Bukan hanya materi pendukung, kisah tukang pijat gratis asep untuk korban gempa Cianjur - WisataHits
Jawa Barat

Bukan hanya materi pendukung, kisah tukang pijat gratis asep untuk korban gempa Cianjur

Cianjur: Mukanya bengkak. Di sela-sela jilbab yang menutupi rambut Badriah, 41, muncul perban putih di keningnya dan ada goresan tipis di wajahnya yang berkulit sawo matang.

Matanya sedikit bengkak dan tergenang air. Air matanya menetes saat gempa bermagnitudo 5,6 melanda Kabupaten Cianjur kemarin Senin 21 November.

Badriah terbaring di ranjang lipat di Posko Penanggulangan Bencana Brimob di Jalan Raya Cipanas-Cianjur, Kecamatan Cugenang. Tidur dengan bantal tebal yang diambilnya dari reruntuhan rumahnya. Badriah tidak dirawat di rumah sakit karena tergolong luka ringan, sehingga dibawa ke tempat pengungsian.

Dalam kondisi sakit akibat puing-puing genteng rumahnya saat berusaha menyelamatkan diri, Badriah menarik perhatian aparat kepolisian yang bersiaga di posko.

Asep, 40, terapis yang membantu Badriah, dengan ramah bertanya apakah dia merasakan sakit di tubuhnya dan apakah dia bersedia untuk dipijat. Badriah mengatakan ya, tubuhnya sakit sejak gempa.

Mengenakan sarung tangan karet, Asep lihai mencari luka di tubuh Badriah dan juga diawasi Dadang, suaminya, dan anak-anaknya. Asep memijat punggung, tangan dan kaki Badriah selama kurang lebih 15 menit. Luka memar dan shock yang dideritanya membuat Badriah pusing dan mual.

Menurut Asep, pijat atau terapis membantu mengembalikan energi positif pada tubuh yang lelah.

Setelah memijat Badriah, terapis berlisensi pindah ke boks bayi atau tempat tidur lipat lainnya. Asep melayani pengungsi lain, termasuk Dadang, suami Badriah, yang minta dipijat karena sakit kepala.

Apa pendapat Anda tentang artikel ini?

Asep menawarkan layanan pijatnya secara gratis. Ia hadir di tengah operasi kemanusiaan untuk memberikan layanan terapis yang menjadi keahliannya. Pria Bandung itu pergi bersama dua terapis lain yang tergabung dalam Komunitas Terapis Bandung Timur.

“Kami memiliki 80 anggota. Hari ini kita sama-sama berangkat yang berangkat dan anggota lain menyusul nanti,” kata Asep.

Asep aktif bekerja sebagai terapis sukarela sejak 2017. Saat itu terjadi bencana di daerah Bandung. Sejak saat itu, setiap kali terjadi bencana alam, Asep secara sukarela datang ke lokasi dengan biaya sendiri dan kemudian bergabung dengan posko-posko kemanusiaan.

Pelayanan terapi Asep terutama digunakan untuk korban bencana dan relawan.
Relawan yang melakukan operasi SAR dan membantu warga sekitar membersihkan puing-puing pasti akan mudah lelah dan sakit. Untuk itu, pihaknya menawarkan layanan terapi untuk memulihkan kondisi fisik para relawan dan aparat keamanan yang lelah bertugas.

“Begitu selesai mengangkat, bekerja sama bisa membuat tubuh lelah. Makanya saya bantu terapis agar saraf tidak tegang dan energi positif tubuh kembali baik, sehingga tidak mudah sakit,” kata Asp.

Asep berangkat dari Bandung dengan angkutan umum sehari setelah gempa dan tiba di Cianjur pada Selasa, 22 November pukul 08.00 WIB. Sasaran utama Asep dan kawan-kawan saat tiba di Cianjur adalah pos-pos pengungsi.

Niat Asep ke Cianjur hanyalah salah satu yang ingin ia puja lewat ilmu terapisnya. Jika Anda tidak mampu memberikan bantuan materi kepada para korban yang terkena bencana, pengetahuan dan pengalaman Anda menjadi terapis dapat diberikan sebagai dukungan. “Motivasi saya adalah untuk melatih keterampilan saya,” katanya.

Bapak tiga anak ini telah memegang sertifikat terapis sejak tahun 2004. Dia juga bekerja di klinik terapis untuk pasien stroke di Jakarta. Setelah merasa kompeten dengan keahliannya, Asep mencoba peruntungan dengan mencoba membuka jasa terapis halal secara mandiri.

Ia mendirikan wisata terapi di Bandung Timur. Hanya berbekal alam di luar ruangan, di bawah pohon dan kursi lipat, layanan terapis disediakan seperti layanan kursi terapis di stasiun kereta api atau pusat perbelanjaan.

Konsep alam terbuka yang diwujudkan oleh wisata terapis di Bandung Timur adalah untuk menghilangkan image (wajah) seorang terapis yang terkadang dipandang negatif dengan plus-plus massage. Ongkosnya murah, hanya Rp 15.000 per 15 menit, namun dengan ekonomi yang sedang bergejolak, Asep terpaksa menaikkan tarif menjadi Rp 30.000.

Usaha Wisata Refleksi terletak di Taman Tegalega, Bandung, yang sementara ditinggalkan Asep dan dijalankan oleh kakaknya. Meski rela, Asep masih bisa meninggalkan keluarganya untuk membantu pekerjaan rumah tangga.

“Ketika saya menjadi relawan, saya juga menyiapkan kebutuhan pokok keluarga saya,” kata Asep.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News medcom.id

(WHS)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button