Sejarah Jalan Malioboro, Dahulu Maliyabara, Nama dan Filosofinya - WisataHits
Yogyakarta

Sejarah Jalan Malioboro, Dahulu Maliyabara, Nama dan Filosofinya

Yogyakarta

Jalan Malioboro adalah salah satu tempat paling terkenal dan penting di Jogja. Ternyata Jalan Malioboro yang kini menjadi objek wisata sudah ada sejak Keraton Yogyakarta dibangun.

“Jalan Malioboro memang jalan utama menuju Keraton. Pembangunannya secara alami bertepatan dengan pembangunan keraton sekitar tahun 1755,” kata pakar budaya Ahmad Charis Zubair saat dihubungi Detik Jawa TengahJumat (22.7.202).

Charis mengungkapkan, nama Malioboro sudah digunakan sejak awal jalan tersebut. Saat itu, pendiri Keraton Yogyakarta, Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I, menyebut jalan Malioboro.

“Hanya saja ejaannya menggunakan huruf Y atau Maliyabara,” katanya.

Malioboro bukan sekedar nama. Charis menjelaskan, nama tersebut merupakan bagian dari poros filosofis, yakni Tugu Jogja, Jalan Margoutomo, Jalan Maliyabara, dan Jalan Margomulya.

“Arti Tugu Golong-gilig atau Tugu Pal Putih di selatan adalah perjalanan manusia untuk menghadap Tuhan atau Sangkan Paraning Dumadi. Golong-gilig melambangkan kreativitas, rasa dan karsa yang dilandasi kesucian hati dalam warna putih,” jelasnya.

Kemudian, kata Charis, melalui Margatama, atau jalan utama selatan melalui Jalan Maliyabara, yang artinya keberanian. “Pergi ke selatan mencari ketenaran di Jalan Margomulyo dan berakhir dengan kutukan atau pengusiran nafsu negatif,” katanya.

Namun, lanjut Charis, ada anggapan bahwa nama Malioboro berasal dari salah satu nama bangunan milik pemerintahan kolonial Belanda, Malborough.

“Namun sejauh ini belum ada data pendukung. Pada akhirnya memang benar Malioboro hadir dengan makna keteguhan hati sejak awal terbentuknya Keraton,” jelas pria budayawan Kotagede ini.

Pada awal perkembangannya, kata Charis, konsep Jalan Malioboro sebenarnya adalah pusat perekonomian. Hal ini terlihat dari keberadaan pasar Beringharjo sebagai bagian dari gatra catur tunggal.

“Memang aslinya bagian dari Catur Gatra Tunggal atau empat unsur kota, ada keraton, alun-alun, masjid, dan pasar,” katanya.

Baca pernyataan keterkaitan Malioboro dengan Pasar Beringharjo dan Kepatihan di halaman selanjutnya…

Tonton video Menyeberangi Jalan Malioboro dengan Becak Yogyakarta
[Gambas:Video 20detik]

Source: www.detik.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button