Yogyakarta

222 fotografer dari 22 negara akan melakukannya di Magelang untuk mencerminkan Candi Borobudur – Gunung Merapi

TEMPO.CO, J Yogyakarta – Sebanyak 222 fotografer dari 22 negara akan dikerahkan bersama untuk bersama-sama memamerkan karya mereka, yang mengabadikan objek-objek khusus Candi Borobudur dan Gunung Merapi. Pameran foto bertajuk bara hidup Melibatkan ratusan fotografer dari empat benua di dunia dan akan berlangsung pada 23 Juli hingga 23 Agustus 2022 di Museum H Widayat, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

“Dari gerakan pameran foto yang menampilkan fotografer dunia, kami bertujuan untuk membawa kembali pesona Borobudur dan Merapi, dua ikon besar di Jawa Tengah dan Yogyakarta, ke dunia internasional setelah pandemi Covid-19,” kata ketua International Panitia Pameran Fotografi. bara hidup Teguh Santosa Kamis 21 Juli 2022.

Melalui acara yang diselenggarakan oleh Badan Otorita Borobudur atau BOB, Teguh yang melenceng dari ketakutan para pecinta fotografi mengungkapkan bagaimana mereka bisa berkontribusi. penyembuhan sosialJuga memulihkan ekonomi dan vitalitas. “Setelah potret situasi Borobudur-Merapi belakangan ini, kami berharap sektor pariwisata akan pulih sepenuhnya setelah pandemi, orang akan ingin bepergian lagi dan ekonomi akan berkembang secara stabil,” katanya.

Risman Marah, salah satu penggagas pameran dan koordinator kurator pameran, mengatakan Candi Borobudur dan Gunung Merapi menjadi objek utama pameran ini. “Kedua ikon tersebut sangat populer di luar negeri, penuh misteri, sejarah dan pesona yang luar biasa,” ujarnya.

Pada Kamis sore, 26 Mei 2022, Gunung Merapi memicu awan panas. Seperti yang sering terjadi belakangan ini, erupsi berbarengan dengan hujan yang turun di kawasan puncak gunung. Dermaga. BPPTKG Yogyakarta

Hal ini pula yang menjadi alasan dipilihnya tema Bara Api untuk merepresentasikan hubungan antara Candi Borobudur dengan Gunung Merapi di masa lalu. Kata Bara berasal dari nama kuno Candi Borobudur, salah satunya mengacu pada Bara Beduhur, artinya biara di tempat yang tinggi. Kata Api berasal dari nama Gunung Merapi yang kebetulan identik dengan api karena selalu memuntahkan lahar panas.

“Selanjutnya, sejak akhir tahun 2019, Gunung Merapi yang menjadi komandan rangkaian gunung api dalam silsilah Ring of Fire ini menunjukkan fenomena yang unik karena masih meletus hingga saat ini. Gunung Merapi memuntahkan lahar panas setiap hari sejak 2019 hingga sekarang,” katanya.

Candi Borobudur sebagai sebuah karya budaya dan peradaban kuno pada abad ke-8 pada masa Mataram Kuno yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Kuil Budha terbesar di dunia ini juga menjadi salah satu impian dan tujuan wisata di dunia.

“Kesakralan, misteri, sejarah dan sejuta cerita Candi Borobudur dan Gunung Merapi menantang para fotografer untuk mendalami fotografi visual dan berkreasi,” ujarnya.

Yusuf Hartanto, Direktur Eksekutif Keuangan, Umum, dan Komunikasi Publik Badan Otorita Borobudur (BOB), mengatakan pameran foto internasional bisa menjadi nilai jual yang kuat bagi Borobudur – Gunung Merapi di pasar turis asing. “Tentunya kami berharap pameran ini dapat meningkatkan jumlah pengunjung dan lama tinggal wisatawan di dalam dan sekitar kawasan Borobudur, apalagi pameran ini diadakan selama sebulan,” katanya.

Direktur Museum H Widayat Purnomo Sidhi alias Pungky optimistis pameran foto bertaraf internasional ini akan berdampak besar bagi sektor pariwisata Tanah Air. “Oleh karena itu, kami tidak keberatan pameran ini menggunakan museum dan dua galeri kami, jika perlu, seluruh ruang seluas 11.000 meter persegi dapat digunakan untuk pameran,” katanya.

Untuk mengkurasi karya fotografer, panitia sendiri mendatangkan 20 tokoh fotografi nasional dan internasional. Kurator pameran ini antara lain Darwis Triadi, Oscar Motuloh, Arbain Rambey, Don Hasman, Risman Marah, Beawiharta Belly, Soeprapto Soedjono, Johnny Hendarta, Agatha Anne Bunanta, Andiyan Lutfi, Bambang Wijanarko, Fajar Purnomo Sidi, Fauzie Helmy, Ferry Ardianto, Hong Djien Oei, Irwandi Oldprint, Ridha Kusumabrata, Roy Gnggam, Suherry Arno dan Suparno.

Jumlah kurator diperlukan karena pameran ini berskala internasional dan berskala besar, dengan jumlah peserta pameran 222 juru potret. Dengan banyaknya kurator, proses kurasi lebih teratur dan menyeluruh, yang pada akhirnya membantu memilih foto terbaik. Selain fotografer dari Indonesia, peserta dari luar negeri juga berasal dari Argentina, Filipina, Polandia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Selandia Baru, Sri Lanka, Thailand, Turki, Vietnam, dan Amerika Serikat.

WICKSONO PRIBADI

Baca Juga : Wisatawan datang dengan biaya masuk ke Taman Sari Yogyakarta mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 250.000

Selalu update informasi terbaru. Lihat berita Tempo.co terbaru dan berita unggulan di saluran Tempo.co Update Telegram. Klik Pembaruan Tempo.co untuk bergabung. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram.

Source: travel.tempo.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button