Perluas Jaringan Pasar: Kerajinan Tembikar DIY Bantul menggunakan jejaring media sosial - WisataHits
Jawa Barat

Perluas Jaringan Pasar: Kerajinan Tembikar DIY Bantul menggunakan jejaring media sosial

Wanita. Yanti (pengrajin gerabah) kanan kiri Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta. Foto – Sesilia Argiana Putri)

penulis: Sesilia Argiana Putri & Ignatius Soni Kurniawan.

YOGYAKARTA | KopiPagi: Tempat wisata di Yogyakarta tidak ada habisnya, mulai dari wisata alam yang indah hingga kuliner dan kerajinan tangan. Soal kerajinan, Desa Kasongan Kabupaten Bantul salah satunya di Dusun Sentanan.

Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang bisa disebut sebagai surganya produk kerajinan khususnya gerabah. Rangkaian ruang pamer/galeri di Desa Wisata Kasongan ini menampilkan kerajinan gerabah seperti guci, pot bunga, cinderamata, lampu hias, pernak pernik, patung dan dekorasi lainnya. Selain itu, Kasongan juga menawarkan wisata edukasi untuk pelatihan gerabah.

Seiring dengan maraknya persaingan di industri gerabah, menuntut sejumlah perajin untuk tidak berhenti berinovasi atau mengeluarkan model-model terbaru yang digandrungi masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh salah satu pengrajin gerabah Kasongan, Ny. Yanti (52), yang telah menggeluti bisnisnya sejak tahun 1982. Wanita paruh baya ini merupakan generasi kedua dalam gerabah, setelah ayahnya yang juga seorang pengrajin gerabah.

“Kesulitan dalam usaha ini adalah persaingan dari segi harga, kualitas dan desain. Hampir semua rumah di dusun ini memproduksi gerabah dan menjadi prioritas mata pencaharian masyarakat.” kata Bu Yanti.

Untuk menghadapi persaingan pasar, Ibu Yanti telah menciptakan produk keramik yang inovatif. Ini juga berlaku untuk perubahan kendi yang semula sederhana menjadi kendi berukir atau inovasi lain yang terbungkus kaca atau berbagai kreasi batu.

Dengan perkembangan kreativitas, inovasi dan teknologi yang sejalan dengan perkembangan saat ini, konsumen semakin tertarik dan tidak beralih ke produk lain.

Disebutkannya, pihaknya juga menurunkan harga pasar agar sesuai dengan pendapatan di daerah. Para pengrajin terpaksa membungkuk, mengurangi keuntungan yang didapat.

“Jangan lupa untuk mengikuti perkembangan zaman dan memperluas jaringan pemasaran, bisa juga menggunakan pemasaran online seperti WhatsApp, Instagram, Facebook dan lain-lain,” ujarnya.

Tentunya dengan memanfaatkan jejaring media sosial, Bu Yanti tidak ingin meningkatkan jangkauan pemasaran online hanya di satu wilayah. Pemasaran online ini memungkinkan bisnis mereka untuk berkembang di luar kota seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota lainnya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan untuk menembus pasar ekspor. ***

Penulis adalah: Mahasiswa Universitas Bachelorwiyata Tamansiswa Yogyakarta.

Source: koranpagionline.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button