Mahasiswa asing di UIN Walisongo belajar menenun boneka dan troso
SEMARANG, AYOSEMARANG.COM – Tim BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) di UIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan UPT Pengembangan Bahasa UNISNU Jepara menggagas kegiatan ekskursi bagi mahasiswa asing. Acara yang berlangsung selama dua hari akhir pekan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya Jepara, sebagai bagian dari program BIPA kepada mahasiswa asing.
Acara bertajuk ETHIC (Exploring Tourism, Heritage, and Intercultural Civilization) dengan tema “Exploring Jepara Heritage” ini dihadiri oleh mahasiswa asing dari UIN Walisongo Semarang dari Somalia, Malaysia dan Thailand (Pattani).
Kegiatan ini juga sebagai bentuk tindak lanjut dari penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Unit Pengembangan Bahasa UNISNU Jepara dengan Pusat Pengembangan Bahasa UIN Walisongo Semarang pada Selasa 28 Juni 2022.
Acara berlangsung pada hari pertama di gedung perpustakaan UNISNU Jepara. Diisi dengan pengenalan budaya lokal kepada siswa dan FGD antara guru dan pengelola BIPA dari kedua institusi.
Baca Juga: Simpang Lima Ke Klenteng Sam Poo Kong, Ini Rute Tercepat
DR.Sa’dullah Asa’idi, M.Ag. Panitera UNISNU Jepara selalu menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan ini. “Bahasa merupakan faktor penting dalam penyampaian pendidikan.”
Kerjasama di bidang BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) antara UIN Walisongo dan UNISNU dapat dibangun melalui sektor budaya, khususnya budaya Jepara yang beragam dan khas. “Kita bisa memaknai budaya sebagai berkah terselubung yang perlu kita perkenalkan kepada mahasiswa asing dari berbagai negara, apalagi Jepara memiliki potensi wisata alam dan budaya yang sangat kaya. Karena itu, tidak ada salahnya mahasiswa asing ini belajar budaya di UNISNU Jepara,” jelasnya.
Mahasiswa asing membuat mainan tradisional dan mengenal wayang kulit
Di kelas budaya, Den Hasan, seniman asal Jepara, juga mengikuti kegiatan pengenalan budaya. Ia mengajak mahasiswa asing untuk membuat mainan tradisional Kitiran dengan suara yang khas. “Itu namanya ethek-ethek. Meski bentuknya sederhana, namun mampu menggerakkan ekonomi kreatif warga seantero kampung.”
Source: www.ayosemarang.com