Strategi Pengentasan Kemiskinan di Kota Surabaya Secara Padat Karya (III) - WisataHits
Yogyakarta

Strategi Pengentasan Kemiskinan di Kota Surabaya Secara Padat Karya (III)

SURABAYA (ANTARA) — Wali Kota Surabaya Eri Cahaydi dan jajarannya di Pemerintah Kota Surabaya sangat serius dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, program Padat Karya merupakan salah satu realisasi dari konsep pengentasan kemiskinan yang bertujuan untuk mengikutsertakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam pengelolaan kekayaan.

Kota Surabaya sendiri ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai salah satu daerah untuk menjadi pilot project reformasi birokrasi (RB) tematik yang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan. Walikota Eri menandatangani komitmen pelaksanaan RB tematik penanggulangan kemiskinan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 21 Oktober 2022.

Penandatanganan ikrar ditandatangani oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Rektor UGM Prof. Ova Emilia, Dewan Guru Besar UGM dan Kepala Daerah , proyek percontohan.

Pada tahap pertama, sembilan pemerintah daerah menjadi pilot project implementasi RB tematik pengentasan kemiskinan, dan pada tahap kedua, 23 pemerintah daerah.

Dengan pengentasan kemiskinan tematik RB, kontrol birokrasi akan bekerja lebih baik untuk mempercepat pengentasan kemiskinan. Eri meluncurkan serangkaian inovasi pengentasan kemiskinan oleh pemerintah kota Surabaya.

Ada puluhan program padat karya yang menjadi inovasi, di antaranya Rumah Padat Karya yang mengonversi aset-aset Pemkot Surabaya yang sebelumnya menganggur menjadi tempat usaha MBR. MBR sebelumnya telah dilatih.

Seharusnya tidak ada aset Pemkot Surabaya Netral, yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Lambat laun semuanya berubah menjadi rumah padat karya. Beberapa berubah menjadi kafe penata rambut, binatuTempat cuci mobil, gerai UMKM, usaha tani dan perikanan, destinasi wisata, dll.

Selain itu, ada juga program produksi plester yang melibatkan MBR. Produk tersebut lolos uji tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Hasil produksi paving tersebut kemudian dibeli oleh Pemerintah Kota Surabaya untuk diaspal di desa-desa.

Dari hasil kerja paving tersebut, mereka sendiri bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 6 juta setiap bulannya. Begitu pula dengan budidaya bandeng yang panennya dilakukan setiap 6 bulan sekali. Alhasil, MBR juga bisa mendapatkan penghasilan Rp 6 juta per orang.

Berbagai program padat karya yang diusung Pemkot Surabaya telah berhasil menyerap ribuan penduduk. Mereka sebelumnya diberhentikan selama pandemi. Ada juga kepala rumah tangga perempuan.

Padat Karya ini merupakan salah satu Program Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Pahlawan. Karena pada tahun 2023, Pemkot Surabaya akan menyediakan anggaran sebesar Rp3 triliun untuk penguatan UMKM.

Apa yang dilakukan Pemkot Surabaya dipantau oleh Kementerian PANRB. Dengan cara ini, Surabaya menjadi contoh bagaimana kemiskinan dapat dipercepat di daerah lain di Indonesia.

Sertakan PT

Program padat karya di Surabaya tidak lepas dari dukungan perguruan tinggi di seluruh kota Surabaya. Padat Karya ini merupakan salah satu contoh implementasi program penanggulangan kemiskinan. Pemerintah Kota Surabaya memberikan tanah kepada masyarakat melalui asetnya secara transparan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi berpidato di hadapan para peserta Professor Summit IV Institut Sepuluh Nopember (ITS) oleh Dewan Guru Besar Seluruh Indonesia di Gedung Sawunggaling, Kota Surabaya, Jumat (21/10/2022) malam. (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)

Pencapaian pengentasan kemiskinan dan pengangguran di kota Surabaya tidak lepas dari peran perguruan tinggi negeri dan swasta. Dengan prestasi pemerintah kota dan didampingi oleh perguruan tinggi, mereka mampu mengubah reformasi birokrasi untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran di kota pahlawan.

Ide penanggulangan kemiskinan dan pengangguran di Surabaya merupakan hasil diskusi dengan para rektor dan guru besar berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di kota pahlawan. Alhasil, Kota Surabaya menjadi salah satu daerah percontohan reformasi birokrasi anti kemiskinan.

Salah satu Program Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran yang dilaksanakan oleh Kota Surabaya adalah Skema Padat Karya, yang melibatkan MBR dalam pengelolaan aset Kotamadya untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

Anggaran Pemkot Surabaya sebesar Rp3 triliun pada tahun 2023 akan digunakan untuk kepentingan masyarakat melalui UMKM dan koperasi. Serta kursus pelatihan untuk MBR tentang produksi paving yang didampingi oleh laboratorium beton dan bahan bangunan ITS.

Tidak hanya itu, dalam pengembangan kawasan wisata di Kota Pahlawan, seperti Tunjungan Romansa, Wisata Air Kalimas, Kya-Kya, Adventure Land Romokalisari, Pemkot Surabaya juga berkomitmen untuk mempercepat pemulihan ekonomi melalui UMKM dan melibatkan MBR dalam pengelolaannya. kawasan wisata dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan pengangguran.

Baru-baru ini Pemkot Surabaya juga membuka Adventure Land Romokalisari dengan wahana jet ski, perahu, kano dan ATV. Pemprov DKI melatih 100 MBR untuk mengelola kawasan tersebut. Bahkan dealer bisa meraih penjualan hingga Rp 7 juta di sana pada akhir pekan.

Evaluasi

Namun, Komisi B Perekonomian DPRD Kota Surabaya menilai program padat karya yang digagas pemerintah kota sebagai langkah meningkatkan kelayakan ekonomi keluarga MBR masih belum optimal dalam pengelolaannya.

Ketidakmampuan ini karena kurangnya dukungan serius bagi MBR yang merupakan pelaku usaha di rumah padat karya. Demikian disampaikan anggota Komisi B DPRD Surabaya, Zuhrotul Mar’ah.

Zuhrotul mencontohkan program Maggot padat karya yang dijalankan warga MBR di Kabupaten Krembangan. Meski telah menjalankan program padat karya selama tiga bulan, mereka belum bisa memaksimalkannya sehingga tidak memiliki pendapatan yang layak atau antara Rp 500.000 hingga Rp 700.000 per bulan.

Untuk itu, harus ada dukungan maksimal dari Pemkot Surabaya. Pemerintah kota harus mampu memaksimalkan dukungan guna mencapai tujuan peningkatan pendapatan bagi MBR.

Dukungan dapat berupa dukungan teknis dan sumber daya manusia (SDM). Kemudian ada evaluasi dan monitoring terhadap pihak-pihak yang diberi tanggung jawab di masing-masing kelompok.

Selain itu, alokasi anggaran untuk usaha padat karya dan UMKM dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) tahun 2023 dinilai masih kecil dibandingkan belanja barang dan jasa.

Perkiraan APBD Surabaya 2023 meningkat menjadi Rp 11,2 triliun dari sebelumnya Rp 10,6 triliun.

Sebagian besar atau hampir 50 persen dari RAPBD 2023 belanja barang dan jasa. Dalam Nota Keuangan APBD Surabaya Tahun 2023, belanja barang dan jasa sebesar Rp5 triliun sedangkan total belanja kota Surabaya sebesar Rp11 triliun.

Untuk itu, diperlukan alokasi anggaran khusus untuk program padat karya guna mendukung pertumbuhan ekonomi di Surabaya pascapandemi COVID-19.

Secara keseluruhan, program Padat Karya di Surabaya dinilai sudah berjalan dengan baik, meski masih ada beberapa kekurangan yang perlu dibenahi. Tujuan dari semua ini adalah agar para penghuni dapat menjalani hidup mereka dengan bahagia. Bersulang.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button