapat diolah kembali menjadi kompos.

Baca juga: Mengangkut lebih dari 100 ton sampah dari Kali Jambe Bekasi

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button