Adaro 'Sihir', bekas danau tambang di Paringin, menjadi obyek wisata dan mengembangkan berbagai budidaya - WisataHits
Jawa Barat

Adaro ‘Sihir’, bekas danau tambang di Paringin, menjadi obyek wisata dan mengembangkan berbagai budidaya

WARTABANJAR.COM, TANJUNG Danau tersebut meliputi wilayah operasional site Paringin PT Adaro Indonesia, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan. Danau tersebut merupakan bekas areal pertambangan yang kini sedang “dikembangkan kembali” menjadi objek wisata dan juga akan bermanfaat bagi warga sekitar dari hasil berbagai budidaya.

Luas danau sekitar 20 hektar, merupakan danau percontohan. Airnya terlihat jernih.

Rischa Lavinia, pengawas penutupan tambang dan keanekaragaman hayati lahan basah, mengatakan kedalaman air di danau itu sekitar 20 hingga 30 meter dengan kapasitas air 2,5 juta meter kubik.

“Saat ini, kami masih mempersiapkan untuk mengembangkan potensi pemanfaatannya, seperti pelaksanaan reklamasi. Di bawahnya bisa digunakan untuk pariwisata, budidaya mata air baku dan pemukiman,” katanya beberapa hari lalu.

Ia menjelaskan, danau tersebut tidak jauh dari desa Balida yang airnya mengalir ke Sungai Nungkaran dan Sungai Balangan Muara. Saat ini pihaknya masih mengkaji untuk mengembangkan potensi air baku mengingat kapasitasnya yang sangat besar.

“Setiap kali dilakukan pengecekan kualitas air,” katanya.

Pihaknya juga melakukan budidaya dengan menebar ratusan benih ikan nila, rami dan jelawat, serta berbagai jenis ikan lainnya. Selain itu, ada ikan tambak terapung yang awalnya sekitar 200 benih tebar yang sudah dipanen pada tebar kedua.

“Pertanian terapung seperti padi sawah sangat cocok, ada juga tanaman pertanian seperti palawija,” imbuhnya.

10092022/wartabanjar.com/hasby_Pertanianapung

Baca juga:

Jembatan gantung di desa Tayur Amuntai hampir ambruk karena truk tronton

HSE Postmine Compliance, Head of R&D Department PT Adaro Indonesia, Dodik Choiron, mengatakan pihaknya telah melakukan reklamasi seluas 127 hektare di luar danau dengan luas 20 hektare. Ini adalah area pertambangan yang digarap dari tahun 1992 hingga sekitar tahun 1997.

“Dimulai dengan pekerjaan reklamasi pada tahun 2007 hingga saat ini kami telah menanam berbagai jenis pohon untuk mengembalikan rona lingkungan dan melihat potensi yang dapat dikembangkan nantinya,” ujarnya.

Ia menambahkan, dalam mengembangkan potensi yang ada, benih ikan juga disebar setelah air mengalir ke Sungai Nungkarak.

“Benih ikan tersebut juga merupakan benih dengan kualitas terbaik dari hasil penelitian yang bekerjasama dengan ITB Bandung,” imbuhnya. (Memiliki/*)

Penerbit: Hasby

Source: wartabanjar.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button