Boto dalam antologi Gerson Poyk - Radar NTT - WisataHits
Jawa Barat

Boto dalam antologi Gerson Poyk – Radar NTT

Tidak hanya Basagoka ke arah barat dari Desa Labalimut menuju Loang, kota Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, NTT yang akrab dengan Fanny, “tuan tanah” Potpourri, antologi cerpen Tanah Warisan Leluhur. Basagoka mengenang ingatan kolektif Monika Dana Kapitan, wanita asal Belabaya yang jatuh cinta pada Ola Rotok muda. Tentang Monika, penyelamat kelahiranku di tengah hutan. Kisah tentang sebilah pisau karya Anton Laba Palang yang tertancap di perut dan kemudian memutuskan tali ari-ari untuk menghirup udara bebas.

Fanny juga tampak akrab dengan Bakunase dalam karakter Mince melalui: Mince, Woman from Bakunase, salah satu cerpen yang menempati halaman 82-87 antologi ini. Kisah Bakunase kemudian menyedot memori kolektif saya. Bakunase, sepertinya, hampir kosong di ruang memori setelah lama menghilang. Bakunase dan Labat adalah cerita tentang pertarungan yang menantang di awal tahun 1990. Di Labat saya bisa mandi di Sungai Labat. Sepulang dari kampus di Kelapa Lima, pantai dekat Aston Hotel, mandi cepat dengan sabun Giv atau Jari Dua, terkadang telanjang di malam hari.

Mandi full pagi-pagi biar segar badan saat jalan-jalan sampai kaki menyentuh terminal Oepura dan sebentar lagi akan di pasang bemo ke walikota dengan harga Rp 100 sekali jalan. Kebijakan Walikota SK Lerik, ayah dari Endang S. Lerrich, teman sekelas saya di Undana, memberikan kemudahan bagi para mahasiswa dan mahasiswi untuk menjaga kesehatan kantong mereka saat itu sebelum akhirnya turun menjadi Rp 150 per orang per siswa atau anak sekolah satu arah.

Tanah Warisan Leluhur juga membagikan kisah Afhak dan pacarnya melalui media sosial. Pada Minggu, 15 Agustus 2021, surat laki-laki berusia 27 tahun itu sampai di tangan kekasihnya yang berkewarganegaraan Indonesia. Afhak masih bersama kekasihnya dalam dua tahun. Wanita itu, versi Fanny, bertemu pria itu saat pacarnya menjadi pemandu wisata di Afghanistan.

“Sebenarnya, ini adalah keputusan yang berisiko untuk bepergian ke negara ini (Afghanistan). Namun, seorang teman lama saya yang memiliki agen perjalanan berjanji kepada saya bahwa saya pasti akan bepergian dengan agen perjalanannya. Dan memang benar, saya kembali ke Indonesia dengan tidak kurang dari segalanya,” kata wanita yang merupakan kekasih Afhak versi Fanny itu.

Fanny memiliki imajinasi yang sangat liar dalam mengamati setiap kejadian, lekukan dan jejak kehidupan sehari-hari dan realitas manusia. Gaya Fanny mengingatkan saya ketika masih Tapaleuk, Taputar adalah pembawa pesan surat kabar sejak Grup Kompas Gramedia (KKG) terbit tahun 1992 melalui Persda Pos Kupang, anak perusahaan media di Kupang. Seruling Bone, sebuah novel cerita bersambung (cerbung) dalam Harian Surya terbitan Surabaya, Jawa Timur. Imajinasi Gerson sepertinya sudah melewati batas menjadi cerita dalam cerita Surya, yang saya nikmati sewaktu-waktu mengerjakan pekerjaan tambahan untuk menjaga kestabilan asap dapur menunggu wesel boto awal, tengah, dan akhir bulan yang tidak menentu. Dan saya juga menemukan kepiawaian Gerson mengutak-atik cerpen Putri Fanny, perempuan Namodale, Rote Ndao, yang lahir pada 18 November 1960 di Bima, Sumbawa.

Awal minggu ini saya menghubungi Fanny untuk mengambil Tanah Warisan Leluhur saya juga. Sastra juga menjadi favorit saya sejak saya masih di SDK Boto, almamater saya. Sekolah Katolik swasta di bawah asuhan (bekas) Keuskupan Larantuka itu juga tumpang tindih dengan Basagoka, kebun dan tanah ulayat pasangan Ola Watan Rotok-Monika Dana Kapitan. Ola Watan adalah penjaga bersama suku Lamarotok bersama Lefketoj di Dusun Boto, Desa Labalimut. Itu tidak berlangsung lama. Fanny berjanji akan segera mengirimkan dua eksemplar Tanah Warisan Leluhur.

“Satu eksemplar untuk adik suster Katolik di Sukabumi, Jawa Barat. Senang juga kakak ini mendapat kesempatan membaca Tanah Ahnenerbe di Harian Kompas edisi Minggu,” kata Fanny.

Ahnenerbeland akhirnya datang ke tangan. Sopir ojek online langsung berdiri di depan pagar dan menelepon. Ia takut pada lolongan Pororo, gadis yang baru saja melahirkan lima orang anak. Di gerbang saya menerima paket antologi Fanny. Sebanyak 41 cerpen Fanny tercatat dalam antologi Tanah Warisan Leluhur. Menurut Fanny, seorang penulis dari Namodale, berbagai cerita yang ditulis berfokus pada kehidupan manusia yang berbeda yang berada di pinggiran kehidupan. Di luar zona nyaman kehidupan kita sehari-hari, kelas sosial “bawah tanah” digambarkan secara nyata, penuh penderitaan, ironi, dan bahkan absurditas.

“Saya mengubahnya menjadi cerita pendek yang menggambarkan kehidupan sehari-hari dan perjuangan perjalanannya,” kata Fanny. “Fanny adalah seorang penulis cerpen yang produktif dan tidak pernah bosan dengan karyanya,” kata Ni Putri Suastini Koster, penyair Bali. “Fanny adalah pembicara yang baik. Saya membaca banyak cerita pendek dan novel. Alur penulisannya mengalir, menghindari drama dan terkadang kejutan yang membuat pembaca hanyut dan berpikir. Jadi saya berani mengatakan dalam satu kalimat pendek bahwa Fanny adalah salah satu dari sedikit perempuan yang menjadi penulis cerita Indonesia yang baik,” kata Kurniawan Junaedhie, seorang penulis sastra.

Minggu pagi aku mulai menikmati setiap sisi tanah Ahnenerbe sambil mengingat Basagoka, di tengah hutan, ketika selaput ibuku pecah dan suaraku pecah di tengah taman dan hutan belantara yang masih perawan saat itu. Terima kasih kakak Fanny. Antologi bergerak. Seperti rasa yang juga dialami Beta di Labat dan Bakunase saat masih sekolah di sana.

Jakarta, 10 Juli 2022
Melalui: Ansel Deri
cegukan dari desa;
pecinta sastra

Tampilan postingan: 102

Source: radarntt.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button