Belajar dari Sulawesi Selatan, mempertahankan pertanian sebagai sektor untuk mendorong pembangunan ekonomi Bali - WisataHits
Jawa Timur

Belajar dari Sulawesi Selatan, mempertahankan pertanian sebagai sektor untuk mendorong pembangunan ekonomi Bali

Kunjungan kerja Rombongan Humas Sekretariat DPRD Bali dengan Forum Wartawan DPRD Bali (Forwad) 5-8 Juli 2022 di Sulawesi Selatan

MAKASAR – Banyak pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pariwisata Bali sangat rentan dengan isu-isu sensitif, sehingga kunjungan wisatawan terpengaruh. Salah satunya adalah pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun dan telah menghancurkan perekonomian Bali secara total. Karena pariwisata merupakan motor terpenting bagi perkembangan ekonomi masyarakat Bali.

Situasi pandemi Covid-19 yang melumpuhkan dunia pariwisata, untungnya masyarakat Bali terselamatkan oleh sektor pertanian yang masih eksis, sehingga dalam situasi pandemi, pertanian menjadi fokus masyarakat Bali seiring pariwisata tersendat.

Hal itu terungkap saat kunjungan kerja rombongan Humas Sekretariat DPRD Bali ke Forum Wartawan (Forwad) DPRD Bali pada 5-8 Juli 2022 di Sulawesi Selatan (Sulawesi Selatan). Rombongan Sekretariat DPRD Bali yang dipimpin Sekretaris DPRD Bali Gede Suralaga diterima Sekretaris DPRD Provinsi Sulawesi Selatan M. Jabir didampingi jajarannya.

Menteri Luar Negeri Gede Suralaga mengatakan: Provinsi Sulawesi Selatan memiliki kehadiran yang kuat di sektor pertanian, menjadikan Sulawesi Selatan negara peringkat keempat negara dengan surplus beras setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara itu, sektor pariwisata di Bali telah menjadi penggerak utama perekonomian Bali. Sektor lainnya adalah pertanian, perkebunan, kerajinan dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

“Bali, jangan hanya mengandalkan pariwisata. Pertanian Bali bisa berkembang seperti halnya Sulawesi Selatan yang selalu surplus namun mampu menjaga ketahanan pangan,” ujarnya.

Gede Suralaga mengatakan, keberhasilan Sulsel dalam menjaga ketahanan pangan tidak bisa dilepaskan dari regulasi yang ada. Terutama yang mengatur pertanian agar tetap dengan pemasok pangan.

Di Bali khususnya, perubahan tata guna lahan dari kawasan hijau yang beralih fungsi menjadi bangunan beton terus terjadi. Hal ini harus diatur agar lahan pertanian yang subur tidak berubah menjadi bangunan beton sehingga produksi dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat Bali.

Sejauh ini, Bali memiliki luas pertanian 353.491 hektar dan tersebar di seluruh kabupaten di Bali. Daerah pertanian terluas berada di Kabupaten Buleleng, disusul oleh Kabupaten Tabanan, Karangasem dan Jembrana.

“Di Bali, mudah-mudahan DPRD mengeluarkan peraturan, bagaimana kita bisa menjaga jalur hijau. Tentunya untuk memastikan tidak ada perubahan tata guna lahan, harus ada dukungan dari DPRD,” pungkasnya.

Dalam kunjungannya ke Sulawesi Selatan, Sekwan Gede Suralaga didampingi oleh Kabag Persidangan Gusti Agung Gede Ngurah Wikrama, dan Kabag Administrasi, Publisitas dan Protokol Kadek Putra Suantara (arn/jon).

Seperti ini:

Seperti Memuat…

Source: wartabalionline.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button