Jawa Tengah

Lokakarya Kerajinan Tembikar: Libatkan siswa, ajarkan teknik rotasi miring

RADARSOLO.ID – Perkumpulan Umur Panjang Untuk Hidup Kreatif (PUHK) yang beranggotakan pengrajin gerabah di Dusun Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, mengadakan workshop. Mintalah siswa membuat tembikar menggunakan berbagai bentuk dan teknik. Salah satunya adalah pengenalan teknik rotasi miring ke dalam proses manufaktur.

Pengrajin gerabah asal Pagerjurang, Waris Sartono, 40 tahun, menjelaskan, workshop ini merupakan bagian dari perjalanan pendidikan. Sekaligus sebagai tempat belajar untuk memperluas pengetahuan generasi muda tentang kerajinan gerabah.

“Jadi secara keseluruhan kita perkenalkan semuanya. Baik itu teknik rotasi miring atau rotasi tegak. Seperti percetakan, kami menawarkan edukasi,” kata Waris saat ditemui di lokasi workshop di Dusun Pagerjurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Senin (12/05).

Selain itu, Waris menjelaskan bahwa dalam workshop tersebut ia melatih anak-anak membuat gerabah dengan mengadaptasi keterampilan mereka. Untuk anak-anak di kelompok bermain (KB) sampai dengan kelas 3 SD diajarkan membuat gerabah dengan cara mencetak. Adapun bentuk dan nadanya, bahan utamanya sudah disiapkan.

Sedangkan siswa kelas 4 sampai 6 SD diajarkan untuk menempel media dan melukisnya untuk wisuda. Siswa sekolah menengah dapat memperkenalkan teknik rotasi miring kepada masyarakat umum, yang telah lama digunakan oleh pembuat tembikar lokal. Setidaknya masih ada 300 Kepala Keluarga (KK) di Pagerjurang yang mempraktekkan teknik ini.

“Makanya kami juga mengikuti pilihan paket anak, dengan harga mulai Rp 10.000 hingga Rp 35.000 per anak untuk setiap rombongan 20 orang. Dari hanya mengamati proses pembuatan gerabah hingga membuatnya secara langsung. Sehingga anak-anak bisa membawa pulang kreasinya,” kata Waris.

Waris menjelaskan, paket wisata edukasi sudah diperkenalkan di sentra kerajinan gerabah sejak 2017 sebelum dihentikan permanen selama dua tahun akibat pandemi Covid-19. Hingga saat ini, akhirnya kegiatan tersebut diperluas lagi.

Ia berharap melalui wisata edukasi ini dapat memperkenalkan potensi kerajinan gerabah yang ada di Dusun Pagerjurang. Terutama proses pembuatannya dengan teknik putaran miring yang mulai berkembang sejak abad ke-19.

“Ada beberapa kendala dalam teknik rotasi miring ini. Seperti pembatasan kerajinan pada kerajinan besar. Saat berlari masih dilakukan secara manual yaitu dengan kaki untuk berbelok. Kami berharap bisa menggunakan mesin tersebut,” kata Waris.

Ada juga gerabah buatan Waris, mulai dari pot bunga, kitchen set hingga perabot rumah tangga. Sedangkan untuk pemasarannya sudah merambah seluruh wilayah di Indonesia hingga mancanegara seperti Amerika Serikat. Harganya berkisar antara Rp1.000 hingga Rp1,5 juta per buah.

Sementara itu, pengrajin gerabah lainnya, Is Haryani, 40, menjelaskan bahwa ia baru sebulan mempelajari teknik putar miring. Mengingat teknik lain sebelumnya digunakan dalam pembuatan tembikar.

“Saya juga terus mengasah keterampilan saya dengan teknik rotasi miring ini. Terutama pada proses pembuatan pembuatan mortar,” tutupnya.(ren/bendungan)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button