16 Desa Wisata di Boyolali Akan Dapat Rp 100 Juta
RADARSOLO.ID – Pemerintah Kabupaten Boyolali terus menggencarkan pengembangan desa wisata. Saat ini terdapat 45 desa wisata di Kota Susu. Desa wisata menyumbang 10 persen kunjungan wisatawan ke kabupaten ini. Untuk mendukung pengembangannya, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali memberikan suntikan dana senilai Rp 100 juta per desa.
Kepala Disporapar Boyolali Supana mengatakan 45 desa wisata telah didukung. Diharapkan desa tidak hanya mengelola potensi alamnya tetapi juga wisata buatan. Termasuk penunjukan produk untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Destinasi wisata di Kota Susu juga tidak hanya terfokus di lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Selain itu, juga mengelola beberapa desa liburan keluarga angkat. Seperti di Samiran, Selo.
“Selama ini pemerintah turun tangan, tahun ini kita keluarkan anggaran stimulus desa wisata. Ada 16 desa wisata yang sudah mendapat bantuan dana (bankeu) masing-masing senilai Rp 100 juta,” jelasnya Jawa Pos Radar SoloMinggu (6/10).
Ini juga menawarkan bantuan secara bertahap. Ia berharap, pengembangan desa wisata juga menjadi perhatian Bupati dan DPRD Boyolali. Apalagi potensi wisata tidak hanya di lereng Merapi-Merbabu. Potensi di utara juga harus diperhitungkan.
Pemerintah juga bersedia menjembatani kesenjangan dalam mempromosikan desa liburan. Diantaranya brosur di media sosial, media cetak dan televisi. Termasuk pembukaan sedang berdiri Pameran dan program lainnya.
Pemerintah juga berharap tidak semua desa wisata di Boyolali bergantung pada alam. Dapat berinovasi melalui makanan lokal dan destinasi wisata buatan.
“Ada variasi dari 45 desa wisata ini (tingkat kunjungan, catatan redaksi). Ada delapan desa yang sudah memiliki nilai jual. Jika di kawasan utara, misalnya, desa wisata Wonoharjo, Kemusu, yang berada di dekat Kedung Ombo. Wonosegoro juga menjadi rujukan pengunjung,” jelasnya.
Supana menambahkan, pengelolaan desa wisata sepenuhnya dilakukan oleh desa. Ada yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau penguatan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
“Kami berharap dapat memotivasi para pengelola desa wisata. Ini tentang memberi mereka ruang untuk berinovasi, menjadi kreatif, dan mencapai potensi mereka. Baik dalam pengelolaan destinasi wisata maupun dalam efek lainnya. Tentunya hal ini dapat memberikan dampak yang beragam terhadap kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Banyuanyar, Traffic Light Kecamatan Komarudin mengungkapkan, desanya diresmikan sebagai desa wisata berbasis masyarakat pada 27 Oktober lalu. Disebut Kampung Susu dan Kampung Wisata Kopi atau Coffee Campus. Tidak hanya menampilkan kekayaan alam yang eksotis, tetapi juga memperkuat masyarakat pedesaan.
“Tujuan utama desa wisata ini adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus mengurangi kemiskinan. Karena Kampus Kopi berbasis komunitas dan UMKM. Ketika UMKM berjalan, pariwisata juga bekerja. Karena pondasi utama desa wisata ini adalah UMKM,” jelasnya. (rgl/nik)
Source: news.google.com