Pemuda pelopor di wilayah Malang Raya sebagai penggerak perekonomian warga - WisataHits
Jawa Timur

Pemuda pelopor di wilayah Malang Raya sebagai penggerak perekonomian warga

JADIKAN DESA ANDA SEBUAH DESA KOPI, HINGGA 2.500 Kambing

Berawal dari usaha kecil-kecilan, ketiga anak muda di Malang Raya ini berhasil menjadi motor penggerak perekonomian di daerah mereka. Mereka adalah Sukron Mahmud, Bahrul Alam dan Mansyur Arif. Pada Hari Sumpah Pemuda ini, ketiga pionir muda tersebut berbagi pengalaman inspiratif mereka

DUA Kambing itu terlihat manja di pelukan Masyur Arif. Kedua kambing itu seperti dalam pelukan “ibu” mereka. Arif juga dengan penuh kasih menggendong hewan peliharaannya. Inilah karakter Arif yang sangat mencintai kambing. Pemuda asal Dusun Jamur, Desa Sidodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang ini merupakan penggagas Kelompok Tani Hutan Kemasyarakatan (KTHR) Rukun Amanah. Program bisnis untuk mengembangkan ketahanan pangan. Salah satu usahanya adalah beternak kambing, domba dan sapi. Ia mendirikan program ini pada tahun 2014.

Meski tidak memiliki pelatihan pertanian, Arif memiliki kesadaran untuk mengatasi masalah yang dihadapi petani dan peternak di tempat tinggalnya. Dari pengamatannya, petani dan peternak kembali ke beberapa masalah. Misalnya peternakan sapi yang tidak berkembang, tidak bisa dijual, atau tidak memiliki modal.

“Akhirnya saya berinisiatif mengajak warga ke aula paroki. Awalnya terkumpul 18 orang,” kata Arif.

Dari pertemuan tersebut, Arif kemudian mencoba membentuk kelompok tani hutan. Grup menjadi wadah bagi para anggota untuk berbagi ilmu dan kemudian memiliki unit usaha sendiri. jauh industri dalam negeriternak, kuliner.

Inspirasi lain datang dari Muhammad Sukron Mahmud. Pemuda 26 tahun ini sukses mengubah desanya menjadi desa kopi di Desa Taji, Kecamatan Jabung. Di lereng Gunung Bromo disana, cukup terkenal dengan Kopi Taji.

Popularitas Kopi Taji berhasil digagas oleh langkah kecil Sukron Mahmud. Dengan dukungan keluarga dan Babinsa, ia berhasil mengembangkan kopi dari Desa Taji, yang akhirnya menjadi merek terkenal. Sekarang ada sejumlah kafe di desanya. Ekosistem pariwisata dan ekonomi pedesaan menjadi semakin dinamis.

“Tahun 2019 sudah ada meeting point di Kopi Taji. Ini membantu merevitalisasi ekosistem pariwisata di sekitar kita. Warga sekitar mendirikan warung. Wisatawan tidak hanya mampir untuk minum kopi, tapi juga berbelanja di toko milik masyarakat,” kata Sukron kepada Jawa Pos Radar Malang kemarin.

Ia mengatakan Kopi Taji memang menjadi leading sector untuk pengembangan desa wisata. Tetapi dukungan dari tribun di sekitar hangout juga berbicara untuk ini. Jadi tiga tahun setelah didirikan, titik temu Taji semakin berkembang. Dalam satu bulan, tempat nongkrongnya, Kopi Taji, menggunakan 20 kilogram kopi, baik Arabika maupun Robusta.

“Sedangkan, bisnis inti Kami masih menjual Kacang Hijau dan Kacang Panggang. Kami dapat menerima pesanan 500 kilogram per bulan untuk kafe-kafe di Kabupaten Malang. Sekarang ada pertunjukan dari dalam kota dan luar negeri, tapi tidak banyak. Kopi Taji sudah terjauh dari Singapura,” ujar alumnus SMPN Open Jabung ini.

Saat ini ada 50 petani yang ingin menggarap sawahnya untuk kopi. Petani juga sudah mulai memahami formasi dan asuhan kopi petik merah yang berkualitas. “Target kami setiap tahun semakin banyak petani kopi di sini,” kata Sukron.

Dikatakannya, jumlah petani di Desa Taji cukup banyak. Namun, tidak semua orang menanam kopi. Kebanyakan menanam sayuran. Namun, karena ekonomi melambat, pertanian dan perkebunan sayur menjadi semakin sulit. Harga sulit bersaing. Oleh karena itu, Sukron mengajak para petani untuk mencari penghasilan tambahan melalui kopi.

PENGEMUDI BISNIS: Sukron Mahmud (kiri) bersama Rano Karno dalam acara di Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, terakhir pada tahun 2021.

Atas keberhasilannya memajukan perekonomian desa, Sukron dinobatkan sebagai Pelopor Pemuda Nasional Bidang Pangan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga pada tahun 2021.

Rangkullah generasi muda milenial dalam bertani

Tidak banyak anak muda yang mengikuti dunia pertanian. Sebagian besar memilih sektor jasa. Namun, Bahrul Alam mencoba mengubah keadaan ini melalui inovasi. Ia menciptakan sistem pertanian yang terintegrasi dengan teknologi. Tujuannya agar anak muda tertarik dengan pertanian dan peternakan. Hasilnya nyata. Banyak anak muda di desa mereka di Dusun Sepudak, Kabupaten Kasembon sudah mulai bertani.

Cerita dimulai ketika dia ingin membuka peluang bisnis. Sejak 2016 ia memilih menekuni pembibitan dan peternakan sapi. “Pertama beternak 4 domba. Kemudian, pada 2017, kami mulai menanam pakan ternak,” kata pria berusia 28 tahun itu.

Terakhir, pada tahun 2018, Bahrul mulai membuat sistem pertanian terpadu. Namun kesabaran dan keuletannya dalam beternak secara tradisional patut dicontoh. Uniknya, Bahrul adalah lulusan jurusan komputer, bukan pertanian atau peternakan. Namun, dengan keterampilan komputernya, inovasi berkembang pesat. Berbagai ilmu di bidang pertanian dan peternakan ia serap secara maksimal.

“Sejak saya fokus pada dunia peternakan dan peternakan, saya semakin banyak belajar. Selain itu, ilmu yang saya terima juga bisa bermanfaat bagi orang lain,” jelas pemilik Bara Putra Farm.

Kegiatan positif Bahrul telah didengar oleh Balai Besar Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Kasembon. Pada tahun 2021 ia diperkenalkan ke program Layanan Dukungan Kewirausahaan dan Ketenagakerjaan Muda (YA) dari Kementerian Pertanian. Sejak itu hubungan itu berkembang. Hingga mendapat tawaran dari Dispora Kabupaten Malang untuk berlaga di Youth Pioneer Competition 2022.

Bahrul menyambut baik peluang dan peluang dalam kompetisi Pioneer Youth 2022. Tak ayal ia bersemangat menciptakan terobosan baru di bidang pangan. “Bahkan saat ini saya tidak menyangka bisa menjadi juara pertama Pemuda Pelopor Bidang Pangan Provinsi Jawa Timur,” ungkapnya.

Selama kompetisi, seleksi sangat sempit. Dari seleksi tingkat kabupaten, mereka lolos ke provinsi dengan 26 kota dan kabupaten yang bersaing. Kemudian seleksi proposal dan wawancara untuk lolos 5 besar. Bahkan, tempat itu langsung dikunjungi Dispora dan Kemenpora.

Dalam program Pemuda Perintis 2022, Bahrul memimpin dengan konsep Guyuping Cah Angon. Artinya kohesi pemuda peternak dan pemuda peternak dalam mewujudkan ketahanan pangan dan perekonomian nasional.

“Untuk legalitas, kelompok Guyuping Cah Angon belum ada. Karena mereka juga dari luar daerah. Seperti Kediri, Jombang dan sebagainya. Apalagi rata-rata anak SMK adalah mahasiswa,” jelasnya. (sirip/mel/ifa/abm)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button